JAKARTA -Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Muhaimin Iskandar menyebutkan hingga kini terdapat hampir 12 juta lulusan perguruan tinggi tingkat S1 menganggur atau tidak memiliki pekerjaan. Hal itu disebabkan orientasi pengembangan pendidikan nasional yang tidak sejalan dengan perkembangan ketenagakerjaan Indonesia.
“Hari ini cukup prihatin banyak sekali S1, hampir 12 juta penggangguran dari sarjana S1,” katanya di Kantor Kemenakertrans, Kamis, (4/3), sore.
Menurut Muhaimin, saat ini pengembangan pendidikan dan ketenagakerjaan di tanah air tidak berjalan beriringan, tapi masing-masing. Padahal, pengembangan pendidikan seharusnya menyesuaikan dengan perkembangan dunia ketenagakerjaan.
“Harusnya S1 itu sejak awal memiliki kompetensi memadai. Kurikulum S1 paling tidak dalam satu semester di dalamnya ada kompetensi,” katanya.
Muhaimin juga menyebutkan, kebijakan anggaran Indonesia hingga kini belum menjadikan pengembangan dunia ketenagakerjaan sebagai salah satu arus utama, tapi baru pendidikan dan agama. Pasalnya, alokasi anggaran untuk pengembangan ketenagakerjaan di Kemenakertrans cukup kecil sekitar Rp 2 triliun, sedangkan anggaran pendidikan Rp 200 triliun.
“Karena itu, mestinya Rp 200 triliun itu menjadi bagian dari kesatuan di dalamnya pendidikan dan ketenagakerjaan,” katanya.
Untuk mengatasi tingginya angka pengangguran S1, menurut Muhaimin, pengembangan pendidikan dan ketenagakerjaan harus berjalan bersama-sama dan saling berkaitan. Hal itu setidaknya dilakukan minimal dalam 5-10 tahun mendatang agar dunia pendidikan mampu menciptakan lulusan siap kerja dan bisa menghadapi tantangan perdagangan bebas.
“Kita harus memberanikan diri untuk jangka pendek menghadapi free trade, menghadapi internasionalisasi perdagangan,” pungkasnya. (republika.co.id, 5/3/2010)