Sistem Keuangan “Setan” Sangat Merugikan Umat Manusia

JAKARTA- Mengapa dunia, termasuk Indonesia,  harus berekonomi syariah? “Sebab, ekonomi konvensional atau kapitalis yang sudah berkembang ratusan tahun sangat jahat, tidak adil, serta menghancurkan kemanusiaan. Semua itu sangat merugikan umat manusia,” tegas tokoh perbankan syariah, Dr A Riawan Amin.

Riawan yang juga Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mengemukakan hal tersebut pada Kuliah Informal Ekonomi Islam yang diadakan oleh AN-NAHL Institute di Jakarta, Ahad (16/5). Acara tersebut diikuti sekitar 80 mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta.

Mantan Direktur Utama Bank Muamalat yang juga penulis buku “Satanic Finance” itu mengemukakan ada tiga pilar yang selama ini menjadi cirri khas ekonomi konvensional atau ekonomi kapitalis, dan terbukti sangat merugikan umat manusia.

“Ketiga pilar system keuangan konvensional itu – saya menyebutnya system keuangan setan —  adalah financial interest (bunga atau sitem riba), fractional reserve requirement  (dibolehkannya bank mencetak uang), dan fiat money (uang kertas),” tutur Riawan yang juga penulis buku terlaris, “The Celestial Management”.

Ia menjelaskan,  uang kertas yang sekarang menjadi alat tukar kita, sebenarnya uang yang dipaksakan. Karena tidak mempunyai nilai dari uang itu sendiri.  “Karena itu,  di antara langkah yang harus dilakukan umat Islam adalah selain kembali kepada sistem ekonomi syariah juga harus mulai menerapkan uang dinar dan dirham,” paparnya.

Berkait dengan fractional reserve requirement, Riawan menjelaskan dewasa ini jumlah uang yang bisa dihasilkan oleh bank bisa senilai sembilan kali lipat dari total uang yang sebenarnya beredar di masyarakat karena di-back up oleh koin emas atau perak, sebab bank hanya perlu mencadangkan 10 persennya saja. Uang itulah yang dipinjamkan kepada masyarakat dengan bunga (interest) yang merupakan pilar ketiga “Sistem Keuangan Setan”,” papar Riawan.

Kuliah yang disampaikan oleh Riawan Amin mendapatkan perhatian yang sangat besar dari para mahasiswa. Tak sedikit di antara mereka yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis menyangkut ekonomi konvensional saat ini dan apa yang seharusnya dilalukan. (republika.co.id, 18/5/2010)

6 comments

  1. Ummu Nuha, T.Agung

    Semoga makin banyak yg spt Pak Riawan Amin. Faham dan sadar betapa rusaknya sistem kapitalis yg sedang diterapkan di negeri ini.
    Uang kertas & nilai mata uang yg tidak ditopang emas, penyebab inflasi yg terus membumbung tinggi.
    Dualisme sektor ekonomi, terutama transaksi di sektor moneter yg jauh menggelembung, penyebab krisis yang berulang-ulang.
    Akankah kondisi seperti ini kita pertahankan?
    Mari kita campakkan sistem setan ini dan kembali kpd sistem Alloh Taala.

  2. Gus Umair, Bandung T.agung

    Para praktisi ekonomi telah mengakui keunggulan sistem ekonomi Islam (syariah) hingga mereka rame2 bikin “perbankan syariah”.
    Sudah selayaknya jika mulai sekarang untuk menerapkan sistem Islam yg lain, Politik/Pemerintahan, Peradilan, Moneter, DLL. Karena pada dasarnya Islam itu ibarat satu tubuh yg utuh, maka ganjil sekali jika kita hanya mengambil sebagian saja, kepalanya saja, atau kakinya saja, atau matanya saja, dll.
    Semoga impian ini SEGERA jadi nyata. Amiin.

  3. Ilham M. Naufal

    Mana yg lebih baik…sistem kapitalisme (keuangan setan) dibanding sistem Allah bagi orang2 yg yakin akan kebenaran Din Islam ?
    Kita taat pd sistem setan, mk Allah akan mencabut keberkahan dr langit & bumi. Atau haqqul yakin dg sistem Allah (syari’ah & khilafah), pasti Allah menurunkan berkah-Nya.

  4. setuju banget tuh, HTI tetaplah berjuang dipundakmu umat berharap

  5. Yg cukup penting tapi tidak/ belum disebutkan dalam artikel republika diatas adalah bahwa sistem perekonomian syariah tidak bisa berdiri sendiri (jika ingin diterapkan) di tengah2 sistem politik yg sekular.

  6. khilafah commander

    Perekonomian syari’ah hanya bisa hidup subur didalam sistem KHILAFAH… maka kehadiran KHILAFAH harus dihadirkan di tengah-tengah umat… Ayoooo berjuang terus untuk tegaknya Daulah Khilafah… yang belum segera bertobat dan langsung bergabung dengan pejuang Khilafah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*