Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam pidato televisi dari kota Konya mengatakan tentang Hamas, bahwa Hamas adalah sebuah gerakan yang sah, dan bukan gerakan teroris. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan terhadap entitas zionis Yahudi setelah pembajakan dan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Israel atas kapal Mavi Marmara Turki dalam konvoi Armada Kebebasan.
Erdogan mengatakan: “Hamas adalah sebuah gerakan perlawanan yang sah dan bukan kelompok teroris, seperti yang dituduhkan Israel.” Ia menekankan bahwa: “Tidak akan ada perdamaian di kawasan itu tanpa partisipasi Hamas.” Sehingga ia menyerukan, “Agar memberikan kesempatan kepada Hamas untuk terlibat dalam proses politik secara damai.” Ia menambahkan: “Sungguh saya telah mengatakan hal ini kepada pejabat AS, bahwa saya tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, dan saya tetap percaya bahwa mereka sedang mempertahankan tanah mereka.”
Erdogan mengkritik negara-negara Barat yang menentang integrasi Hamas ke dalam proses politik. Ia berkata: “Mengapa mereka tidak memberi kesempatan pada Hamas? Biarkan Hamas terlibat dalam perjuangan demokrasi.” Ia menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa “Hamas telah memenangkan pemilu.”
Di sisi lain, Al-Quds Al-Arabi mengutip dari sumber yang akrab dengan pejabat, dimana ia mengatakan: “Bahwa berbagai hubungan baik yang tampak baru-baru ini antara para pemimpin biro politik Hamas dengan beberapa pemegang keputusan Amerika yang ditandai dengan seruan terbuka untuk mengaktifkan kontak politik antara kedua belah pihak, hal itu pertama disampaikan oleh Khaled Meshaal, dan kedua disampaikan oleh Dr. Musa Abu Marzuq.”
Sumber tersebut mengatakan: “Perdana Menteri Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniyeh, kira-kira sepuluh hari yang lalu berbicara mengenai pertemuan khusus tentang komunikasi penting dalam satu konteks yang akan berlangsung dengan Amerika di Turki.”
Dan Haniyeh-menurut sumber itu-telah menggunakan ekspresi model Siprus Turki dan model pemerintahan Erdogan dalam pesan politik yang disampaikan pada perwakilan dari beberapa negara-negara Arab di Jalur Gaza, dan beberapa tokoh penting dengan organisasi-organisasi internasional.
Al-Quds Al-Arabi mengatakan: “Dalam konteks komunikasi ini tampaknya gerakan Hamas tertarik untuk memberikan bukti dan argumentasi bahwa mereka siap untuk menerapkan aturan Islam yang diterima di Jalur Gaza, yang terinspirasi oleh aturan Islam di Turki modern. Hamas mengatakan bahwa ia telah memperoleh jaminan berbagai bantuan di samping teknis, profesi, dan pengelolaan dari Turki.”
Sikap pemerintah Erdogan terhadap Hamas di Gaza tidak datang begitu saja dari ruang hampa. Semua itu tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan dari pemerintah AS untuk melakukannya.
Pemerintah Turki tidak mempunyai rencana politik yang penting seperti mengurusi Hamas, tanpa mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Amerika (kantor berita HT, 8/6/2010).