Dalam hal ini muncul beragam reaksi, di antaranya ada yang menuduh Duta Besar sedang mencoba untuk mengintimidasi, dan ada pula yang berharap peringatan Duta Besar itu terjadi betul di dunia nyata.
John Jenkins berkata kepada Komisi Penyelidikan Perang Irak di London, bahwa tidak ada jaminan bagi demokrasi di Irak, sehingga kemungkinan kudeta militer terhadap pemerintah terpilih masih terbuka.
Seperti dikatakan Jenkins, bahwa sejumlah besar mantan perwira tentara yang dulu aktif di masa rezim Saddam Husin merupakan salah satu api yang akan menyulut terjadinya kudeta.
Ia menambahkan bahwa “Orang yang dengan cermat mengamati sejarah Irak dan kudeta-kudeta militer di negeri ini tidak akan menafikan hal itu, hingga ia berkeyakinan bahwa kemungkinan ini akan selalu ada di masa mendatang.”
Syaikh Muhammad al-Hamadani, seorang anggota senior pada Dewan Suku di provinsi Maysan Selatan berkata: “Jika terjadi kudeta untuk melenyapkan pemerintah saat ini, dan mengakhiri dominasi Iran di Irak, maka suku-suku akan mendukungnya.”
Syaikh menambahkan dengan berkata bahwa “Jika kudeta sebagai cara untuk melepaskan diri kami dari partai-partai Islam ini, yaitu partai-partai yang melaksanakan semua konspirasi mereka dengan Iran, maka kami mendukung kudeta ini. Namun, agar kami berhasil dengan kudeta seperti ini, maka kami harus memastika dukungan dari Inggris dan Amerika dalam melakukannya.”
Hasan Bigan, anggota komite pertahanan parlemen di Baghdad menyatakan bahwa adanya sebuah kudeta militer tidak mungkin, dimana ia berkata: “Dalam hal ini mungkin saja Inggris memiliki tujuan politik tertentu, atau mereka sedang memainkan permainan politik dengan apa yang mereka ocehkan itu.”
Ia menambahakn bahwa “Pernyataan Duta Besar mereka , menurut pendapat saya, sangat jauh dari kenyataan.” (Kantor berita HT, 18/1/2010)