Menag: Umat Islam Digembosi Oleh Umat Islam Sendiri

Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni mengakui kualitas keimanan umat Muslim di tanah air sedang menghadapi penggembosan dari dalam sendiri, sehingga perlu dihadapi dengan serius. Perlawanan harus dilakukan dengan serius, kata Maftuh di Kendari, Selasa (05/08). Kita pun mengakui, serangan terhadap Islam saat ini sedang terus dilakukan. Pelakunya, diantaranya masih umat Islam sendiri.  Menurut Maftuh, dewasa ini ada orang Muslim yang belajar di negara tertentu berupaya menunjukkan jati dirinya sebagai orang cerdik padai. Cara yang dilakukan oleh yang bersangkutan adalah memberikan argumentasi yang seolah-olah rasional terhadap hal-hal yang sudah menjadi kesepakatan para ulama.

Ia mencontohkan ada pendapat yang di luar kesepakatan itu berupa pelaksaan ibadah haji yang dapat dilakukan setiap bulan. Padahal soal ibadah haji itu hanya dapat dilakukan setahun sekali dan waktunya pun sudah ditentukan, antara 1 Syawal sampai 9 Zulhijah.

Contoh lain yang disuarakan kelompok orang yang disebutnya sudah “keblinger “itu adalah soal membolehkan adanya perkawinan sejenis. Menurut Menteri Agama, pendapat tersebut jelas tak bisa diterima oleh penganut agama Islam kendati mereka juga menjunjung Hak Azasi Manusia.

Pendapat menyimpang ini sangat disayangkan berasal dari umat Islam sendiri, yang ketika kecil belajar di pondok pesantren di kampung namun ketika di luar negeri ingin tampil beda dengan membuat pernyataan menyimpang.

Orang semacam itu juga ada dan pernah menduduki jabatan tinggi di salah satu instansi pemerintah, kata Maftuh.

Sebuah Ulasan: Program Sarjana Bayaran

Apa yang dikatakan oleh Menteri Agama, memang benar adanya. Saat ini banyak muncul beberapa orang yang dianggap intelek dari kalangan Muslim tetapi membawa ajaran liberal atas nama Islam. Seperti dikatakan Menag, rata-rata mereka didengungkan oleh orang-orang yang telah dididik di luar negeri.

Mengapa mereka ketika mereka sudah belajar di luar negeri malah membuat pernyataan yang menyimpang dengan ajaran Islam? Adakah pencucian otak telah bekerja di luar negeri? Namun yang jelas, Barat mengerti betul bahwa saat ini Islam telah menjadi ancaman bagi Barat, baik dari segi hosility (permusuhan) maupun dari segi capability (kemampuan).

Dari segi hostility sangat jelas bahwa Islam bertentangan dengan ideologi kapitalisme yang diemban Barat. Bagaimana Islam tidak dikatakan sebagai musuh, ketika Islam sebagai ideologi sangat bertolak belakang dengan ideologi kapitalisme? Seperti misalnya, perbedaan yang sangat tajam dalam persoalan ekonomi. Di dalam Islam tidak bisa barang milik umum dikuasai oleh seseorang atau sekelompok orang. Bandingkan dengan pandangan Kapitalisme yang tidak mengenal pembagian kepemilikan sehingga siapa yang punya uang, maka gunung pun dapat dimiliki.

Saat ini, kesadaran terhadap Islam semakin tinggi. Berarti tingkat persinggungan antara ideologi Islam dengan Kapitalisme akan semakin terasa. Tak aneh bila Barat menganggap Islam sebagai musuh baru. Untuk menanggulangi ini, perlu kiranya umat Islam dilunakkan sehingga persinggungan Islam dengan Kapitalisme tidak terlalu kentara.

Untuk melakukan hal ini, Barat tidak perlu repot-repot terjun ke negeri-negeri Muslim mengajarkan ajaran non Islam. Cukup dengan menyimpan para agen-agen mereka untuk membawakan ajaran Islam yang telah disesuaikan dengan kepentingan mereka. Dari sini kita dapat mengerti, mengapa banyak dari kalangan kaum Muslim sendiri malah berfikiran liberal walaupun dipoles dengan nama Islam. Tentu saja bagi Barat keberadaan para ‘pemikir Islam ala Barat’ ini sangat membantu untuk meredam persinggungan Islam dengan Kapitalisme. Sebagian Muslim di Barat menyebut mereka itu sebagai “para sarjana bayaran”.

Syabab.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*