Konferensi Keamanan Nuklir di Washington menjadi sorotan media massa internasional. Barack Obama, Presiden Amerika mengundang 84 kepala negara dunia untuk menghadiri konferensi ini. Presiden Amerika ini tampaknya ingin menjadi pelopor perlucutan senjata nuklir di dunia. Untuk itu, Obama telah mengambil langkah-langkah politik sebelum diselenggarakannya konferensi tersebut.
Melalui konferensi internasional ini, Obama hendak berteriak lantang, Amerika Serikat bertekad mengamankan nuklir dunia. Bahkan, Obama mengatakan, “Terorisme nuklir adalah salah satu ancaman paling menantang terhadap keamanan internasional”. Namun, benarkah AS serius melakukannya?
Kantor berita Antara hari ini (Rabu,14/4) melaporkan, Washington menginginkan semua negara, termasuk Israel, menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Keinginan Gedung Putih itu disampaikan Presiden Barack Obama di akhir Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir yang berlangsung di Washington DC.
Lalu, bagaimana fakta sebenarnya? Washington dan Rusia adalah pemilik 95 persen senjata nuklir dunia. Selain itu, Amerika Serikat juga menyimpan senjata nuklirnya di berbagai negara, di antaranya 90 bom atom di pangkalan militer Incirlik di Turki selatan. Senjata pemusnah massal ini di luar kesepakatan START II yang ditandangani Rusia dan AS baru-baru ini.
Ironisnya, di saat masyarakat dunia menghendaki perlucutan senjata nuklir, Obama justru bertekad meremajakan senjata nuklirnya. Selama setahun kemarin, Amerika telah mengucurkan dana sebesar 10 miliar dolar untuk mengembangkan dan memproduksi generasi baru senjata nuklir. Meskipun kuantitas senjata nuklir AS dikurangi, namun kualitas senjata pemusnah massal ini justru meningkat beberapa kali lipat.
Hingga kini, Washington tidak bisa menjewer anak emasnya sendiri yang sering menimbulkan keributan di Timur Tengah. Dengan dukungan Amerika Serikat dan Perancis, Rezim Zionis Israel memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir. Para ahli militer dunia yakin, Israel memiliki stok ratusan hulu ledak senjata nuklir. Namun, rezim Zionis tidak pernah mengakuinya. Israel juga tidak menandatangani NPT untuk menghindari inspeksi internasional atas fasilitas-fasilitas nuklir mereka.
Sejatinya, langkah Barack Obama menyelenggarakan Konferensi Washington ini tidak lebih dari sebuah muslihat untuk menipu opini publik. Dengan cara tersebut, ia berharap dapat memaksakan kebijakannya terhadap negara-negara lain. (mediaumat.com, 15/4/2010)