HTI Press. Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Bangladesh, Kamis (6/5) di Jakarta. Massa menuntut agar Bangladesh membebaskan Jurubicara Hizbut Tahrir Bangladesh Prof Mohiuddin Ahmeddan sejumlah aktivis HT Bangladesh yang ditangkap aparat setempat dengan tuduhan berencana melakukan kegiatan terorisme, Selasa (20/4) lalu.
HTI menuntut pembebasan Mohiuddin Ahmed dan sejumlah aktivis HT Bangladesh, membersihkan mereka dari segala tuduhan palsu dan keji tersebut. “Salah satu prinsip dari perjuangan Hizbut Tahrir di manapun adalah non-violence (tanpa kekerasan), tidak pernah ada bukti sedikitpun yang bisa mengaitkan Hizbut Tahrir dengan apa yang disebut terorisme!” pekik Sekretaris Jubir HTI Roni Ruslan kemudian disambut pekik takbir massa.
Penangkapan Mohiuddin dan sejumlah aktivis HT merupakan bukti tindakan brutal pemerintah Bangladesh untuk membendung suara nyaring Hizbut Tahrir membongkar persekongkolan jahat pemerintah dengan Amerika, Inggris dan India untuk menghambat tegaknya syariah dan khilafah di Bangladesh.
Hizbut Tahrir Bangladesh selama ini dikenal sangat aktif membongkar dan menentang kebijakan pemerintah yang pro negara imperialis, mendukung kehadiran militer AS, dan masalah eksploitasi asing terhadap kekayaan alam Bangladesh, serta berbagai masalah keumatan lainnya.
Pihak kedutaan Bangladesh , Acting Ambassador SM Anisul Haque, merespon dengan baik sejumlah delegasi HTI, meskipun ia tidak mengetahui apa alasan pemerintahnya menangkap Jubir dan sejumlah aktivis HT di sana.
Anisul Haque pun menegaskan pemerintah berbeda dengan pengadilan, karena pengadilannya independen. “Jadi kalau jubir dan aktivis HT Bangladesh tidak bersalah tentu akan dibebaskan,” pungkasnya seraya berjanji akan menyampaikan tuntutan HTI kepada pemerintah Bangladesh.
Penangkapan Mohiuddin dilakukan kurang dari sepekan setelah Hizbut Tahrir melakukan aksi memprotes program latihan militer Amerika-Bangladesh berkode Tiger Shark-2. Sebelumnya Mohiuddin pun dikenakan tahanan rumah, sepekan setelah aksi memprotes rencana latihan militer sebelumnya, yakni, Tiger Shark-1. [] joko prasetyo
Artikel Terkait: