Ketika ‘Wong Cilik’ Jadi Korban Kebijakan

Apa pemerintah tidak peduli dengan orang kecil? Sontak, pria tua yang bekerja sebagai tukang ojek ini sedikit berang begitu mendapati kabar adanya kebijakan pemerintah untuk membatasi premium dan dialihkan ke pertamax.

“Harga premium naik saja, kita sudah susah, ini disuruh beralih ke pertamax yang jauh lebih mahal, jelas berat buat kita,” ungkap Jari (43), Kamis (27/5/2010) di Pancoran, Jakarta.

Pria beranak dua ini mengaku hidupnya sekarang bisa dibilang pas-pasan. “Kalau sekarang hidup istilahnya Senin-Kamis. Kalau sampai ada aturan itu, mungkin kita hanya bisa hidup Sabtu-Minggu,” ujarnya dengan nada pelan.

Dengan seharian mengojek, Jari bisa memperoleh sekitar Rp 50.000. “Itu juga kalau lagi ramai. Kalau sepi bisa cuma Rp 20.000 di luar bensin,” ujar Jari.

Apakah cukup uang sejumlah itu untuk menghidupi dua anak yang sudah remaja dengan istri yang tak bekerja? “Yahhh… Mau diapain lagi, kondisinya seperti ini, harus pas. Harus bisa,” ungkapnya.

Dulu, sebelum krisis moneter yang mendera Indonesia pada tahun 1997-1998, Jari masih bisa bernapas lega karena ada penghasilan tetap yang cukup untuk keluarga. “Sebelum krismon saya kerja jadi karyawan konveksi, tapi karena krisis, toko jadi tutup. Saya pengangguran, akhirnya jadi tukang ojek,” ujar pria yang sudah mengojek selama 10 tahun ini.

Selama satu dekade bersama motornya, Jari melawati banyak cerita baik suka maupun duka. Cerita paling diingatnya ketika seorang pelanggan tidak membayar jasanya. “Saya pernah enggak dibayar pelanggan sudah diantar sampai Senen, ditunggu dua jam enggak keluar-keluar, ya sudah saya pulang,” kenangnya sambil tersenyum.

Cerita lain terjadi ketika kenaikan BBM. “Pelanggan itu tidak peduli BBM naik, mereka maunya tetap harga lama. Kadang-kadang jarak yang dikasih tahu di awal ternyata lebih jauh dari itu, kita yang rugi,” cerita Jari.

Meski demikian, apabila benar-benar harus mengganti dengan pertamax, ia hanya bisa pasrah. “Ya mau diapain lagi, harus terima. Paling nanti tarif dinaikin, dan dapat protes pelanggan,” ia melanjutkan.

Di negeri ini, nasib seperti di atas, tidak hanya terjadi pada Jari, masih banyak “Jari” lainnya yang juga merasakan hal serupa, atau bahkan lebih miris. Meski tidak memiliki kekuatan untuk memprotes kebijakan itu, Jari tetap memiliki sedikit harapan untuk pemerintah. “Saya hanya mau pemimpin negeri ini bijaksana. Tolong jangan dinaikkan lagi beban biayanya, yang stabil saja,” ujar Jari penuh harap.

Rencana pemerintah untuk menetapkan pembatasan premium bersubsidi untuk dialihkan ke pertamax mengundang protes, terutama dari kalangan bawah, salah satunya tukang ojek ini. Tukang ojek, yang keberlangsungan hidupnya sangat dipengaruhi dengan kestabilan harga BBM, ini akan langsung terkena dampaknya. Terlebih, ojek bukan merupakan salah satu moda transportasi umum yang diakui pemerintah sehingga kemungkinan mendapatkan subsidi pun terbilang kecil. (kompas.com, 27/5/2010)

6 comments

  1. Wong Edan, Dasar Negara kapitalisme lintah darat, buaya darat

  2. Sudah banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, dan kedzaliman ini tidak akan berakhir kecuali kita bangkit dan berjuang untuk mewujudkan pemerintahan yang taat Allah dan RasulNya serta mencintai dan dicintai rakyatnya

  3. Tenang Pak Jari, kalo sampean jadi orang susah karena didlolimi penguasa, Insya Allah cepet masuk surga.Yang didlolimi gak cuman sampean, termasuk saya dan ratusan juta rakyat Indonesia.dari 230 juta penduduk Indonesia kira kira 95% yang terdzolimi, termasuk anak anak bergizi buruk. Sementara pemerintah dlolim kenikmatane cuman di dunia yang sebentar ini. Allah Maha adil, penguasa dlolim dipastikan akan dieprek eprek saat sakaratul maut hingga di hari kiamat.
    Begini Pak Jari, sing penting kita ini dicipta oleh gusti Allah tuk ibadah. Ayo kita isi hidup ini ibadah yang baik. Kita contoh Nabi Muhammad dan para sahabatnya untuk berdakwah menegakkan sistem pemerintahan hukum Islam. Disamping dapat pahala, nanti jika daulah Islam berdiri seperti 12 abad telah terjadi, dunia ini dipenuhi kebaikan dan keadilan.
    Sampean hubungi saja kawan-kawan pengemban dakwah di Hizbut Tahrir, Insya Allah sumbang sih Pak Jari terhadap kebangkitan Islam ini sangat-sangat berarti dan hidup ini bisa berkah. Wassalamu alaikum.

  4. neo lib takan pernah memberikan krn smua kebijakan dicampuri kepemtingan asing. hanya dgn syariah kesejahteraan bisa kita raih

  5. Nyata sudah sistem ekonomi kapitalis tidak memihak rakyat.Hanya kalangan borju aja yang dapat hidup layak. Kondisi sekarang tak ubahnya pada masa penjajahan Belanda. Rakyat sulit “bernapas”. Masihkah qt menunggu tumbal-tumbal kapitalis berjatuhan dari rakyat kecil????
    Sekaranglah saatnya revolusi sistem kapitalis-sekuler dengan menggantinya dengan sistem yang berasal dari Zat Yang Maha Tahu…..SISTEM ISLAM……Khilafah We are need U.

  6. pemerintah lupa bahwa kekayaan alam ini seharusnya untuk rakyat, bukan untuk asing bahkan kepentingan pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*