Tanpa Khilafah musuh Allah pun menjadi sangat berani untuk membantai umat Islam, menangkap, dan menyiksa para ulama dan pejuang Islam.
Ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran kita, kenapa ibadah shaum yang kita jalankan dari tahun ke tahun tidak membawa perubahan berarti pada kondisi umat Islam? Umat Islam tetap saja dalam kondisi yang menyedihkan dalam berbagai aspek. Secara politik umat Islam masih didzalimi oleh penjajah, baik secara langsung seperti yang dilakukan AS di Irak dan Afghanistan, atau seperti yang dilakukan Zionis Yahudi di Palestina. Pendudukan militer ini telah membunuh jutaan umat Islam, jutaan pengungsi, dan anak-anak yatim yang menderita.
Penjajahan politik terjadi lewat pemimpin-pemimpin negeri Islam yang represif dan otoriter yang menjadi pelayan setia negara-negara imperialis. Sebut sajalah Zardari di Pakistan, yang memberi jalan pada AS dan sekutunya untuk membunuh rakyatnya sendiri dengan politik adu domba . Dia membiarkan tentara swasta Blackwater atau atas nama lainnya melakukan pemboman di masjid, pasar, pusat –pusat keramaian. Setelah itu, Taliban atau Al Qaeda dituding sebagai pelakunya.
Bentuk ketidakpedulian Zardari semakin jelas, ketika boneka Barat ini lebih memilih pergi ke luar negeri, sementera rakyatnya dirundung bencana banjir, puluhan juta jadi korban, ribuan di antaranya meninggal dunia.
Pemimpin boneka di negeri Islam lain juga hampir sama, menjadi kaki tangan asing dalam perang melawan terorisme yang sesungguhnya merupakan perang ala Amerika untuk kepentingan negara imperialis. Tanpa memiliki rasa malu, pemimpin boneka ini memerangi umat Islam, menangkap, dan membunuh aktifis Islam, mendzolimi para ulama yang bersebrangan dengan AS dengan tuduhan teroris.
Isu teroris jelas-jelas menjadi alat penjajahan Barat untuk melakukan intervensi terhadap negara-negara lain pasca perang dingin. GWOT (Global War on Terrorism) digunakan sebagai political hammer (palu politik) menuding siapapun yang tidak sejalan dengan kepentingan penjajahan AS sebagai teroris.
Seperti yang dinyatakan oleh Bush: either you are with us or with terrorist (Anda ikut kami atau Anda bergabung bersama teroris). Negara, kelompok, atau individu yang menentang penjajahan AS kemudian disebut teroris dengan berbagai variasi: pendukung, penyandang dana, sampai pelaku!
Tidak hanya itu isu terorisme digunakan sebagai alat stigmatisasi negatif terhadap syariah Islam terutama ajaran Islam yang mulia seperti jihad, dakwah, dan khilafah. Siapapun yang mengusung perjuangan syariah dan Khilafah kemudian dicap teroris. Dengan cap teroris itu ulama, aktifis Islam, seakan-akan legal diperlakukan seperti binatang! Dibantai, dibunuh, disiksa, dan kedzaliman tanpa batas lainnya.
Untuk mempermudah propagandanya AS kemudian membuat ikon baik secara personal maupun kelompok sebagi simbol teroris . Dimunculkanlah orang-orang tertentu yang di– blow up sebagai ikon teroris seperti Syeikh Osama bin Laden atau Ustadz Abu Bakar Baasyir. Sementara sebagai ikon kelompok dimunculkan Al Qaeda, Jamaah Islamiyah, Tandzimul Jihad. Secara sistematis para ikon ini dimonsterisasi dengan tudingan yang menakutkan dan penuh rekayasa. Pada gilirannya siapapun yang tidak sejalan dengan AS atau mengusung ide yang bertentangan dengan ide penjajah akan dikaitkan dengan ikon-ikon ini. Propaganda yang licik dan penuh kebusukan !
Demikian juga, penjajahan ekonomi juga masih saja berlangsung. Kekayaan alam negeri Islam yang melimpah meliputi minyak, batubara, emas, dan lainnya justru dirampok oleh negara-negara imperialis atas nama investasi asing, pasar bebas, dan privatisasi. Sementara rakyatnya sendiri hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.
Kenapa penderitaan dan kedzaliman ini masih terjadi di tengah-tengah umat, padahal dari Ramadhan ke Ramadhan telah kita lewati? Jawabannya, di tengah-tengah umat tidak ada Khilafah yang mempersatukan umat dan melindungi umat Islam dari berbagai serangan musuh. Padahal persatuan politik umat Islam sangat mutlak dibutuhkan untuk menghentikan penjajahan Barat ini.
Khalifah juga akan menjadi pelindung seperti yang sabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa Imam (Khalifah) adalah junnah (perisai). Umat Islam tidak lagi memilik pelindung ini. Tanpa Khilafah musuh Allah pun menjadi sangat berani untuk membantai umat Islam, menangkap, dan menyiksa para ulama dan pejuang Islam.
Ketiadaan khilafah juga menyebabkan kita tidak bisa menjalankan syariah Islam secara totalitas. Padahal menjalankan syariah Islam secara menyeluruh merupakan konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT. Beriman kepada Allah, berarti juga harus beriman kepada seluruh hukum Allah SWT dan menjalankannya secara menyeluruh.
Kita baru sebatas menjalankan ibadah mahdhah seperti zakat, puasa, atau shalat dan sebagian kecil aspek muamalah. Padahal dengan menjalankan syariah Islam secara totalitas–lah, umat Islam bisa menyelesaikan persoalan hidupnya baik pribadi maupun ekonomi dan politik.
Seharusnya shaum Ramadhan kita semakin mengokohkan kita untuk menjalankan seluruh syariah Islam. Bukankah makna taqwa yang menjadi tujuan dari shaum kita berarti menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan-Nya? Termasuk kewajiban menerapkan syariah dalam politik dan ekonomi.
Bulan Ramadhan juga merupakan bulan diturunkannya Alquran (syahrul Quran). Bukankah Alquran seharusnya bukan sekadar kita baca, tapi kita jadikan pedoman dalam seluruh kehidupan kita? Pertanyaannya sampai kapan kita membiarkan kedzaliman ini terjadi ? Ila mata? (Farid Wadjdi)
ketika kalimat Tahuid di tinggikan, ketika Allah tidak di sekutukan, ketika Rasulullah tidak dilecehkan (i’tiba kepadanya dalam beribadah dan berdakwah)