WASHINGTON–MI: Bank sentral dan Depkeu AS mengumumkan langkah penyelamatan dua raksasa kreditor perumahan AS Fannie Mae dan Freddie Mac yang nilai sahamnya jatuh karena kerugian yang dialami unit pembiayaan perumahan mereka.
Kerugian tersebut mengancam situasi finansial kedua perusahaan tersebut.
Langkah penyelamatan itu juga dimaksudkan bagi para investor di seluruh dunia yang tengah cemas bahwa pemerintah siap mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencegah krisis di pasar kredit yang dimulai pada tahun lalu.
The Fed mengatakan, mereka memberikan kewenangan kepada perwakilan bank sentral di New York untuk meminjamkan berapapun yang dibutuhkan kepada dua perusahaan tersebut. Mereka nantinya hanya dibebankan bunga 2,25% atas pinjaman tersebut atau tingkat bunga yang sama dengan pinjaman pada perbankan komersial dan perusahaan raksasa Wall Street.
Menurut The Fed, hal itu akan menyelamatkan mereka dalam penyediaan kredit kepemilikan rumah dalam situasi sulit di pasar finansial saat ini.
Sementara itu, Menkeu AS Henry Paulson mengatakan pihaknya tengah melobi Kongres untuk memberikan otoritas penambahan batas kredit mereka dari US$2,25 miliar saat ini kepada masing-masing perusahaan jika dibutuhkan dan bahkan menukar dengan saham kepemilikan di perusahaan tersebut, jika diperlukan.
“Fannie Mae dan Freedie Mac memiliki peran sentral dalam sistem pembiayaan perumahan kami dan harus terus dipertahankan pada situasi saat ini sebagai perusahaan terbuka.”Dukungan mereka pada pasar perumahan sangat dibutuhkan saat kami tengah memperbaiki pasar perumahan,” kata Paulson.
Rencana Depkeu juga memasukkan adanya peran konsultatif The Fed dalam setiap kebijakan baru yang akhirnya nanti akan diputus Kongres bagi kedua perusahaan itu. Peran The Fed nantinya adalah menentukan syarat modal bagi kedua perusahaan.
Gedung Putih dalam pernyataannya menjelaskan, Presiden Bush telah menugaskan Menkeu Paulson untuk segera bekerjasama dengan Kongres guna merealisasikan rencana tersebut. Mereka mengungkapkan, keyakinannya bahwa rencana tersebut akan mampu menciptakan kestabilan dalam situasi saat ini.
Meski demikan, investor diperkirakan tidak akan langsung bereaksi positif, seperti diungkap Chris Johnson, manajer investasi dan Presiden Johnson Research Group di Cleveland. Ia memperkirakan, harga saham-saham perusahaan pembiayaan tetap akan mendapat tekanan.
“Ini situasi dimana regulator dan pemerintah akan saling bekerjasama dan itu berarti tidak ada diskon di harga saham,” ujarnya. (Media Indonesia, 14/07/08)