JAKARTA- Langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membuka diri bagi kalangan non muslim dipandang pengamat politik Fachry Ali sebagai lompatan yang penting.
‘’Ini perubahan yang paradigmatik ketika mencantolkan ke nasionalisme, walaupun agak terlambat,’’ papar Fachry. Dijelaskannya, selama ini basis PKS adalah keumatan. ‘’Kader-kader PKS ini bukan kelanjutan dari politik Masyumi, PSII, Perti dan sebagainya,’’ kata Fachry.
Cantolan PKS adalah gerakan Al Ikhwan Al Muslimun di Mesir, yang mempunyai cita-cita meng-Islamkan dunia. ‘’Gagasan ini berkembang dalam halaqah-halaqah di kampus, yang kemudian berkembang menjadi PKS,’’ papar dia.
Dengan latar belakang tersebut, menurut Fachry, ketika PKS mencantolkan diri ke nasionalis maka PKS menjadi berubah. ‘’Menurut saya, PKS berubah dari partai dakwah menjadi partai politik,’’ ungkapnya. Ketika berubah menjadi partai politik maka PKS mulai menyusun strategi yang kompromistik.
Dengan perubahan ini, menurut Fachry, pengikut PDIP relatif bisa menerima PKS. Karena ada elemen umat Islam di PDIP, yang menggabungkan nasionalisme dengan Islam.
Disinggung tentang anggapan PKB dan PAN gagal menerapkan pola ini, Fachry mengatakan, ada perbedaan antara PKS dengan kedua partai itu. PAN menurutnya tidak memiliki pendukung yang tetap. Sementara PKB terlalu mengedepankan citra NU nya. ‘’Sehingga orang di luar NU tidak banyak yang masuk PKB.’’ (republika.co.id, 20/6/2010)