HTI-Press. Dunia Arab gempar setelah mengetahui korban tewas bersama agen CIA di Afghanistan ternyata keluarga dekat raja Abdullah II dari Jordania. Perwira tinggi Ali bin Zaid alias Sharif tewas bersama tujuh Agen CIA lainya pada 30 Desember 2009. Hubungan ini semakin memperkuat anggapan masyarakat bahwa raja-raja Arab termasuk Jordania adalah agen-agen Barat yang menjadi boneka pemerintah imperialis.
Jordania adalah satu-satunya negara Arab yang bergabung dalam pasukan multinasional di Afganistan. Diperkirakan, ada 90 anggota tentara dan dinas intelijen Jordania di Afganistan.”Ini adalah pesan bagi para musuh bangsa, CIA dan intelijen Jordania,” kata seorang berjenggot berseragam militer yang diidentifikasi televisi satelit Al-Jazeera sebagai Balawi.
Pernyataan Balawi itu mengungkapkan tentang betapa kuatnya hubungan CIA dan dinas intelijen Jordania. Sekaligus juga menyingkap tentang tidak sedikit warga Jordania seperti Balawi yang kritis terhadap hubungan CIA-intelijen Jordania.Dinas intelijen Jordania dikenal sebagai salah satu institusi intelijen terbaik di Timur Tengah. Mereka punya satuan khusus pemantau sepak terjang gerakan-gerakan radikal di Timur Tengah.
Analis politik Jordania, Moin Rabani, mengatakan, di mata AS, Arab Saudi dikenal sebagai negara kunci dalam menjaga stabilitas harga minyak di OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak), Mesir sebagai negara kunci dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah, dan Jordania dalam kapasitas negara dengan dinas intelijen terbaik.
Berkat kualitas dan kapabilitas intelijen Jordania, negeri kecil yang dipimpin Raja Abdullah II itu berhasil menciptakan stabilitas yang tak goyah oleh dinamika negara-negara besar tetangga.
Dinas intelijen asing pun, khususnya AS atau CIA, sangat tertarik melakukan kerja sama dengan dinas intelijen Jordania dalam mendeteksi gerakan-gerakan radikal, terutama jaringan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden.Hubungan CIA dan dinas intelijen Jordania telah berlangsung sejak tahun 1950-an, tapi semakin kuat pascatragedi 11 September 2001 di AS.
Salah satu prestasi penting dinas intelijen Jordania ketika berkhianat dengan memberikan informasi intelijen kepada pasukan AS di Irak tentang keberadaan Pemimpin Al Qaeda di Irak, Abu Musab Zarkawi.Dari informasi tersebut, pasukan AS berhasil membunuh Abu Musab Zarqawi pada tahun 2006. Abu Musab Zarkawi berasal dari kota Zarqa, Jordania.
Di Afghanistan intelijen Yordania ini bekerjasama dengan CIA untuk untuk melakukan serangan terhadap para mujahidin yang berperang untuk mengusir penjajah Amerika di bumi Afghanisatan. Berkat kerjasama ini banyak muslim Afghanistan dan Pakistan yang terbunuh diantaranya adalah anak-anak dan ibu-ibu yang tidak berdosa.
Perwira Jordania yang terbunuh sia-sia Ali Bin Zaid bekerja di stasiun penyadap paling penting milik perwakilan (CIA) di wilayah timur Afghanistan. Salah satu tugas dari stasiun ini adalah memberikan informasi yang diperlukan untuk menyerang daerah-daerah kesukuan di Pakistan melalu pesawat-pesawat terbang AS tanpa awak, yang volume penerbangannya mencapai 50 kali per hari.
Rezim Jordania, termasuk para intelijennya tidak hanya memerangi Islam, kaum Muslim, dan para pengemban dakwah Islam yang ada di Jordania dan sekitarnya saja, namun telah memperluas serangannya untuk membantai kaum Muslim yang tidak berdosa, yang memegang teguh kehormatan keluarga, negeri, dan agamanya dalam menghadapi serangan kaum Salibis di Afghanistan dan Pakistan.
Sementara rezim Jordania menilai anggota intelijennya yang tewas dengan tubuh hancur berkeping-keping dalam mengabdi kepada kaum Salibis sebagai syahid, sungguh memalukan! Padahal selama ini mereka memberikan informasi, keahlian, dan perekrutan untuk kaum Salibis sang pembantai. Semua ini mereka lakukan demi segenggam dolar yang sedikitpun tidak akan mampu menyalamatkan mereka dari kerasnya siksa neraka; dan juga demi mempertahankan rezim mereka yang sudah usang, dimana kehancurannya tinggal menunggu waktu saja (FW)