Dua Bocah Palestina Disiksa dalam Tahanan Sel Isolasi Israel

Kelakuan tentara Israel terhadap warga Palestina memang menjijikkan. Tanpa pandang usia, pasukan keamanan zionis itu menyiksa dan menginterogasi tahanan warga Palestina.

Sebuah LSM internasional bernama Pertahanan untuk Anak Internasional cabang Palestina menemukan, baru-baru ini, Israel telah menahan dan menginterogasi dua bocah Palestina yang masih berada di bawah umur dengan perlakuan tak tidak manusiawi. Salah seorang anak itu telah berusia 16 tahun, ditahan selama tiga pekan termasuk 10 hari dalam sel petugas keamanan Shin Bet dan enam hari di sel isolasi, hanya gara-gara kejahatan kecil.

Kedua anak itu dicurigai telah membakar sebuah lapangan dekat pemukiman Yahudi, Yitzhar. Keduanya lantas ditangkap dan ditahan dengan perlakuan ekstrim dengan maksud untuk dimintai keterangannya. Selama 10 hari, keduanya di tahan di fasilitas keamanan Shin Bet di Petah Tikva dan enam hari di sel isolasi yang begitu menyeramkan bagi seorang anak-anak. Meskipun, keduanya kemudian dibebaskan tanpa syarat apapun.

Pembakaran lapangan di pemukiman Yitzhar itu terjadap pada 2 Juni 2010. Lalu, pada 10 Juni, tentara Israel merazia rumah-rumah dan menangkap keduanya. Kedu anak yang berinisial MM dan FA itu bahkan ditangkap dengan kedua tangannya di borgol. Tangan MM diborgol di depan dan FA di borgol dengan tangan di belakang meski peraturan militer melarang tahanan diborgol dari belakang.

Tak hanya itu, tentara Israel juga menutup mata kedua anak tersebut dan langsung di bawa ke ruang tahanan di Hawara. Kedua anak itu mengatakan, selama di tahan, makanan yang diberi sangat tidak mencukupi. Keduanya juga hanya diizinkan ke luar sel setengah jam sehari. Di Hawara, keduanya ditahan selama dua pekan.

Setelah itu, kedua bocah itu dipindahlan ke tempa penahanan yang lain. Seorang interogator yang menyebut dirinya bernama ‘Jihad’ mengancam akan menyiksa keduanya dengan sengatan listrik kecuali mengakui perbuatannya. Interogator itu juga mengancam akan mendakwa keduanya dengan tuduhan memiliki senjata api dan telah melempar batu ke arah tentara Israel bila tidak mau mengaku.

MM bukanlah pelaku pembakaran lapangan tersebut. MM mengatakan pada saat api membakar lapangan itu, dirinya sedang mengikuti ujian di sekolah. Begitu pula dengan FA yang tak mengetahui apa-apa. Selama enam hari di sel isolasi, bagi keduanya dirasakan sebagai hari yang terburuk dalam hidupnya. Mereka mengungkapkan, sel isolasi itu tidak memiliki jendela dan lampu-lampu menyala 24 jam sehari.

MM mengatakan, ia menggedor pintu dan meminta para sipir untuk memindahkannya ke sel lain. Tapi para sipir hanya berteriak padanya untuk diam. Kedua anak itu ditahan di sel terpisah yang letaknya berdampingan. Keduanya lantas berusaha mencari celah di antara sel tersebut untuk berbincang. Karena tak kuat dengan siksaan yang diterima, keduanya lantas sepakat untuk mengakui tuduhan pembakaran tersebut.

Kedua bocah itu bahkan sempat di sidang di pengadilan militer yang divonis bersalah. Keduanya diberi sanksi penambahan masa tahanan. Namun, tiba-tiba, tanpa penjelasan apapun, keduanya dibebaskan tanpa syarat pada 1 Juli 2010. (republika.co.id, 18/8/2010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*