KAIRO- Menteri Wakaf Mahmoud Hamdy Zakzouk Senin (8/2), waktu setempat, mengatakan bahwa Kementeriaan telah mengizinkan pemasangan kamera pengintai di Masjid Sayyeda Zainab. Kamera dipasang dengan tujuan untuk mengawasi insiden pencurian yang baru-baru ini marak terjadi di masjid bukan diarahkan untuk mengawasi khotbah Jumat. Program ini belum diterapkan di masjid-masjid lain di Mesir.
Zakzouk membatah adanya pengalokasian dana untuk instalasi kamera dari pihak kementerian. Ia menyebutkan bahwa seorang dermawan Mesir telah menyumbangkan kamera-kamera untuk tujuan kemaan itu. Kementerian menyatakan bahwa peran kamera akan terbatas pada pengawasan dan pemantauan keamanan masjid.
Sementara itu, otoritas keagamaan mengutuk keputusan ini. Mereka menuduh instalasi kamera keamanan didorong oleh motif-motif politik. Menurut mereka, keberadaan kamera pengintai dapat memengaruhi stabilitas emosi dari para jamaah masjid dan berpotensi membuat orang untuk meninggalkan masjid.
Dr Mohamed Abdel Moneim Al Barri, seorang ulama Al Azhar, memperingatkan bahwa pemasangan kamera-kamera pengintai tersebut dapat mengancam stabilitas psikologis dan kekhusyukan beribadah.
Menurutnya, keputusan Zakzouk untuk memasang kamera di masjid dengan dalih upaya perlindungan merupakan sebuah hal yang tidak dapat diterima. Pemasangan kamera pengawas justru meningkatkan kecurigaan dan keraguan di hati orang-orang yang beribadah. “Ada banyak alternatif cara untuk melindungi kotak-kotak ini seperti menginstal sistem alarm dini, atau dengan memperketat keamanan di sekitar mereka,” ujar Moneim seperti dilansir harian Alshaab.
Sheikh Youssef al-Badri, seorang ulama Islam, anggota dari Majelis Tertinggi Urusan Islam, mengatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan “langkah-langkah setan”, ia juga memperingatkan konsekuensi yang akan terjadi, berupa rasa takut dan teror di hati dan jiwa para jamaah masjid karena aktivitas mereka diawasi.
Youssef mempertanyakan apakah benar dinas keamanan Mesir akan menemukan bahan peledak atau senjata di masjid, atau organisasi politik maupun keagamaan yang dianggap mengancam keamanan dan stabilitas negara.
Ia mengatakan bahwa keputusan Zakzouk tersebut adalah sebuah hal yang dilarang Tuhan. “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhkanlah diri kalian dari prasangka, karena sebagian besar prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian memata-matai atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain, karena hal itu sama saja dengan memakan daging saudara kalian yang telah mati. Sesungguhnya Allah maha menerima taubat dan maha pengasih.”
Youssef menambahkan bahwa keputusan Zakzouk tersebut akan mengakibatkan terbongkarnya aib orang lain, karena di masjid, seringkali ada orang yang bekonsultasi mengenai masalah rumah tangga. Youssef mengatakan bahwa melakukan tindakan mata-mata di dalam masjid sama saja dengan menghina para tamu rumah Allah, yang disebut dalam Alquran sebagai tempat yang aman.
Ia juga menambahkan bahwa hal tersebut akan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Ia mengatakan bahwa dengan dalih apa pun, pengawasan di dalam masjid tidak dapat diterima.
Dr Ahmed Abdul Rahman, Guru Besar Aqidah dan filsafat pada fakultas Ushuludin Al-Azhar, mengatakan bahwa keputusan Zakzouk tersebut merupakan bagian dari tindakan spionase untuk mengawasi aktivitas para imam. Dia menyebut bahwa aktivitas Kementerian Awqaf dalam pengamanan semakin meningkat dalam kepemimpinan menteri yang saat ini menjabat.
Sementara itu, Hafez Abu Seada, Sekretaris Jenderal Organisasi Mesir untuk Hak Asasi Manusia, meragukan kebenaran niat pemasangan kamera itu hanya untuk kemanan masjid. Seada mengungkapakan keprihatinannya terhadap pemerintah yang menggunakan kamera pengawas untuk tujuan politik dan mendeteksi pengkhotbah ekstrem.
“Anda tidak dapat memasang kamera di dalam sebuah masjid untuk memantau orang-orang dan mengatakan bahwa hal itu untuk melihat apakah orang-orang mencuri uang. Itu pembenaran yang sangat miskin. Ini adalah usaha untuk memantau ibadah dan ini melanggar privasi orang,” kata Seada.
Keputusan untuk memasang kamera ini dicurigai terkait dengan sebuah pidato Presiden Mesir Hosni Mubarak baru-baru ini, pasca pembunuhan enam warga Kristen Koptik bulan lalu. Mubarak menekan kedua otoritas Kristen dan Muslim untuk bertanggung jawab atas terciptanya suasana intoleransi tersebut. “Kita menghadapi hal-hal aneh dalam masyarakat kita yang mendorong orang untuk bersikap masa bodoh dan intoleran,” kata Mubarak. “Ini sedang dipupuk oleh khotbah yang kurangnya mencerahkan dari tokoh Al-Azhar dan dari Gereja,” tambah dia.
Namun, menurut Abu Seada, cara apa pun yang digunakan untuk melindungi penduduk tidak boleh melanggar hak siapa pun. “Mesir telah menderita akibat gerakan ini (radikalisme, red), yang telah menargetkan orang tak bersalah, pengunjung asing dan Kristen Koptik,” kata Abu Seada. “Kami setuju bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi masyarakat, tetapi harus tetap selars dengan penghormatan hak asasi manusia,” tambah dia. (republika.co.id, 9/2/2010)
mestinya yg dipasang kamera adalah di tempat kemaksiatan semisal diskotik, pub2, night club, rumah2 bordil dkk untuk memastikan apakah husni mubarak dkk mengunjungi tempat2 tersebut.