“Pangeran Diponegoro” Semarakkan Tarhib Ramadhan di Semarang

HTI Press. Ratusan ikhwan dan akhwat yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia Semarang bersama ummat Islam menggelar acara tarhib Ramadhan 1431 H. Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 13.00 WIB ini mengawali startnya dari halaman RM Padang Nusantara jalan Pandanaran dan berakhir di bunderan videotron jalan Pahlawan. Sejumlah elemen masyarakat ikut dalam gelaran ini, diantaranya ibu rumah tangga, majelis taklim, mahasiswa, hingga adik-adik dari TPQ. Tidak ketinggalan, hadir pula grup kesenian “tong tek” yakni grup kesenian yang menggunakan barang-barang bekas seperti kentongan, drum, tong  dan panci sebagai alat musiknya.

Selama menempuh jarak kurang lebih 2 km, peserta dengan penuh suka cita menyambut datangnya bulan Ramadhan nan penuh berkah. Berbagai asesoris pun dikerahkan untuk menyemarakkan gelaran mangayubagya bulan yang Agung ini. Mulai dari payung warna-warni bertuliskan “Ramadhan: Saatnya Tegakkan Syariah”, hingga poster-poster cantik bertuliskan: “Ramadhan Saatnya Sejahterakan Rakyat dengan Syariah dan Khilafah”, “Ramadhan Back to Islam Kaffah”. Dengan dipandu presenter televisi lokal, lek tedjo, pawai tarhib berjalan rapi dan cantik. Berkenan sebagai cucuk lampah adalah “Pangeran Diponegoro” dengan kuda jantannya. Di belakang Ust Wasroi sang “Pangeran Diponegoro” berbaris rapi group musik “tong tek”, pasukan serba hitam bersurban membawa panji Islam al-liwa dan ar-roya, disusul rombongan pendidik dan pencetak generasi kuntum khoiru ummah dan ditutup rombongan dari TPQ di Semarang dan sekitarnya.

Tepat di bunderan videotron, acara tabligh akbar digelar. Adalah Ust. Haidar yang mengawali tabligh ini dengan membacakan khutbah Rasulullah SAW menyambut bulan Ramadhan. Selanjutnya, KH. Muhammad Ainul Yaqin dalam tausyiahnya menyampaikan, dalam menyambut bulan Ramadhan yang Mulia ini kita harus mempersiapkan baik ilmu, jasadiyah dan ruhiyah. Beliau juga mengingatkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan perjuangan umat Islam. Banyak futuhat-futuhat yang dilakukan Rasul dan para shahabat terjadi di bulan Ramadhan. Terlebih, saat ini umat Islam tidak memiliki payung yang bisa menerapkan Syariah secara kaffah. “Hendaklah bulan Ramadhan ini kita jadikan bulan perjuangan untuk tegaknya Daulah Khilafah Rasyidah Manhaj Nubuwwah”, pungkas kyai Ana. Tabligh akbar diakhiri pembacaan pernyataan sikap Hizbut Tahrir Indonesia dan ditutup dengan doa oleh Ust. Wasro’i sang “Pangeran Diponegoro”. (tedjo/ilamiyah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*