Makalah Konferensi Internasional Media HT : Permasalahan Kaum Muslim di Asia Barat dan Tengah

Bagian Keempat

Permasalahan Kaum Muslim di Asia Barat dan Tengah

(Turki “Siprus”, Kaukasus, Turkistan Timur)

A. Masalah Siprus

1.       Siprus merupakan semenanjung islami yang dibebaskan oleh kaum Muslim pada masa Khalifah Rasyid yang ketiga sayiduna Utsman bin Affan ra. pada tahun 28 H. Salibis Inggris datang pada tahun 1191 M dan menduduki Siprus selama perang salib. Kaum Muslim membebaskannya kembali dari cengkeraman Inggris dikemudian hari… Inggris paham akan nilai strategis Siprus sejak tahun itu untuk menjadikannya sebagai pangkalan titik tolak menyerang negeri-negeri Islam, menduduki, menjajahnya, dan menjadikan pengaruhnya bercokol di sana. Karena itu Inggris mengelabui Daulah Utsmaniyah pada tahun 1878 dengan dalih menghadapi Rusia, sehingga bisa menyewa pangkalan di Siprus. Inggris mendeklarasikan pendudukannya atas Siprus saat meletus perang dunia pertama tahun 1914. Mereka memperoleh pengakuan atas kekuasaannya di Siprus dari pemerintahan Kemal Ataturk, boneka Inggris, dalam putaran final perjanjian Lausanne pada tanggal 24 Juli 1924 M.

2.       Inggris mulai mendorong etnis Yunani Nashrani agar bermigrasi ke Siprus untuk merubahnya menjadi semenanjung yang mayoritasnya non Muslim. Inggris membuat undang-undang yang berkaitan dengan masalah kependudukan di sana sehingga kosong dari kaum Muslim etnis Turki atau melemahkan eksistensi dan kekuatan mereka di sana. Hal itu dilakukan dengan menetapkan syarat siapa saja yang berkewarganegaraan Turki diharamkan dari kewarganegaraan Inggris dan berikutnya tidak boleh tinggal di Siprus. Di samping Inggris memberi kemungkinan kepada orang Siprus etnis Yunani untuk memerintah semenanjung dan mengontrol nasib kaum Muslim. Karena itu jumlah pemeluk Nasharani di Siprus yang berasal dari luar makin meningkat, sementara jumlah penduduk asli yang Muslim makin berkurang. Inggris mengokohkan eksistensinya di Siprus dengan membangun dua pangkalan militer di sana.

3.       Kaum neo salibis dari Amerika paham akan urgensi Siprus, sehingga mereka mulai berupaya mengambilnya dari tangan Inggris. Mereka memicu kekacauan di semenanjung melalui gerakan nasionalisme Yunani yang bermula pada tahun 1955. Tahun itu dianggap sebagai awal pertarungan Amerika dan Inggris di semenanjung.

4.       Untuk menghadapai orang-orang Amerika, pada tahun 1959, Inggris menyelenggarakan Konferensi Zurich antara Turki dan Yunani untuk memberi kemerdekaan resmi kepada Siprus agar terealisasi riil pada tahun 1960 dengan ketentuan keduanya, yakni Turki dan Yunani, menjadi negara yang menjamin kemerdekaan Siprus. Dengan begitu Inggris bisa mengokohkan eksistensinya secara politik dan militer secara resmi dengan pengakuan dari Turki dan Yunani bahwa Inggris adalah negara yang menjamin keamanan dan kemerdekaan Siprus bersama keduanya. Kemudian Siprus dimasukkan ke dalam Commenwealth Inggris pada tahun yang sama sebagai negara mereka secara formal, dan secara riil tunduk kepada Inggris.

5.       Pada tahun 1963 kaum nasionalis etnis Yunani dengan digerakkan oleh Amerika di bawah slogan “Enosis” menyerukan penggabungan semenanjung ke Yunani dan menghidupkan kembali kekaisaran Yunani. Mereka mengancam kaum Muslim keturunan Turki. Maka Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk mengirimkan kekuatan internasional atas nama menjaga perdamaian di semenanjung.

6.       Pada tahun 1974 orang-orang Amerika mengatur sebuah kudeta di semenanjung oleh orang-orang nasionalis keturunan Yunani yang menyerukan pengeluaran Inggris dari semenanjung dan menggabungkan semenanjung ke Yunani. Kudeta itu berhasil menggulingkan antek Inggris, Makorios. Pasca kudeta itu, antek Inggris, perdana menteri Turki, Bulant Ecevit, pergi ke Inggris untuk mendapat pengarahan bagaimana tindakan Turki terhadap kudeta itu. Maka Inggris menyarankan agar Ecevit mengirimkan pasukan Turki ke Siprus hingga tercipta kondisi baru dengan adanya kekuatan lain di semenanjung untuk menghalangi seruan pengeluaran kekuatan Inggris dari semenanjung. Dengan begitu pangkalan militernya di Siprus akan terjaga.

7.       Pasca kudeta dan intervensi Turki secara militer di Siprus pada tahun 1974, semenanjung terbagi menjadi dua bagian. Etnis Turki di utara semenanjung pada tahun 1983 mendeklarasikan Republik Turki Siprus Utara (the Turkish Republic of Northern Cyprus). Dan bagian selatan tetap berada di bawah kontrol etnis Siprus keturunan Yunani.

8.       Maka pergolakan di semenanjung pun terus berlanjut. Pergolakan itu diatur oleh Amerika di satu sisi dan Inggris di sisi yang lain… menggunakan alat-alat regional, Yunani dan Turki, bersama dengan alat-alat lokal di Siprus selatan dan utara… Tidak ada satu pihak pun yang bisa memaksakan solusi atau untuk mencapai solusi bersama pihak lainnya.

9.       Situasi politik di Turki dan Siprus mengalami perubahan di awal abad ke-21. Pada pemilu tanggal 3 November 2002 M, Partai Keadilan yang loyal kepada Amerika berhasil meraih kemenangan di Turki. Erdogan membentuk pemerintahan yang loyal kepada Amerika. Itu merupakan kesempatan yang tepat bagi Amerika untuk menyodorkan solusinya bagi penyelesaian masalah Siprus dengan sebutan “Rencana Annan -Annan Plan-” menggunakan nama sekretaris jenderal PBB yang dibelakangnya adalah Amerika. Rencana itu disodorkan kepada pihak-pihak di Siprus pada tanggal 11 November 2002, artinya hanya seminggu setelah kemenangan Erdogan! Hanya saja, Denktash, presiden republik Siprus ketika itu loyal kepada Inggris seperti pemerintah sebelumnya di Turki, dan dia memiliki dukungan di militer Turki. Denktash dengan kuat menolak Rencana Annan. Jadilah Inggris berhasil meletakkan hambatan yang menghalangi implementasi rencana itu dengan alasan penolakan presiden Republik Siprus Utara. Akhirnya rencana itu tertunda dari satu waktu ke waktu yang lain… sampai berlangsung pemilu Siprus pada tanggal 14 Desember 2003. Prosentasi perolehan suara Partainya Denktash menurun drastis dari perolehan suara pada pemilu sebelumnya. Bintang Mehmet Ali Talat, yang partainya berhasil meraih prosentase suara besar pun mulai bersinar cemerlang. Hal itu memaksa presiden Denktash berkoalisi dengan Mehmet Ali Talat dalam membentuk pemerintahan. Mehmet Ali Talat dikenal loyalitasnya kepada Amerika. Hal itu mendorong Amerika memanfaatkan kesempatan dan menentukan tanggal baru untuk mendiskusikan Rencana Annan pada Maret 2004.

10.   Isi Rencana Annan yang paling menonjol adalah rencana penyatuan semenanjung dengan sistem federal di mana semenanjung itu bersatu di bawah dua pemerintahan dan memiliki presidium yang terdiri dari enam anggota, empat orang etnis Yunani dan 2 orang etnis Turki untuk jangka waktu 60 bulan atau lima tahun. Kedua pihak bergantian menduduki posisi pimpinan. Hanya saja, etnis Yunani memimpin selama 40 bulan dan etnis Turki memimpin selama 20 bulan. Etnis Turki juga harus melepaskan 7 % wilayah yang dikuasainya di Siprus, dari 36 % turun menjadi 29 %. Setelah lima tahun masa federasi, etnis Yunani diizinkan untuk tinggal di bagian utara. Rencana itu mulai diimplementasikan setelah dilangsungkan referendum di kedua bagian.

11.   Reaksi riil terhadap rencana tersebut datang dari Inggris yang menolaknya melalui antek-anteknya di Siprus. Presiden Siprus di utara, Rauf Denktash, sebagai agen Inggris menyatakan penolakan itu dan dia menyerukan kepada orang Siprus keturunan Turki untuk menolaknya. Sementara perdana menteri Turki, Erdogan dalam kapasitas sebagai antek Amerika menyerukan agar menerimanya. Pada saat itu terjadilah pergolakan terbuka di antara keduanya; sampai ketika Denktash tiba di Ankara dan menjalin kontak dengan militer Turki dan meminta bantuannya menentang Erdogan… Akan tetapi hal itu tidak berhasil karena pemerintah di Turki, pemerintahan Erdogan, loyal kepada Amerika. Begitu pula perdana menteri di Siprus Turki Mehmet Ali Talat juga loyal kepada Amerika. Mereka menolak apa yang disodorkan oleh Denktash… Meski demikian… Amerika tidak mampu menyukseskan rencananya di dalam referendum yang dilangsungkan pada tanggal 24 Maret 2004 karena Inggris dan antek-anteknya membangkitkan ambisi nasionalisme dalam diri etnis Yunani, bahwa mereka memiliki hak untuk mengontrol seluruh Siprus dan sebaliknya etnis Turki tidak berhak untuk itu. Bahkan etnis Turki itu harus berada di bawah pemerintahan mereka sebagai pihak minoritas atau bermigrasi ke Turki… Begitulah hasil referendum menentang rencana Annan. Inggris berhasil menggagalkan rencana Amerika yang disodorkan atas nama Annan!

12.   Inggris juga meraih sukses lainnya menggoyang pemerintahan Erdogan. Inggris berhasil mempengaruhi Uni Eropa untuk menerima Siprus Yunani dalam keanggotaan Uni Eropa tanpa menunggu terwujudnya solusi di semenanjung sebagaimana yang dilakukan oleh Amerika terhadap pemerintahan Erdogan. Kemudian masuknya Siprus Yunani menjadi anggota Uni Eropa itu dijadikan alat untuk menaikkan posisi tawar dan untuk menekan pemerintahan Erdogan karena penggabungan Turki ke dalam Uni Eropa memerlukan persetujuan negara-negara anggota termasuk Siprus Yunani! Kemudian situasi yang ada makin rumit dengan jatuhnya Mehmet Ali Talat yang loyal kepada Amerika dan pemerintahan Erdogan. Hal itu terjadi pada pemilu terakhir pada tanggal 18 April 2010 yang berlangsung di Siprus Utara . Darwis R Oglu yang dikenal loyalitasnya kepada Inggris dan lembaga militer di Turki, berhasil meraih kemenangan. Hal itu membuat peluang bagi suksesnya rencana-rencana Amerika di Siprus makin menurun. Terlebih lagi pemerintahan saat ini di Siprus Yunani yaitu pemerintahan Demetris Christofias adalah loyal kepada Inggris. Merekalah yang mengerahkan segenap daya upaya meyakinkan Uni Eropa untuk menerima pemerintah Siprus Yunani di dalam keanggotaan Uni Eropa.

Inilah permasalahan Siprus. Inilah sisi-sisi pergolakan sengit antara Amerika dan Inggris untuk mengambil manfaat dari posisi penting Siprus yang menghadap ke Asia dan Timur Tengah.

Adapun sikap Hizbut Tahrir, maka adalah sikap yang diwajibkan oleh Islam. Yaitu bahwa Siprus adalah tanah islami yang diduduki yang wajib dikembalikan ke dalam pangkuan Islam. Maka pemerintah Turki harus berjuang dengan kemampuan maksimal untuk mengembalikan Siprus ke dalam pangkuan kedaulatan islamiyah dan menggabungkannya ke Turki. Akan tetapi mereka tidak melakukan itu, sebaliknya malah berkonspirasi, pasrah dan menyerahkan Siprus kepada KTT yang menyenangkan Inggris pasca Perang Dunia Pertama. Yaitu ketika mereka loyal kepada Inggris. Hingga ketika loyalitas pemerintah Turki sudah berubah ke Amerika sebagaimana sekarang, mereka terus menempuh jalan yang sama dalam memperlakukan Siprus dengan tidak membahas pengembaliannya ke pangkuan ibu pertiwi Turki. Mereka justru tetap mempertahankan Siprus terpisah dari Turki baik dibagi menjadi dua bagian dengan dua kekuasaan, ataupun tetap berada di bawah satu kekuasaan menurut kepentingan pihak yang berseteru. Sedangkan pengembaliannya sebagaimana dahulu menjadi bagian dari Turki, dan itulah yang pokok, maka itu adalah garis merah yang tidak boleh dilanggar oleh pemerintah Turki baik mereka menjadi pengikut Inggris ataupun pengikut Amerika.

Penting untuk disebutkan di sini, bahwa solusi masalah Siprus sudah jelas, bukanlah perkara yang susah. Sebaliknya masalah itu mampu mereka lakukan atas izin Allah SWT. Yaitu kaum Muslim di Turki harus menekan negara untuk melakukan kewajibannya menggabungkan bagian utara semenanjung ke Turki. Bagian utara itu secara riil berada di bawah kekuasaan etnis Turki dan keamanan mereka, karena dikawal oleh lebih dari 30.000 tentara Turki. Kemudian kaum Muslim Turki harus memaksa negara untuk menghapuskan apa yang disebut Republik Utara Siprus dan menarik pengakuan mereka sebagai negara terpisah dan mendeklarasikan penggabungannya secara resmi ke Turki… Setelah itu, dari sana bertolak untuk membebaskan bagian selatan yang berada di bawah pendudukan Yunani dan menggabungkannya ke Turki. Dengan begitu, sebagaimana dahulu, Siprus secara keseluruhan kembali ke induknya.

Sedangkan jika rezim Turki menolak untuk memobilisasi tentara guna melaksanakan kewajiban itu, maka hal itu wajib diingkari dengan keras dan dirubah serta ditegakkan Daulah Khilafah yang akan bertolak dengan segala kekuatan untuk menunaikan kewajiban tersebut dan mengembalikan Siprus ke induknya dahulu sebagai bagian dari Dar al-Islam dan berlindung di bawah panji Khilafah sejak dibebaskan pada tahun 28 H/649 M sampai Inggris menggabungkannya pasca PD I, kemudian Kemal Ataturk menyetujui penggabungan itu setelah ia melakukan kejahatan terbesar menghapus Khilafah. Terhadapnya layak ditimpakan firman Allah SWT:

{سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ}

Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. (QS al-An’am [6]: 124)

Solusi ini adalah solusi yang sahih bagi permasalahan Siprus. Sikap ini adalah sikap yang diwajibkan Islam. Solusi apapun selain solusi ini adalah laksana debu di atas batu, yang dengan mudah lenyap terbawa air atau tertiup angin sepoi-sepoi!

B. Kaukasus

Kaukasus atau Qafqas adalah kawasan yang berada di antara laut Kaspia di timur dan laut Hitam di barat. Kawasan itu merupakan kawasan pegunungan yang membentang antara Rusia di utara dan Turki serta Iran di selatan. Kawasan Kaukasus terbagi menjadi dua bagian:

1.       Kaukasus Utara: meliputi republik (propinsi) yang saat ini berada di bawah Rusia yaitu: Chechnya, Dagestan, Ingusetia, dan kawasan Circassia.

2.       Kausasus Selatan: meliputi republik independen yang merdeka dari Uni Soviet sebelumnya yaitu tiga republik: Georgia, Armenia dan, Azerbaijan.

Bumi Kaukasaus sangat kaya akan minyak dan gas alam, khususnya Azerbaijan. Juga kaya akan barang tambang seperti besi, mangan, tembaga, timbal, seng, dan tungsten.

Futuhat kawasan itu sudah mulai dilakukan pada masa sangat awal yaitu pada masa Khalifah Rasyid kedua sayiduna Umar ibn al-Khaththab ra. Panglima Suraqah ibn Amru membebaskan Azerbaijan pada tahun 22 Hijriyah. Sedangkan pada masa khalifah Utsman ibn Affan ra., Georgia dan Armenia dibebaskan.

Kawasan Kaukasus tetap menjadi bagian khilafah pada masa khilafah Umayyah dan Abbasiyah. Akan tetapi melemahnya Daulah Abbasiyah dan jatuhnya Baghdad di tangan Tatar (Mongol) menyebabkan hilangnya pemerintahan Islam di Kaukasus. Namun keislaman beberapa suku Mongol dan kepemimpinan yang ada di tangan penduduk Kaukasus Mongol, mengantarkan pada berdirinya pemerintahan islami pada abad ketiga belas Masehi, yaitu Negara Tatar (Mongol). Negara ini menjadi kuat dan meluas ke selatan hingga meliputi kawasan Kaukasus. Kekuasaan mereka meluas sampai ke kawasan di sekitar Kaukasus. Seiring dengan berdirinya negara Rusia dan bersatunya kepemimpinan Kristen Ortodoks menyebabkan terjadinya pergolakan dengan negara Tatar yang Muslim berlangsung selama dua abad. Pergolakan itu berakhir dengan hilangnya negara Tatar, ibukotanya yaitu Kazan hancur dan Rusia melakukan perang penghapusan eksistensi keislaman di di jantung Rusia. Pada waktu itu Daulah Utsmaniyah segera membantu kaum Muslim Kaukasus dan terjun ke dalam kancah peperangan melawan Rusia untuk mengembalikan kawasan Kaukasus. Hasil dari peperangan itu adalah Daulah Utsmaniyah berhasil menancapkan kontrolnya atas Kaukasus secara umum.

Sebagian besar kawasan Kaukasus baik utara maupun selatan tetap berada di bawah kekuasaan Islam yang silih berganti hingga tahun 1722 M. Pada tahun itu Rusia menginvasi Kaukasus pada masa kekaisaran Peter yang Agung (Peter “The Great”). Invasi Rusia itu terjadi bersamaan waktunya dengan awal kelemahan Daulah Khilafah Utsmaniyah.

Penduduk Kaukasus melawan invasi Rusia terhadap tanah-tanah mereka. Imam Manshur bangkit memerangi Rusia selama dua tahun 1789 dan 1791 M sampai akhirnya menjadi tawanan pada tahun 1793 dan wafat di penjara Schlesberg Rusia.

Setelah itu panji jihad melawan Rusia diusung oleh dua orang imam yaitu Imam Ghazi Mola Muhammad dan imam Hamzat antara tahun 1824 dan 1832.

Kemudian pada tahun 1839 M seluruh suku utara Kaukasus bergabung untuk memerangi Rusia di bawah kepemimpinan imam Shamil selama 25 tahun. Rusia berhasil mengontrol sepenuhnya atas utara Kaukasus pada tahun 1859 seiring berakhirnya Revolusi imam Shamil.

Setelah Rusia mengokohkan pengaruhnya di kaukasus, bangsa-bangsa Circassia bangkit melawan Rusia antara tahun 1862 dan tahun 1864 M. Setelah tahun itu, Rusia berhasil meluaskan kontrol mereka secara penuh atas seluruh kawasan Kaukasus utara.

Perlawanan Kaukasus pada waktu itu mendapat bantuan dari Daulah Utsmaniyah di tengah kelemahan Daulah Utsmaniyah pada akhir hidupnya. Namun setelah runtuhnya Daulah Utsmaniyah penguasa Ankara di bawah kepemimpinan Mushtafa Kemal menarik diri dari kawasan Kaukasus untuk kemenangan Rusia komunis. Dan berikutnya masalahnya bagi kaum Muslim makin keras. Meski demikian, perlawanan Kaukasus tidak reda sama sekali. Syaikh Chita Astamleon memimpin revolusi gerakan Qadiri menentang negara Soviet komunis antara tahun 1928 dan tahun 1930 M.

Perlawanan Chechnya tampak menonjol di antara perlawanan Kaukasus secara menyolok. Tampil para ulama dan mujahid yang mampu memimpin penduduk Chechnya dalam suatu komando jihadi yang sukses menjadikan mereka memberikan pengorbanan yang agung, menggetarkan singgasana Kaisar Rusia yang mencengkeram pemerintahan selama dua abad, abad ke-18 dan ke-19.

Pada masa komunisme, kejahatan terhadap kaum Muslim makin intensif. Masjid-masjid dihancurkan, pengajaran keagamaan dihapuskan, dan ide komunisme dan ateisme dipaksakan kepada masyarakat. Meski semua itu, orang-orang Chechnya tetap kuat dalam melakukan jihad mereka, dalam ketegaran dan kemuliaan mereka dengan agama.

Kemudian, Stalin pada akhir Perang Dunia kedua tahun 1945 mengasingkan seluruh penduduk Chechnya ke Siberia dan Kazakhstan. Separo dari mereka, sekitar 1.200.000 jiwa meninggal dunia. Mereka terus berada di pengasingan hingga tahun 1957 ketika mereka diizinkan untuk kembali ke tempat asal mereka.

Setelah Uni Soviet hancur menjadi lima belas republik pada tahun 1991, negeri-negeri Kaukasus tetap menempel pada Republik Federasi Rusia. Chechnya di bawah pimpinan Johar Dudayev pada tahun 1992 mengumumkan berdirinya negara merdeka untuk bangsa Chechnya. Rusia menolak memberi pengakuan kepada negara baru itu. Kemudian Rusia melancarkan perang terhadap Chechnya pada tahun 1995. Dudayev syahid pada tanggal 21 April 1996 dalam suatu serangan udara oleh Rusia. Ibukota Grozni pun jatuh ke tangan militer Rusia dalam perang itu. Setelah itu kepemimpinan dipegang oleh Salim Khan Bandarbayev. Di bawah kepemimpinannya Chechnya melalui peperangan heroik yang sulit dicari tandingannya berhasil membebaskan kembali ibu kota Grozni dan mengusir Rusia dari sana serta memaksa Rusia menandatangani perjanjian gencatan senjata pada tanggal 31 Agustsus 1996 yang mengharuskan militer Rusia keluar secara total dari Chechnya dan diselenggarakan referendum untuk kemerdekaan pada tanggal 3 Desemberi 2001 M.

Pada tangal 28 Januari 1997, Aslan Mashkadov berhasil meraih kursi presiden Chechnya. Ia lalu menandatangani perjanjian damai dengan presiden Rusia Boris Yeltsin pada tanggal 12 Mei 1997. Perjanjian itu tidak menyatakan secara gamblang akan kemerdekaan. Juga tidak menyatakan kelangsungan Chechnya sebagai bagian dari Rusia. Setelah perjanjian itu Republik Chechnya bertindak sebagai negara merdeka. Dan akhirnya negara-negara di dunia berinteraksi dengan Chechnya sebagai negara merdeka atau menuju kepada kemerdakaan.

Rusia kembali menginvasi Chechnya untuk mengembalikan situasi demi kepentingannya, setelah Chechnya hampir bisa memaksakan kemerdekaannya. Pada saat itu, Rusia mampu memaksakan kontrolnya tehadap bangsa Chechnya menggunakan pembantaian bengis, inkuisisi, penghancuran, pengusiran massal dan eksekusi massal terhadap warga sipil. Semua itu terjadi diiringi sikap bungkam negara-negara di dunia terhadapnya dan pengkhianatan terbuka para penguasa kaum Muslim baik Arab maupun non Arab. Pasca peristiwa 11 September 2001, presiden Rusia, Putin memanfaatkan perang terhadap terorisme yang diumumkan oleh Amerika untuk kepentingan pendudukan Rusia terhadap Chechnya dan untuk mendapatkan pengakuan internasional bahwa perang terhadap Chechnya adalah bagian dari perang melawan terorisme.

Adapun para penguasa kaum Muslim, maka sikap mereka secara individual maupun kolektif sangat mengecewakan dan menyedihkan. Mereka mengumumkan dalam konferensi Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang diselenggarakan pada bulan Oktober 2003 bahwa pertikaian di Chechnya adalah masalah dalam negeri Rusia. Bahkan seperti kebiasaannya yang sudah-sudah terhadap musuh, mereka memberi penghargaan terhadap Rusia dan presidennya Putin atas kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap kaum Muslim Chechnya. Mereka justru mengundang Puti untuk berpartisipasi di dalam konferensi. Sedangkan penghargaan yang mereka berikan kepada musuh Allah dan seorang penjahat, Putin, itu terjadi pada tahun 2005. Di mana mereka menerima permintaan Rusia untuk bergabung ke Organisasi Konferensi Islam (OKI) sebagai peninjau dan membuka perwakilan tetapi di OKI. Sesuatu yang lebih menyakitkan lagi, bahwa Ihsan Oglu sekretaris jenderal OKI telah menyatakan di Kazan, ibu kota Tatarstan yang diduduki oleh Rusia, ia pada tanggal 24 Maret 2010 dengan gamblang: “Kerjasama kita dengan Rusia diaktifkan dalam bentuk yang spesifik setelah Rusia menduduki kursi peninjau di dalam OKI pada tahun 2005”. Ia menambahkan: “Langkah kedua ke arah saling mendekat tercermin dalam pembukaan perwakilan tetap Rusia di OKI pada tahun 2008”!

Akan tetapi meski para penguasa di negeri Islam berkhianat dan abai untuk membela Kaukasus, dan meskipun penggunaan cara-cara barbar oleh Rusia di Kaukasus makin intensif, perlawanan tetap berlangsung bahkan tuntutannya makin intens. Kalau dahulu tuntutannya adalah negara Chechnya, sekarang tuntutannya menjadi penegakan Keamiran Kaukasus yang islami yang terdiri dari Chechnya, Dagestan, Ingusetia, Osetia, daerah Circassia dan kawasan sekitarnya. Hal itu seperti yang terungkap melalui komandan mujahidin di Utara Kaukasus, Doku Umarov.

Inilah permasalahan Kaukasus dan penduduknya yang gagah berani. Ini pulalah pengkhianatan para penguasa kaum Muslim terhadap Kaukasus dan penduduknya.

Adapun sikap Hizbut Tahrir terhadap permasalahan ini maka sikap Hizb adalah sikap yang diwajibkan oleh Islam. Yaitu wajibnya membebaskan seluruh tanah Kaukasus Islamiyah dari pendudukan Rusia dan menggabungkannya ke bumi Islam dan Dar al-Islam. Rusia para faktanya hanyalah kaum kafir agresor imperialis yang mencaplok tanah islami itu pada saat kelemahan tengah menjalar di dalam tubuh umat Islam disebabkan kelemahan Daulah Khilafah Utsmaniyah pertama sejak tahun 1722, dan disebabkan hilangnya Daulah Khilafah dan setelah Perang Dunia kedua.

Kami memahami bahwa kawasan utara Kaukasus masuk dalam wilayah Federasi Rusia. Tidaklah mudah membebaskannya. Karena Rusia menganggapnya sebagai kawasan yang penting sebagaimana seluruh kawasan Kaukasus adalah kawasan penting bagi Rusia secara strategi, ekonomi maupun politik. Karena itu, pergolakan akan terus berlangsung di kawasan ini. Kawasan ini tidak akan merasakan kedamaian kecuali jika Khilafah tegak. Dan Turki akan menggabungkannya atas izin Allah, kemudian armada pembebasan bertolak dari sana bersama penduduk kawasan terebut yang tetap berpegang teguh kepada agama mereka untuk melangsungkan perlawanan dan peperangan guna mengembalikan Kaukasus secara total ke pangkuan Dar al-Islam.

Daulah Khilafah yang akan segera tegak sebentar lagi atas izin Allah akan berjuang dengan segenap kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kembali tanah-tanah islami itu dan mencabutnya dari pendudukan Rusia serta mengembalikannya ke tubuh Daulah Islamiyah, menerapkan hukum-hukum Islam di dalamnya dan mengangapnya sebagai perbatasan terpenting yang akan dijaga oleh para mujahid kaum Muslim untuk menghadapi Rusia kafir penjajah di kawasan itu. Juga untuk menggempur kawasan-kawasan Kazan islamiy yang dirampas dari penduduk negara Tatar yang Muslim, membebaskannya dan membebaskan seluruh tanah yang dahulu disinari oleh Islam pada masa dahulu.

Inlah pandangan islami politik yang wajib diambil terhadap Rusia dalam masalah Kaukasus. Dan inilah pandangan yang dadopsi oleh Hizbut Tahrir dalam masalah tersebut.

C. Turkistan Timur

Kata Turkistan terbentuk dari dari dua penggalan Turk dan Stan, yang artinya tanah Turki. Turkistan terbagi menjadi Turkistan Barat atau Asia tengah yang meliputi sepertiga sebelah utara pedalaman benua Asia. Di bagian timur dibatasi oleh gunung Tiansan dan sebelah barat oleh pengununan Ural dan laut Kaspia. Dari sebelah utara dibatasi rangkaian perbukitan dan sebelah selatan berupa dataran subur. Sedangkan Turkistan Timur saat ini berada di bawah kekuasaan China. China menamainya propinsi Xinjiang. Hal itu pertama kali terjadi saat China mendudukinya pada tahun 1872 M dan China menamainya Xinjiang yang berarti tanah baru atau rampasan baru. China komunis juga bersandar pada nama itu ketika mendudukinya pada tahun 1949 M. Semua itu tidak akan merubah nama aslinya Turkistan. Dan hal itu tidak akan berlangsung lama atas izin Allah di mana nama aslinya akan kembali menerangi negeri tersebut.

Turkistan Timur berada di Asia Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan Rusia, sebelah barat berbatasan dengan empat republik Turkistan Barat: Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan dan Kirgistan. Sebelah selatan berbatasan dengan India, Pakistan, Afganistan, dan Tibet. Sedangkan sebelah timur dibatasi oleh China dan dari arah barat daya oleh negara Mongol.

Luas Turkistan Timur mencapai 1083 juta kilometer persegi. Luas itu tiga kali lipat luas Perancis.

Bumi Turkistan Timur mengandung kekayaan yang tak terhingga. Yang paling penting adalah minyak yang cadangannya mencapai 8 miliar ton sebagai cadangan yang sudah dipastikan. Disamping ada 118 jenis barang tambang termasuk emas, batubara, dan garam.

Di Turkistan Timur terdapat tanah subur yang berada di sepanjang sungai Tarim yang panjangnya mencapai 1600 km membelah tanah Turkistan Timur dari timur ke barat.

Penduduk Turkistan Timur adalah Muslim yang berpegang teguh kepada agamanya dan tidak menyimpang sejak cahaya Islam sampai ke mereka bersama delegasi pertama yang dikirimkan oleh khalifah rasyid ketiga sayiduna Utsman ibn Affan ra. dipimpin oleh sahabat mulia al-Hakam ibn Amru al-Ghifari ra. pada tahun 21 H. Kemudian disusul kedatangan pembebas panglima besar muslim Qutaibah ibn Muslim al-Bahili ra. pada tahun 95 H setelah membebaskan Turkistan Barat yang sekarang dikenal sebagai Asia tengah: Uzbekistan, Kirgistan, Afganistan, Kazakhstan dan Turkmenistan. Setelah membebaskan Bukhara dan Samarqand, beliau bertolak ke arah timur menuju Turkistan Timur dan tiba di ibukotanya pada waktu itu Kashgar dan membebaskannya pada tahun 95 H, kemudian Islam tersebar luas di sana. Penyebaran Islam itu makin meningkat dengan gerakan perdagangan. Karena Turkistan Timur sejak dahulunya menduduki urgensi yang besar dalam perdagangan global di mana jalan sutera yang terkenal itu melewati Turkistan Timur menghubungkan China Kuno dengan negara Bizantium. Penyebaran Islam makin intensif juga karena kekaisaran China yaitu kekaisaran Su terancam oleh pembangkangan. Maka ia meminta bantuan khalifah Abbasiyah Abu Ja’far al-Manshur pada tahun 139 H/756 M. Khalifah mengirimkan empat ribu tentara Muslim dan membantu kekaisaran Su untuk mengembalikan mahkotanya. Hal itu mempermudah penyebaran Islam. Kemudian penyebaran Islam makin meningkat khususnya pada tahun 322 H/934 M pada saat salah seorang penguasa regional di Turkistan Timur memeluk Islam dan diikuti masuk islamnya banyak orang secara berbondong-bondong. Seiring perjalanan waktu, Turkistan Timur akhirnya menjadi salah satu pusat utama Islam di Asia, berada di bawah kekuasaan daulah Abbasiyah. Akhirnya para imam masjid mendoakan khalifah Abbasi di atas mimbar-mimbar khutbah.

Penduduk Turkistan Timur adalah orang-orang yang gagah berani. Mereka memiliki andil besar dalam penyebaran Islam. Dari sana pula bertolak etnis Turki Utsmani yang mendirikan Khilafah Utsmaniyah, yang membebaskan Konstantinopel dan mengemban Islam ke Balkan dan mengetuk pintu Austria.

Turkistan terus diperintah dengan Islam sepanjang beberapa abad pada masa khilafah yang berturut-turut. Pada kondisi khlafah lemah, para wali kaum Muslim memerintah secara otonom. Akan tetapi hukum di sana dalam semua kondisi itu tetap hukum Islam sampai kekuatan jahat China, Rusia, dan Inggris pada akhir daulah Utsmaniyah berkumpul menyerangnya dan berhasil mendudukinya…

Permusuhan China terhadap Turkistan Timur bermula pada tahun 1174 H/1760 M. Kaum Muslim memberikan perlawanan yang sangat sengit. Sekitar sejuta Muslim syahid dalam perlawanan itu. Meski demikian mereka tidak tunduk atau berputus asa. Bahkan perang terus berlangsung dengan sengit sampai Ya’qub Beg berhasil mengalahkan China dan mengembalikan pemerintahan Islam pada tahun 1863 M. Penguasanya kala itu yaitu Ya’qub Beg, mengumumkan baiat keada khalifah Utsmani dan mengirim utusan untuk menyampaikan hal itu, padahal terdapat banyak sekali hambatan Rusia antara Turkistan Timur dan Daulah Utsmaniyah. Namun khilafah Utsmaniyah ketika itu membantunya dengan logistik dan persenjataan serta prajurit. Pemerintahan Islam terus berlangsung beberapa puluh tahun. Akan tetapi negara kafir China, Rusia dan Inggris berkumpul menghadapi khilafah Utsmaniyah untuk memutuskan hubungan antara Turkistan Timur dengan Khilafah. Maka mereka kembali mendudukinya pada tahun 1876 M dan menamainya Xinjiang yang artinya tanah baru atau rampasan baru. Peperangan kembali meletus. Kaum Muslim menggunakan taktik serang dan lari dengan dibantu oleh negara Khilafah melawan China yang dibantu oleh negara-negara kafir. Kadang koalisi kaum kafir mengalami kekalahan dan lari tunggang langgang. Pemerintahan Islam pun kembali lagi ke Turkistan. Kadang yang lain koalisis kekuatan jahat memperoleh kemenangan dan kembali menduduki Turkistan. Kondisi seperti itu terus berlangsung hingga Khilafah dihancurkan pada tahun 1342 H/1924 M.

Keruntuhan Khilafah menimbulkan gempa bumi di negeri-negeri kaum Muslim. Kaum kafir menduduki negri-negeri kaum Muslim, kadang kala secara langsung dan kadang yang lain dengan mengangkat antek mereka yang berasal dari penduduk negeri Muslim itu sebagai penguasanya. Dengan begitu penduduk Turkistan memerangi China dan Rusia tanpa dukungan fisik kecuali kekuatan milik mereka sendiri. Meski demikian mereka tidak berputus asa. Bahkan mereka pada tahun 1350 H/1931 M melakukan revolusi di Turkistan Timur karena salah seorang kepala kepolisian menyerang seorang Muslimah. Maka kaum Muslim bangkit menuntut balas dan membunuh kepala kepolisian itu beserta pengawalnya yang jumlah mereka mencapai 32 personel. Revolusi mereka berlangsung hingga tahun 1352 H/1933, di mana mereka mendeklarasikan pemerintahan Islami Turkistan Timur. Dan meskipun militr China kembali mendudukinya dan meruntuhkan negara itu, hanya saja mereka kembali melakukan revolusi pada tahun 1364 H/1944 M dipimpin oleh cendekiawan Muslim Ali Khan, di,mana ia mendeklarasikan pemerintahan Islam di Turkistan Timur. Hanya saja Rusia dan China bergabung menghadapinya dan kembali melenyapkan pemerintahan islami itu. Kemudian China komunis meluaskan kontrol atas Turkistan Timur pada tahun 1368 H/1949 M. Itu terjadi setelah berlangsung peperangan yang sangat sengit berturut-turut dengan kaum Muslim yang berlangsung di beberapa pertempuran sekitar dua puluh hari berturut-turut antara kaum Muslim dengan persenjataan sederhana dan seadanya namun dengan hati yang dipenuhi keimanan, melawan militer yang bersenjata lengkap.

China komunis di Turkistan Timur mengadopsi kebijakan penurunan jumlah penduduk Muslim dan mendorong imigrant China dari suku Han agar menjadi mayoritas. China menggunakan cara-cara eksekusi, penangkapan, perang terhadap simbol-simbol keislaman dengan berbagai bentuk eksekusi. Semua tu untuk menghalangi kelangsungan eksistensi mayoritas kaum Muslim di daerah itu. Kaum Muslim hingga tahun 1940 mencapai 95 % dari penduduk daerah tersebut. Kemudian prosentase itu mulai menurun sejak pengambilalihan terakhir oleh komunis pada tahun 1949 M. Lebih dari itu, China dalam statistiknya menurunkan jumlah penduduk Turkistan Timur menjadi hanya sekitar 10 juta jiwa. Padahal menurut statsitik independen jumlah mereka mencapai 25 juta jiwa. Penduduk Muslim terdiri dari beberapa suku: Uighur yang menjadi mayoritas di daerah itu, etnis Turkmen, Kazaf, Uzbek, Tatar dan Tajik.

Semua upaya itu dilakukan China untuk melebur bangsa Turkmenistan ke dalam masyarakat China dan memupus identitas mereka.

Tambahan lagi, China sejak tahun 1961 melakukan ujicoba nuklir di Turkistan Timur di kawasan Lop Nor. Uji coba nuklir itu menghancurkan kondisi alam di kawasan itu. Limbah nuklir juga mencemari air dan mengancam kehidupan manusia dan keseimbangan alam di kawasan tersebut. Banyak orang dan hewan mati disebabkan uji coba nuklir itu. Tingkat kelahiran yang cacat juga makin meningkat karena uji coba nuklir itu.

Pada tahun 1964 dilakukan 35 uji coba nuklir tanpa disertai langkah-langkah untuk melindungi penduduk. Hal itu menyebabkan kasus kanker dan cacat fisik meningkat drastis.

Meski demikian, pergerakan dan perlawanan untuk membebaskan Turkistan Timur dari cengkeraman dan pendudukan China tidak berhenti, hingga meski penduduk Turkistan Timur tidak mendapat bantuan dari pihak manapun selama tahun-tahun belakangan. Semua itu bertujuan untuk membebaskan Turkistan Timur dari pendudukan China dan untuk menerapkan syariah islamiyah.

Sungguh penduduk Turkistan Timur berteriak meminta pertolongan kepada kaum Muslim, akan tetapi tidak ada yang menolong dan membela mereka. Padahal Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk menolong mereka dan membela setiap Muslim yang meminta pertolongan. Allah SWT berfirman:

{وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ}

Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan (QS al-Anfal [8]: 72)

Sikap Hizbut Tahrir terhadap Turkistan Timur adalah bahwa Turkistan Timur merupakan negeri yang diduduki. Umat Islam wajib mengambil kondisi perang riil dengan China untuk membebaskan Turkistan Timur dari pendudukan China komunis kafir yang mencaplok negeri mereka, menghancurkan kehormatan mereka, menodai kesucian mereka dan mencuri kekayaan mereka.

Pada waktu yang sama, Hizbut Tahrir paham bahwa para penguasa kaum Muslim saat ini tidak berani bahkan tidak punya keinginan untuk mengambil situasi peperangan riil dengan China. Akan tetapi Daulah Khilafah yang Hizbut Tahrir tengah berjuang untuk menegakkannya, akan mengambil kondisi perang riil dengan China untuk membebaskan Turkistan Timur secara keseluruhan dari cengkeraman pendudukan China dan menyatukannya dengan sayap barat Daulah Islam untuk diterapkan hukum-hukum Islam di sana dan dijadikan bagian dari Dar al-Khilafah al-Islamiyah. Maka kehormatan orang-orang lemah dari kaum Muslim di Turkistan Timur yang hancur dan kehebatan mereka yang hilang akan kembali. Misi-misi jihadiyah melawan kaum kafir China akan kembali lagi. Panji-panji jihad di Asia Tengah juga akan diusung kembali sebagaimana dahulu sejak masa Qutaibah ibn Muslim yang memaksa China membayar jizyah dan tunduk serta membuat orang-orang China melupakan bisikan arogansi mereka.

{ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS al-Hajj [22]: 40)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*