HTI Press. Sekitar 40 orang ulama, kyai, dan ustad di Kabupaten Malang memenuhi PP Subulussalam Karangsuko Kec. Pagelaran Kab. Malang pada Jumat malam (2/7). Ada beberapa undangan yang tidak dapat hadir karena hujan deras yang turun sejak sore hari hingga acara dimulai pukul 20.00 wib di wilayah Malang Selatan.
Acara yang dipandu oleh Ust. Musthofa ini dimulai dengan pemutaran film perjuangan Hizbut Tahrir dalam menegakkan syariah dan khilafah. Dilanjutkan sambutan oleh KH. Zawawi Imron, pengasuh PP. Subulussalam dan pentashih bahtsul masail NU Kab Malang. Beliau menyampaikan ucapan terima kasih karena kegiatan ini dilaksanakan di pesantren beliau dan rasa bangga terhadap HTI yang berjuang tanpa henti untuk menegakkan syariah Islam. Beliau juga berpesan agar umat diselamatkan dari paham pluralism dan liberalism serta mengajak peserta untuk tidak ragu-ragu terlibat dalam aktivitas dakwah bersama Hizbut Tahrir karena yang diperjuangkan adalah penegakan syariah dan Khilafah Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan hadits Nabi saw.
Paparan materi disampaikan oleh Ust. Hisyam Hidayat, Ketua Lajnah Tsaqafiyah HTI DDP I Jawa Timur. Secara panjang lebar beliau menyampaikan thariqah dakwah Hizbut Tahrir yang mengikuti thariqah dakwah Rasulullah saw yang dimulai dengan tahapan pembinaan (tatsqif) sekaligus membentuk hizbu rasul, berinteraksi dengan umat, thalabun nusrah, dan istilamul hukmi. Semua aktivitas tersebut dilakukan melalui pemikiran dan politik serta tidak menggunakan kekerasan (la unfiyah).
Sebelum sesi tanya jawab, disampaikan testimony oleh KH. Mahmudi Syukri, pengasuh PP. Subulussalam Poncokusumo Kab. Malang dan anggota Lajnah Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jawa Timur, tentang awal ketertarikan beliau terhadap Hizbut Tahrir. Beliau menceritakan, sekitar dua bulan yang lalu ikut dalam sebuah acara yang diadakan oleh IPPNU Kab. Malang yang membahas tentang “Terorisme dan Jihad menurut pandangan NU dan Hizbut Tahrir”. Beliau terkesan dengan apa yang disampaikan oleh pembicara dari HTI yang kemudian mampu membuka hati dan pikiran bahwa apa yang disampaikan itu akan membuat hati orang yang berakal pasti akan menerima, meskipun sebelumnya beliau mendapatkan informasi bahwa HT itu sesat. Padahal apa yang dilakukan oleh HT adalah untuk menyatukan umat Islam tanpa memandang mazhab dan golongan. Beberapa waktu kemudian, beliau dikunjungi oleh syabab HTI dan menyatakan siap ikut dalam kajian rutin (halqah) bersama HTI. Dan setelah 3 kali pertemuan dengan HTI, beliau merasa puas dengan pemikiran2 HTI dan telah mewaqofkan dirinya dan istrinya untuk dakwah bersama HTI, saat ini beliau sudah menjadi Daris. Beliau mengajak para peserta untuk terlibat dalam dakwah dengan sebuah kendaraan yang insya Allah haq dan diridloi oleh Allah SWT yakni yang bernama Hizbut Tahrir. Dan jangan takut ‘kehilangan mazhab’ yang selama ini diyakini, karena Hizbut Tahrir tidak akan mengadopsi atau mengunggulkan salah satu mazhab melainkan menganggap perbedaan mazhab itu sebagai rahmat bagi kaum muslim.
Dalam sesi tanya jawab, peserta menyampaikan beberapa hal diantaranya; pertanyaan titipan dari ketua Tanfidz NU kota Malang KH Marzuki Mustamar: apakah HTI bisa menjamin kelak jika khilafah tegak nanti tidak akan ‘mengobok-obok’ ormas Islam yang sudah ada dan memberangus tradisi-tradisi yang ada di masyarakat semisal tahlil, dll. Menjawab hal tersebut, ustad Hisyam mengutip pasal 4 dalam kitab Masyru’ Dustur Daulah Khilafah, yang menyebutkan bahwa Khilafah tidak akan mengadopsi hukum syara’ tertentu yang berkaitan dengan masalah ibadah, kecuali dalam masalah zakat dan jihad. Dan khilafah juga tidak akan mengadopsi pemikiran yang berkaitan dengan aqidah Islam. Tradisi atau adat yang berasal dari ro’yul Islami akan dibiarkan karena merupakan kekayaan khazanah pemikiran Islam, sedang yang tidak tentu akan dihilangkan karena itu merupakan bentuk penyimpangan.
KH. Zawawi Imron juga menyampaikan pendapatnya bahwa sudah bukan saatnya lagi bagi kaum muslim untuk membahas perbedaan dalam masalah furu‘. “Masak, Amerika sudah bisa membuat Apollo kita masih berdebat masalah qunut atau tidak qunut,” kata beliau. Beliau juga dengan nada guyon menyebut KH. Mahmudi Syukri sebagai ‘mu’alaf’ karena baru bergabung dengan HIzbut Tahrir. Dan beliau senang karena punya teman dari NU yang sama-sama berjuang bersama Hizbut Tahrir.
Tidak terasa acara berlangsung ‘gayeng’ tersebut hingga pukul 22.30 wib yang ditutup dengan doa oleh KH. Shodiq, pengasuh PP. Mansyarul Ulum Kec. Ampelgading Kab. Malang dan dilanjutkan dengan foto bersama dan ramah tamah.
Alhamdulillah, dari kuisioner yang dibagikan beberapa 6 peserta siap menindaklajutinya dengan halqah mingguan bersama HTI. Dan lainnya bersedia mendukung dakwah HTI.[]
luar biasa. khiththah NU memang menjadikan masyarakat indonesia menjadi masyarakat islami. dan itu tentu hanya akan terwujud dengan tegaknya khilafah. dan hal itu dibuktikan oleh tokoh-tokoh nu, muhammadiyyah, syarikat Islam dll yang menuntut (pada awal kemerdekaan) bahwa indonesia adalah negara Islam. yg ketika hal itu ditolak akhirnya disepakati piagam jakarta dengan point pertama: kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya
Subhanallah ! Allahu Akbar!!
Ini benar-benar Ulama yang Nahdhah…Nahdhatul Ulama, insyaAllah akan benar-benar mengantarkan pada Nahdhatul Ummah…Amiin….
subhaanallah,masih banyak ulama yg mukhlish memperjuangkan agama Allah dg tegaknya syariah dan khilafah.
subhaanallah,masih banyak ulama pewaris nabi yg mukhlis memperjuangkan agama Allah dg syariah dan khilafah
Setiap ada ulama yang bersedia memperjuangkan islam kaffah saya selalu meneteskan air mata….Ulama adalah pewaris para nabi, sudah seharusnya memperjuangkan ketauhidan yang benar, dengan meneruskan semua risalah Nabi Muhammad saw, sehingga mereka layak hidup di surga firdaus berdampingan dengan para Nabi dan Rasul… lihat wahai guruku para ulama, surga firdaus telah menanti anda semua…mari kita songsong bersama.
Sejatinya, marilah kita berlomba-lomba dalam hal kebaikan, tentu dengan cara yang baik pula.
astaghfirullohal’adzim..