Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke di Washington, Selasa (15/7), mengatakan, ekonomi AS yang rapuh kini menghadapi sejumlah kesulitan, termasuk gejolak pasar uang, naiknya jumlah penganggur dan penunggakan kredit perumahan.
Hal ini menyebar ke Asia. â€Sentimen pasar sungguh rapuh,†kata Louis Wong, Direktur Riset Phillip Securities di Hongkong, Selasa. Investor khawatir makin banyak bank di AS yang mengalami kebangkrutan.â€
Presiden AS George W Bush mengadakan jumpa pers soal perekonomian AS. â€Ekonomi akan segera menguat setelah keluar dari persoalan sekarang,†kata Bush. Namun, Bush mendesak Kongres AS mempercepat pertolongan Fannie Mae dan Freddie Mac, yang sedang bermasalah, dan pemegang setengah dari total 5 triliun dollar AS kredit sektor perumahan AS.
William Rees-Mogg, kolumnis terkenal Inggris, yang berkarier di Times dan The Sunday Times, Inggris, Senin, mengatakan, gejolak ekonomi sekarang mengingatkannya pada depresi besar AS dekade 1930-an.
Aksi jual saham didorong kekhawatiran investor bahwa krisis lembaga keuangan AS mengalami fenomena gunung es, di mana keadaan terburuk sudah terjadi, tetapi hanya terlihat di puncaknya. â€Saya kira, yang kita lihat baru puncak dari sebuah gunung es,†kata Mark Fitzgibbon, Direktur Riset Sandler O’Neill and Partners LP, sebagaimana dikutip jurnal American Banker.
Urat nadi terganggu
Keadaan kini bergantung pada ketenangan nasabah soal bank dan lembaga keuangan bank yang merugi akibat kredit macet sektor perumahan AS. Faktor terbaru yang memperburuk kondisi perbankan dan lembaga keuangan AS adalah anjloknya konsumsi AS akibat kenaikan harga pangan dan bahan bakar minyak.
â€Jika kekhawatiran soal kesehatan lembaga keuangan makin mencuat sebagaimana sudah menghinggapi puluhan perbankan di AS, keadaan bisa memburuk pekan ini juga,†demikian peringatan Wall Street Journal.
Badan Pengawas Bursa Saham AS (The Securities and Exchange Commission) akhir pekan lalu secara agresif mengumumkan bahwa siapa pun penyebar gosip buruk soal keadaan pasar akan dilibas.
Kekhawatiran terbaru dipicu kebangkrutan Fannie Mae dan Freddie Mac. Hal ini mencuatkan keraguan bahwa lembaga keuangan dunia, urat nadi perekonomian, sedang bermasalah. Sebelumnya, sejumlah perbankan besar di AS dan Eropa juga sudah merugi besar,
Saham bank China dan Jepang, seperti Mitsubishi UFJ dan Mizuho, juga dicampakkan investor karena terkait pembiayaan surat berharga kredit perumahan di AS. Hal ini mengancam tersendatnya kredit dan gangguan pada pembiayaan perdagangan. (Kompas, Rabu, 16 Juli 2008)