Gempa yang terjadi 12 Januari 2010 lalu di Haiti diperkirakan merenggut 200.000 nyawa dan 1,5 juta orang kehilangan rumah. Korban selamat pun masih harus berjuang untuk hidup karena kekurangan makanan dan minuman.
“Apakah kami telah ditinggalkan? Di mana makanan?” seorang pria, Jean Michel Jeantet, berteriak di jalanan pusat kota. Jeantet adalah satu dari ratusan ribu korban yang kesulitan mendapatkan makanan.
World Food Program Perserikatan Bangsa-bangsa telah memberi makan 67 ribu orang pada Minggu, lalu 97 ribu orang pada Senin. Namun diperkirakan ada 100 juta makanan yang harus disiapkan sampai 30 hari ke depan.
PBB mendesak bantuan lebih banyak lagi didatangkan ke Haiti. “Saya tahu bantuan tak bisa datang cepat,” ujar Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon di New York setelah bertolak dari Haiti. “Buka sumbat botolnya,” katanya.
Sementara Amerika Serikat telah mengirim 2.000 marinir ke Haiti. Militer Amerika setuju memprioritaskan Bandara yang dikuasainya untuk pengucuran bantuan.
Sementara itu, di perkotaan, aksi kekerasan semakin meningkat. Warga di Ibukota Port-au-Prince mencongkel toko-toko yang masih ada untuk mengambil makanan atau apapun yang dirasa berguna.
Sementara itu, petugas kesehatan dari Dokter Tanpa Batas dan Palang Merah Internasional juga kesulitan menangani korban. Setiap hari, rata-rata ada 50 pasien yang meninggal karena kurang perawatan kesehatan. (vivanews.com, 19/1/2010)