Muslim Amerika mengatakan setelah serangan teror September 11 di Amerika Serikat, hak-hak mereka sering dilanggar atas nama keamanan nasional.
Muslim Amerika mengeluh bahwa setelah insiden 9 / 11 definisi dan wajah seorang teroris diidentikkan dengan Muslim, membuat mereka menjadi sasaran kata-kata dan tindakan kebencian, sehingga sulit bagi orang lain mempertahankan pekerjaannya, pergi ke sekolah atau bahkan naik pesawat.
“9 / 11 membuat keadaan lebih buruk. Ini menambahkan banyak beban bagi kita. Hal ini membawa stereotip dan kebijakan yang buruk kedepannya dan ditambah adanya kebijakan yang buruk di masa lalu,” Nihad Awad, Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR ), mengatakan kepada Press TV Erin Connors.
CAIR pada minggu ini meminta Departemen Kehakiman AS untuk menutup celah yang memungkinkan untuk diskriminasi individu yang didasarkan pada agama mereka dan asal-usul kebangsaan, sesuatu yang oleh beberapa pejabat digambarkan sebagai ‘jalan ke Amerika aman’.
“Pemerintah harus bertindak intelijen cerdas yang aktif, bukan pada pembedaan agama dan ras. Ini telah menunjukkan waktu untuk tidak efektif dan kontraproduktif,” tegas Nihad.
Banyak pengamat berpendapat bahwa aksi terorisme terjadi oleh anggota agama dan etnis lain juga, tetapi mereka jarang diberi label setelah identitas etnis mereka.
“Ini tindakan yang mendefinisikan apa yang ilegal bukan orang atau tindakan,” kata Sahar Aziz, yang berada di Komite Pertahanan Bill of Rights.
“Ini adalah kepentingan semua orang untuk mendukung keamanan nasional, bukan kepentingan setiap orang untuk mendukung profil rasial sebagai sarana untuk melakukannya, itu tidak efektif,” katanya. (mediaumat.com, 14/4/2010)