KHARTOUM – Presiden incumbent Sudan Omar Al Bashir kembali memenangkan pemilu yang memastikan dirinya menjabat sebagai Presiden Sudan untuk dua kali berturut-turut. Bashir menjadi satu-satunya presiden yang terpilih kembali saat dihadapkan pada tuduhan penjahat perang.
Kemenangan Omar Al Bashir sudah diperkirakan, setelah saingannya memutuskan untuk mundur dari pemilihan. mereka menilai Bashir melakukan kecurangan. Terpilihnya Bashir mengundang pertanyaan bagaimana posisinya di dunia internasional, menyusul tuduhan penjahat perang.
Bashir tidak dapat bebas melakukan perjalanan ke luar negeri karena dirinya berisiko ditangkap. Terlebih setelah Pengadilan Internasional di Den Haag mengeluarkan tuduhan dirinya terlibat kejahatan perang di wilayah Darfur Barat. Demikian diberitakan Associated Press, Selasa (27/4/2010).
Setelah 24 tahun, pemilihan presiden yang diikuti pemilihan anggota parlemen dan pemerintah daerah di Sudan, untuk pertama kalinya diberlakukan sistem multipartai. Sistem menjadi kunci dari perjanjian perdamaian pada tahun 2005 lalu, mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung selama 21 tahun.
Perang saudara antara kelompok mayoritas arab dan muslim di utara Sudan dengan kelompok kristen di Selatan, telah menewaskan dua juta jiwa tewas. Sedangkan konflik di Darfur yang merebak tahun 2003 silam, tidak berkaitan dengan perang saudara itu.
Selain untuk memilih presiden, pemilihan kali ini membuka jalan untuk referendum yang akan berlangsung pada 2011 mendatang. Referendum ini nantinya memungkinkan pihak selatan untuk tetap masuk ke wilayah Sudan atau berpisah.
Sementara pihak pengawas internasional menyatakan, pemilu presiden kali ini, tidak memenuhi standar yang dikeluarkan internasional. Ini terjadi karena adanya penundaan, intimidasi, dan kesalahan daftar pemilih. Bashir sendiri memenangkan pemilu dengan meraih 68 persen suara dari lebih 10 juta jumlah suara yang dianggap valid. (okezone.com, 27/4/2010)