MUI Jatim: Desain Toilet Hotel Mewah “Najis”

SURABAYA- Desain bangunan gedung dan hotel mewah di Indonesia tidak mencerminkan masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam. Gedung-gedung dan hotel mewah itu desainya mengadopsi desainer Barat yang hanya mengedapankan kemewahan yang tidak dilengkapi fasilitas untuk ibadah shalat umat Islam.

“Ada petunjuk arah kiblat, tetapi tidak bisa melaksanakan shalat karena tidak ada tempat untuk mensucikan diri (berwudlu–red),” ujarnya.

Ia juga menyoroti toilet di hotel mewah itu yang  justru mendekatkan penggunanya pada najis. “Di toilet hanya disediakan tissue untuk membersihkan diri setelah buang air,” ungkap KH Abdushomad Buchori, ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Jatim, Selasa (23/3).

MUI menegaskan, gedung-gedung dan hotel mewah itu dinilai konsep dan desainya mengadopsi desain Barat yang hanya menonjolkan kemewahanya saja tetapi tidak sesuai dengan fikih Islam. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi dan mengganggu ibadah umat Islam, karena tidak jarang acara-acara yang membahasa masalah keagamaan kerap dilaksanakan di hotel maupun gedung.

“Pejabat-pejabat kita masyoritas Islam dan mereka sering melaksanakan kegiatan-kegiatan kedinasannya di hotel-hotel mewah yang kadang-kadang memakan waktu seharian atau bahkan berhari-hari. Tetapi kondisi seperti tidak pernah dikeluhkan mereka, lalu bagaimana cara mereka melaksanakan shalat kalau desain bangunannya seperti itu,” tegasnya.

Meski bukan negara Islam, bangunan-bangunan tersebut harus tetap memikirkan umat Islam, karena banyak umat Islam yang berkegiatan di hotel itu. “Pemerintah wajib memperhatikan persoalan ini. Masalah ini jangan dianggap remeh karena menyangkut sah dan tidaknya umat Islam melaksanakan ibadah shalat,” tandasnya

MUI mengaku sudah pernah mengirimkan surat kepada pemerintah untuk melakukan kajian masalah tersebut karena menyangkut ibadah umat Muslim. Tetapi surat MUI itu hingga saat ini tidak ada tanggapan. “Jika pemerintah mengabaikan, maka yang akan menanggung dosanya adalah para pemimpin negara ini.” (republika.co.id, 23/3/2010)

4 comments

  1. betul…. di malll juga…. hanya disediakan mushola (6×6) di lantai paling atas (parkir)…. terpisah pula…. kalau hujan ya nangis…

  2. itulah wajah2 pengekor ideologi sekulerisme,jika Islam bgkit niscaya akn jadi kaum panutan bukan pengekor…!tuk itu mari kita sama2 bjuang agar Islam bisa diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan oleh khilafah Islamiyah min hajinnubuwah.Insyaallah

  3. Syaiful Al Gresiky

    Penguasa Indonesia kalau ngasih ijin ke pengusaha asing jangan asal nyosor ke duitnya aja. Hormati tuh kaum muslimin yang taat, jangan diskriminatif, Orang Asing dihormati, Rakyat sendiri direndahkan dan dibuang…

  4. Di Malaysia, konon, setiap pembangunan Mal atau Hotel wajib menyediakan masjid. Tidak perlu apa agama pemilik Mal/ Masjid, karena mayoritas warga (pengunjung) adalah muslim.
    Mengapa di Indonesia tidak diatur untuk toilet wajib disediakan air untuk cebok/ cuci? DPR/ DPRD Provinsi/ Kab-Kota kan bisa membuat aturan (UU/ Perda) begitu? apa saja yang diperjuangkan wakil rakyat yang dari kelompok Islam itu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*