HTI Press. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Surabaya, jum’at (26/3) melakukan aksi tolak liberalisasi dibalik gerakan lesbian gay biseksual transeksual (LGBT) didepan Gedung DPRD Kota Surabaya. Gerakan LGBT ini merupakan gerakan orang-orang yang melakukan aktivitas homoseksual, salah satunya aktivitas yang baru saja tersingkap -akhirnya ditolak oleh Kepolisian- kemunculan pertemuan 4th ILGA-Asia Regional Conference (Konferensi se-Asia ke-4 Asosiasi kaum gay, lesbian, bisekual, transgender & intersex) di Surabaya.
Aksi diikuti 500 ikhwan akhwat Syabab HTI dan diliput puluhan media, diawali selepas sholat jum’at di Taman Apsari, depan gedung negara Grahadi Surabaya. Sebelum melakukan longmarch menuju Gedung DPRD Kota Surabaya, aksi dibuka langsung oleh Ustadz Fikri A. Zudiar. Menurut Ketua DPD HTI Kota Surabaya ini, aksi ini bukan terkait dengan penolakan konfrensi ILGA (International Lesbian Gay Asociation) oleh kepolisian yang memang telah menjadi tanggung jawabnya, dengan tidak mengijinkan kegiatan yang merusak umat tersebut. Aksi lebih ditekankan untuk menyampaikan dan menyerukan pandangan Islam serta mengingatkan akan bahaya liberalisme kepada masyarakat
Sementara itu dalam resensi acara panitia, dinyatakan rasa bersyukur atas penolakan pihak kepolisian terhadap konferensi ILGA tersebut. Dan perlu diingatkan kepada pemilik kebijakan bahwa aktivitas itu bagian kecil dari aktivitas mereka, sehingga sebenarnya Hizbut Tahrir bukan hanya menginginkan pembatalan konferensi itu saja tapi pelarangan aktivitas LGBT. LGBT ini merupakan aktivitas yang lahir dari liberalisme, dan dipastikan sangat berbahaya bagi umat. Sehingga aktivitas mereka ini wajib diwaspadai karena sebenarnya tak terlepas dari upaya-upaya liberalisasi yang selama ini telah melanda masyarakat kita. Dengan alasan HAM dan kebebasan, mereka menuntut kesetaraan dan pengakuan. Padahal bagaimana bisa kebebasan akan dilakukan sementara pencipta kita telah memberikan batasan, mana yang boleh dan mana yang tidak.
Sepanjang rute longmarch yang dilalui terkibar Al-liwa’ dan Arrayah, dan Takbir dikumandangkan. Syabab Hizbut Tahrir menyerukan penolakan liberalisasi disertai dengan poster dan banner yang bertuliskan “Tolak Upaya Liberalisasi dibalik LGBT”, “LGBT Haram, Kriminal , Menjijikkan”, “Khilafah penjaga umat penghukum LGBT”. Dan Hizbut Tahrir selalu menyampaikan dan menyerukan “Selamatkan umat dengan Syariah dan Khilafah”. Sesampainya didepan Gedung DPRD, perwakilan HTI dipersilahkan masuk ke gedung dewan untuk melakukan audiensi, sementara peserta aksi melakukan orasi diluar gedung. Perwakilan Hizbut Tahrir yang dipimpin Ketua DPD HTI Kota Surabaya Ustadz Fikri terdiri dari Ustadz Muhammad, Ustadz Saiduddin, Ustadz Ihsan, ustadz Bilal, Ustadz Agung dan Ustadz Rahmat disertai Muslimah Hizbut Tahrir Ustadzah Aida, Ustadzah Nurul, Ustadzah Atika, Ustadzah Faizah, Ustadzah Azifah dan Ustadzah Asma. Perwakilan Hizbut Tahrir diterima komisi D DPRD Kota Surabaya dari fraksi Demokrat, Gerindra, Golkar, PDIP, PDS, PKS. Selain penyampaian pernyataan sikap Hizbut Tahrir menolak liberalisasi dibalik LGBT oleh Ustadz Fikri, juga terjadi dialog yang cukup lama dengan anggota dewan. Pihak DPRD sepakat untuk menolak beradaan LGBT dan mewaspadai jika ada upaya memasukkan legalisasi kepentingan mereka dalam draf-draf perda. Ketika diminta untuk membubarkan organisasi gaya nusantara di Surabaya, mereka melihat belum ada perda tentang itu, dan hal itu bisa menjadi inisiatif bagi DPRD.
Audiensi dengan DPRD menurut infokom DPD HTI Surabaya merupakan bagian dari aksi penolakan liberalisasi dibalik LGBT untuk mengingatkan kepada anggota dewan agar menolak segala bentuk usulan legalitas LGBT. Ditambahkan, Senin (22/3) Hizbut Tahrir Mendengar Surabaya akan menjadi tuan rumah ILGA-Asia Regional Conference dan hari itu pula Hizbut Tahrir sudah menyampaikan keberatan dan penolakan ke beberapa pihak antara lain anggota MUI, Satintelkam Polwilrabes Surabaya dan Polda Jatim, tokoh-tokoh masyarakat dan ulama’ di Surabaya
Sementara itu, di luar gedung dewan, ditengah aksi penolakan masih berlangsung, hujan deras mengguyur kota Surabaya. Pantang menyerah dengan derasnya hujan seluruh peserta dan para orator aksi terus menyerukan penolakan liberalisasi di balik gerakan LGBT. Dikomando pembawa acara Ustadz Edi Kusuma, pekik Takbir dan seruan Khilafah mengudara dibawah kibaran Al-liwa’ dan Arroyah. Usai menerima perwakilan HTI, perwakilan komisi D DPRD Kota Surabaya didepan peserta aksi menyampaikan kembali pernyataan dukungan terhadap aksi penolakan liberalisasi dibalik LGBT dan akan mengawal penolakan ini. Tepat pukul 15 WIB aksi yang dipimpin Ustadz Umar Syahid ini, diakhiri dengan doa yang dipimpin Ustadz Saiduddin, Lajnah Tsaqofiyah DPD HTI Jatim. Semoga Alloh SWT, menyegerakan pertolonganNya dengan tegaknya Khilafah dan diterapkannya Syariah untuk menjaga kemulian umat manusia dari segala kerusakan. (asr/zr/lijatim)
Ya Allah, makhlukmu telah menyalahi kodratnya sebagai manusia. Mereka manusia namun berprilaku sebagaimana binatang atau bahkan lebih redah prilakunya dari binatang. Ya Allah, kami sadar, ini adalah tugas kami untuk menyampaikan RisalahMu. Risalah yang Agung dan menjadikan manusia bermartabat sebagai hambaMu, beradap. Namun tugas ini sangat berat. Berikan kami kekuatan untuk terus menyerukan risalahMu, walaupun orang-orang kafir, liberalisme, kapitalisme, sekularisme pluralisme tidak suka. Kami menikmati ugas berat ini, karena kami yakin atas jamjiMu dan hanya janjiMu saja. Di dunia terhormat dan di akherat terhormat. Amin yaa mujiiba saailin
Perang pemikiran dan perang kebudayaan. Budaya dzolim mau dicampurkan pada ihsan…ya waspadalah akan upaya daya belitan iblis dan bala-tentaranya (LGBT). Pemikiran generasi muda yang masih labil coba disesatkan oleh kebebasan tampa moral dan tidak sesuai dg fitrah, kecuali napsu hewani dan angkara dosa saja. Rencana2 jahat dan rendah memang tidak bosan2nya selalu ditebarkan oleh musuh2 Islam.