Korban Banjir Tengah Sekarat, Penguasa Pakistan Hanya Menonton dari Helikopternya

Kantor Media Hizbut Tahrir

Wilayah Paistan

No          : PR10046

Tanggal : 24 Sya’ban 1431 H/05 Agustus 2010 M

Korban Banjir Tengah Sekarat Karena Kelaparan

Sementara Penguasa Hanya Menonton Dari Helikopter Mereka!!!

Wahai Penguasa Tirani, Turunlah;

Wahai Ahlul Quwah! Cukup, Cukup, Bangkitlah untuk Menegakkan Khilafah

Banjir bukan fenomena baru di Pakistan. Meski sistem dan penguasa ini sudah berjalan 60 tahun, baik yang demokratis ataupun diktator sama saja, tidak bisa membangun sistem untuk menangani banjir. Dalam pandangan mereka sistem penanganan banjir hanya membunyikan sirene sebelum datangnya banjir, sementara ratusan dan ribuan orang hilang dalam banjir itu setiap kali terjadi.

Rasa tak tahu malu yang besar tampak di seputar waktu ini. Sirene tidak berbunyi sebelum terjadi terjangan banjir di provinsi Khyber Pukhtoonkhwa yang mengakibatkan lebih dari 1200 orang meninggal menurut catatan resmi. Sementara ratusan ribu orang terdampar di atap-atap rumah, di atas pohon dan tempat-tempat tinggi lainnya. Menurut laporan beberapa media sekitar 10.000 orang hanyut dalam terjangan pertama banjir di distrik Nowshera. Pada situasi paling akhir orang-orang itu sekarat karena kelaparan dan kehausan, anak-anak kecil duduk di tempat terbuka, segelas air dijual seharga 10 rupee dan sepotong roti dijual seharga 25 rupee. Realita penguasa yang tidak sensitif dan tak tahu malu adalah hanya ada dua perahu boat di Peshawar untuk menyelamatkan korban banjir. Keadaan yang sama juga ada di Nowshera dan Charsadda.

Sementara helikopter-helikopter Ketua Menteri dan Gubernur hanya nangkring istirahat di bandara Peshawar. Mereka mungkin merasa jijik bersentuhan dengan masyarakat rendah. Padahal ribuan orang, bukan hanya ratusan, bisa diselamatkan dengan helikopter-helikopter itu. Penguasa itu membiarkan umat yang besar ini runtuh dan tak terkendali sepenuhnya.

Mereka yang disebut wakil masyarakat juga tak terlihat di mana-mana. Jika pun dalam satu kesempatan mereka terlihat, mereka hanya sibuk mendistribusikan bantuan terbatas kepada kerabat dan orang-orang dekat mereka. Hanya muslim kaya yang tulus dan baik hati saja yang membuka hujra dan rumah-rumah mereka untuk korban banjir dan memenuhi kebutuhan korban banjir sebatas sumber daya yang mereka miliki.

Banjir ini sekali lagi membuktikan bahwa demokrasi dan kediktatoran adalah sistem untuk menjaga kepentingan personal dan hanya melayani kelompok elit. Sistem telah menjerumuskan umat ke jurang kepunahan, kesengsaraan dan kehancuran. Dalam pikiran penguasa ini, politik artinya adalah mengamankan kepentingan sendiri. Itulah kenapa mereka disebut “politik berpangku tangan dalam isu ini”.

Meski hujan berasal dari Allah SWT, tetapi bayangan Allah yaitu Khalifah telah merencanakan (serangkaian aksi) untuk menghadapi bencana semacam ini. Hal itu dalam rangka melaksanakan tanggungjawabnya dalam mengurusi urusan-urusan rakyat. Sementara penguasa dan sistem saat ini berkhianat kepada umat dan menjadi sumber kejahatan bagi rakyat.

Wahai penguasa diktator! Turunlah dan serahkan tempat Anda kepada Khalifah, bayangan Allah di muka bumi, yang akan mengurusi urusan-urusan rakyat dengan cara yang benar bagi umat ini.

Wahai ahlul quwah! Bangkitlah tumbangkan penguasa antek itu dan berikan nushrah untuk menegakkan Khilafah.

Imran Yousafzai

Wakil Juru Bicara Resmi Hizbut Tahrir di Pakistan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*