Arus Balik Politik Pencitraan

Jakarta – SBY dan PD yang mengedepankan politik pencitraan, menghadapi kenyataan pahit. Media kini dipakai oleh partai-partai koalisi untuk merusak skenario politik penyelesaian skandal Bank Century.

Menjelang akhir kerja Pansus Bank Century, intensitas politik kian tinggi. Senin (22/2/2010) lalu, Presiden SBY berencana mengumpulkan pimpinan partai koalisi di Cikeas. Namun tanpa alasan jelas, pertemuan tersebut dibatalkan.

Partai Demokrat (PD) menyatakan, pembatalan terjadi karena tidak semua mitra koalisi bisa datang. Namun, keterangan ini dibantah partai-partai non-PD. Mereka berterus terang, pihaknya tak mungkin menolak permintaan SBY untuk bertemu. Pertemuan tersebut batal karena telah terendus oleh pers.

Jika benar, bahwa batalnya pertemuan tersebut lebih karena sikap SBY yang tidak ingin pertemuan diketahui pers, maka jelas sekali, SBY tetap berusaha menjaga reputasi politik dirinya. Sebab, bagaimana pun, pertemuan tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk transaksi politik tingkat tinggi, semata demi mengamankan kepentingan politik SBY.

Gencarnya pemberitaan tentang sepak terjang politisi dalam menghadapi kasus Bank Century, membuat rakyat tahu bagaimana para politisi bermain dan bertransaksi. Para politisi pun seakan-akan berada dalam satu panggung sandiwara, rakyat menjadi penonton dengan segala macam persepsi dan penilaiannya.

Tak ada laku politik yang tidak ketahuan, karena partai-partai koalisi menyadari, SBY dan PD berkeras mempertahankan citra diri. Oleh karena itu berbagai macam manuver dan lobi-lobi, yang mestinya berlangsung tertutup, kemudian dibeberkan partai-partai politik lain yang tidak sejalan dengan SBY dan PD, baik dengan keterangan resmi, maupun penyebaran informasi diam-diam kepada media.

Hal ini menunjukkan, bahwa politik pencitraan yang menjadi andalan SBY dan PD dalam
meraih dukungan suara rakyat melalui pemilu, kini pada periode pascapemilu, justru menjadi titik lemah.

SBY dan PD yang dulu gencar melakukan kampanye pencitraan melalui media, dengan dukungan dana nyaris tak terbatas, kini, harus menghadapi kenyataan pahit: media tidak bisa dipakainya lagi mempertahankan citra dirinya. Upaya berkali-kali untuk menunjukkan dirinya sebagai korban, pihak yang dizalimi, justru jadi bahan ketawaan media.

Yang terjadi kemudian, partai-partai koalisi yang tidak sepaham dengannya, memakai media untuk menghindar, menekan dan bahkan melawan kemauannya. Semua skenario politik yang disiapkan untuk menekuk partai-partai koalisi, seakan berantakan di jalan, karena skenario tersebut dibeberkan ke media, dan media kemudian memaknai sebagai upaya transaksi politik. Padahal SBY dan PD tidak menginginkan pihaknya dicitrakan seperti itu.

Tidak diketahui, bagaimana saran para konsultan media, dalam menghadapi situasi seperti ini. Yang terlihat adalah, juru bicara gagap bicara; gerak cepat staf khusus menimbulkan tawa, dan; teriakan ancaman fungsionaris PD hanya dianggap angin lalu. Apapun putusan Pansus Bank Century, pemulihan citra diri SBY dan PD menjadi pekerjaan berat nantinya. Tapi bagi konsultan politik, inilah proyek besar.

* Didik Supriyanto, wartawan detikcom yang juga Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). (detiknews, 23/2/2010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*