Surat kabar “The Daily Star” pada hari Selasa (20/7) mempublikasikan artikel berjudul: “Konferensi Yang Diselenggarakan Oleh Partai Islam Menimbulkan Kekhawatiran“. Di mana penulis berkata: “Konferensi Internasional di Beirut akhir pekan ini, yang diselenggarakan oleh partai Islam kontroversial, oleh semua rezim Arab diyakini sebagai kegiatan yang tidak memiliki legitimasi. Tentu rezim Arab itu berkata demikian karena ketergantungan mereka terhadap Barat. Sementara Hizbut Tahrir berbicara tentang bagaimana membangun Negara Khilafah dengan cara damai.
Penulis menambahkan, bahwa sekitar 500 anggota Hizbut Tahrir berkumpul di Hotel Bristol pada hari Ahad (18/7) dalam sebuah konferensi global untuk mendiskusikan tantangan global yang dihadapi oleh kaum Muslim. Konferensi ini diselenggarakan dalam rangka mengenang 89 tahun runtuhnya Khilafah menurut kalender Islam (Hijriah).
Penulis mengutip dari Hizbut Tahrir dalam konferensi pers di hotel pada hari Senin (19/7) yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan media dari berbagai negara dimana Hizbut Tahrir beraktivitas, mengatakan bahwa upaya penggagalan dan sabotase terhadap Hizbut Tahrir di Libanon berakhir dengan kegagalan.
Ia menambahkan, penyelenggaraan konferensi ini telah menyebabkan masalah keamanan, di mana kantor berita internasional melaporkan pada hari Ahad (18/7) bahwa ada langkah-langkah keamanan tambahan yang diambil oleh aparat keamanan dalam negeri untuk melindungi para anggota Hizbut Tahrir.
Penulis mengutip dari Ahmad Al-Qoshosh, Ketua Kantor Media Hizbut Tahrir di Libanon, sebagaimana yang dikatakan kepada surat kabar The Daily Star, bahwa Hizbut Tahrir menghadapi pembatasan gerakannya. Ia berkata: “Ini adalah serangan terberat yang dihadapinya di Libanon sejak tahun 2006.”
Al-Qoshosh menyebutkan bahwa seorang pejabat pasukan keamanan Libanon, tanpa disebutkan namanya, yang bertanggung jawab atas tindakan seperti itu. Ia menambahkan bahwa mereka menerima perintah dari kedutaan Amerika. Dimana ia berkata: “Ada pasukan keamanan yang ingin mengambil kesempatan untuk melarang Hizbut Tahrir, namun upayanya itu tidak berhasil.”
Penulis mengatakan bahwa telah ada berbagai upaya oleh para wartawan untuk bisa bertemu dengan jurubicara kedutaan besar Amerika, namun semua upaya itu sia-sia.
Penulis mengatakan bahwa Menteri Energi, Jibran Bassil menyatakan keterkejutannya dengan diselenggarakannya konferensi ini, setelah mendapat janji bahwa Hizbut Tahrir akan dilarang oleh Perdana Menteri, Saad al-Hariri, dan Menteri Dalam Negeri, Ziad Baroud pada sesi pertemuan pertama Dewan Menteri.
Menteri Energi, Jibran Bassil mengatakan bahwa doktrin Hizbut Tahrir tidak mengakui konstitusi Libanon, dan negara Libanon. Jadi aku berjanji akan mengangkat masalah itu dalam pertemuan berikutnya kepada pemerintah.
Penulis menambahkan, para penanggung jawab (mas’ûl) Hizbut Tahrir menegaskan bahwa niat mereka damai. Bahkan mereka tidak membenarkan penggunaan jihad (kekuatan fisik) sebagai cara untuk membangun kembali Khilafah. Dimana Al-Qoshosh mengatakan: “Kami tidak berusaha menciptakan negara Islam di sini, tapi kami berharap dapat menjadikan Libanon sebagai bagian dari Negara Islam.”
Osman Bakhash Direktur Kantor Media Hizbut Tahrir Pusat menjelaskan tentang cara damai yang telah diadopsi Hizbut Tahrir untuk mendirikan Negara Islam. Dimana ia berkata: “Cara kami dalam mendirikan Khilafah tidak termasuk jihad. Namun, kami mengkomunikasikan misi (dakwah) kami untuk membangun opini umum agar menentang rezim sekarang yang berasal dari rezim kolonial.”
Bakhash mengatakan bahwa “setelah runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, umat Islam tunduk dalam cengkraman dan jarahan kolonial.”
Ia mengatakan bahwa Hizbut Tahrir bermaksud untuk mengingatkan umat Islam agar mereka mengadopsi “cara hidup tertentu, yaitu cara hidup Islam, yang secara alami dianggap akan menggiring pada aktivitas mengembalikan Khilafah Islam.”
Dan ia menegaskan pada non-Muslim bahwa mereka akan hidup damai di bawah kekuasaan Islam. Dan dalam menanggapi pertanyaan tentang Syiah, ia menegaskan bahwa Syiah adalah bagian dari masyarakat Muslim.
Adapun terkait masalah rezim Arab, maka Bakhash mengatakan, harus melakukan koreksi (muhasabah) terhadap semua rezim Arab yang pro-Barat. Dan Bakhash juga mengatakan bahwa peserta konferensi akan membahas tantangan global dan pesoalan politik yang mendasar, yang sedang dihadapi umat Islam.
Penulis menambahkan bahwa telah didistribusikan buklet pada konferensi ini, yang berisis tentang sikap Hizbut Tahrir terhadap pendudukan di Palestina, Afghanistan dan Irak; upaya serius untuk membelah Sudan; tantangan yang sedang dihadapi umat Islam di Barat; krisis ekonomi global; serta isu senjata nuklir umumnya, dan khususnya masalah Iran.
Penulis mengutip dari Hizbut Tahrir bahwa Khilafah mendatang akan menggunakan kekuatan untuk membebaskan semua wilayah yang sekarang diduduki oleh kaum kafir penjajah, dan Hizbut Tahrir mengakui kepemilikan senjata nuklir Iran sebagai alat pencegahan (pal-tahrir.info, 21/7/2010).
Semoga tidak ada lagi konferensi-konferensi, tetapi langsung deklarasi Khilafah Islamiyah Ala Minhaj An-Nubuwwah !
ALLAHU AKBAR !
ketakutan amerika semakin membuat kita sadar bahwa hanya dengan khilafahlah islam akan menjadi negara terkuat di dunia. mari kita satukan kekuatan untuk menambah ketakutan bangsa bangsa kafir laknatullah
kabulkan doa kami ya Allah….