Vatikan menyatakan solidaritasnya terhadap bangsa Qibti Mesir setelah insiden penembakan, yang terjadi pada hari Rabu di kota Naga Hammadi di selatan Mesir, dan menewaskan enam orang Qibti serta seorang polisi Muslim, pada saat suara bangsa Qibti santer untuk menginternasionalisasikan insiden itu.
Dikatakan bahwa insiden baru-baru ini dilatarbelangi oleh pemerkosaan yang dilakukan orang Qibti terhadap seorang gadis Muslim hingga memicu bentrokan tersebut. Mesir Hulu (Upper Egyptian, Sha’idu Mishr) telah menyaksikan insiden serupa antara kaum Muslim dan bangsa Qibti selama beberapa tahun, hingga mengakibatkan pecahnya berbagai krisis dan insiden pertempuran.
Perlu dicatat bahwa pasukan internasional selalu berusaha menggunakan dokumen bangsa Qibti untuk melaksanakan agendanya di Mesir, bahkan beberapa dari mereka berusaha menjadikannya sebagai pintu masuk (persiapan) untuk pemisahan bangsa Qibti, lalu mendirikan negara sektarian, serta membagi entitas Mesir, seperti yang telah dilakukan Amerika untuk pemisahan Sudan Selatan dari Utara, yang sudah dalam tahap akhir.
Dan intervensi secara eksplisit (terang-terangan) datang dari Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini yang mengecam keras insiden itu dengan mengatakan, “Sungguh tindak kekerasan yang dilakukan terhadap komunitas bangsa Qibti di Mesir akan menimbulkan ketakutan dan penolakan dari berbagai pihak.”
Frattini mengatakan bahwa “Masyarakat internasional tidak boleh tinggal diam dan acuh tak acuh, dan tidak boleh bersikap tenag-tenang saja dalam menghadapi intoleransi agama, yang merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia,” seperti yang ia katakan.
Ketua Dewan Pengawas Organisasi Persatuan Mesir untuk Hak Asasi Manusia, Najib Jibra’il berkata bahwa ia telah mengirim sebuah memo untuk PBB, yang isinya meminta agar dikirim segera komite pencari fakta internasional untuk menyiapkan laporan tentang insiden “serangan” itu. (kantor berita HT, 11/1/2010)