12/08/2007 12:52 Partai Politik
Liputan6.com, Jakarta: Ribuan anggota organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memenuhi Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (12/8). Mereka menghadiri Konferensi Khilafat Internasional HTI. Dalam acara ini, massa menyerukan bahwa sudah saatnya umat Islam memimpin dunia khususnya Indonesia.
Organisasi Islam ini bahkan sudah membentuk partai politik. Adalah Partai Hizbut Tahrir yang berencana mengusung asas islam. Meski menolak demokrasi liberal, parpol anyar ini mengaku tetap menghargai kelompok lain di Indonesia. Namun belum bisa dipastikan keikutsertaan parpol ini dalam Pemilihan Umum 2009 mendatang.(REN/Tim Liputan 6 SCTV)
Sumber: http://www.liputan6.com/news/?id=145934&c_id=1
RIBUAN ORANG MENGHADIRI KONFERENSI KHILAFAH INTERNASIONAL
Konferensi Khilafah Internasional 2007 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Acara dihadiri ribuan umat muslim.
Metrotvnews.com, Jakarta: Sekitar 100 ribu orang yang tergabung dalam Hizbut Thahir Indonesia, Ahad (12/8), menghadiri Konferensi Khilafah Internasional 2007 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Konferensi mengangkat tema “Saatnya Khilafah Memimpin Dunia” diselenggarakan oleh Hizbut Tharir Indonesia. Para peserta konferensi menyerukan kebangkitan umat muslim menerapkan syariah.
Mereka juga menyerukan kepada pemerintah dan rakyat Indonesia untuk menghentikan sekularisme. Karena sekularisme dinilai biang segala kerusakan yang merugikan masyarakat dan negara.
Acara ini diwarnai aksi teatrikal turun dari atap Gelora Bung Karno yang mengartikan satu langkah bersama melaksanakan syariah Islamiyah. Para peserta Konferensi Khalifah Internasional di antaranya dari Jepang, Inggris, Australia dan Palestina.(DOR)
Sumber: http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=43774
HIZBUT TAHRIR MENYERUKAN PERSATUAN UNTUK SELURUH MUSLIM
Para peserta Konferensi Khilafah Internasional 2007 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Metrotvnews.com, Jakarta: Lebih dari 100 ribu orang yang tergabung dalam Hizbut Thahrir menghadiri Konferensi Khilafah Internasional 2007 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (12/8). Konferensi tersebut mengangkat tema Saatnya Khilafah Memimpin Dunia. Para peserta hadir di antaranya dari Jepang, Australia dan Palestina. Konferensi ini juga diwarnai aksi teatrikal Flying Fox yang mengartikan satu langkah bersama untuk mewujudkan kewajiban melaksanakan syariah Islamiyah.
Momentum konferensi juga dimanfaatkan Hizbut Thahrir untuk menyatakan sikap mereka yaitu di antaranya menyerukan kepada umat Islam untuk bangkit dan bersatu, menerapkan syariah serta menegakkan kembali khilafah Islamiyah. Mereka juga menyerukan pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia untuk menghentikan sekularisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka menilai sekularisme adalah biang segala kerusakan yang terbukti merugikan masyarakat dan negara.(NTF)
Sumber: http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=43787Konferensi Internasional
Khilafah Bukan Ancaman
Jakarta, Kompas – Juru Bicara Hizbuth Tahrir Indonesia Ismail Yusanto pada pembukaan Konferensi Khilafah Internasional di Jakarta, Minggu (12/8), menegaskan, salah besar kalau khilafah dianggap sebagai ancaman bagi bangsa ini. “Justru khilafah akan menyelamatkan bangsa dan umat Islam Indonesia,” ujarnya.
Selain dihadiri tokoh Islam internasional, seperti Hassan Ko Nakata (Jepang), konferensi juga dihadiri tokoh Islam nasional seperti Din Syamsuddin (Muhammadiyah), KH Abdullah Gymnastiar atau AA Gym, KH Amrullah Umar (Majelis Ulama Indonesia Pusat), dan Fuad Bawazir.
AA Gym juga mengatakan, Islam diciptakan dengan sifat adil, kasih sayang, dan kecintaan pada keindahan. “Kenapa ada yang begitu membenci Islam, bahkan umat Islam sendiri ada yang tidak tertarik kepada Islam. Akan sangat mudah jika menjawabnya dengan mencaci, atau menunjuk kesalahan orang. Tetapi, beranikah kita melihat kelemahan kita sendiri,” ujarnya.
Menurut AA Gym, jawabannya karena Islam masih membutuhkan pribadi yang dapat menjadi bukti keindahan dan kedamaian ajaran Islam. “Saya mengajak untuk memperbaiki pribadi Islam kita. Hanya Allah yang mahatahu apa yang ada dalam lipatan hati kita, untuk siapa setiap langkah yang kita buat ini,” ujarnya.
Sementara itu Din mengingatkan, umat Islam masih menghadapi banyak ancaman dan tantangan dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, jangan bersedih atau hilang kepercayaan diri karena ada iman dalam diri umat Islam. Itu sebabnya, umat Islam harus tetap bersatu meski ada perbedaan pendapat. “Umat Islam dunia dan Indonesia jangan terjebak pada permusuhan hanya karena perbedaan pendapat tentang hal tertentu, atau hanya karena perbedaan kelompok atau partai politik,” ujar Din.
Menurut Din, esensi dari khilafah adalah persatuan umat Islam. Meski ada banyak perbedaan tentang bagaimana mewujudkan khilafah, umat jangan terpecah. “Memang untuk mewujudkan persatuan itu bukan hal yang mudah, di antara umat sendiri harus bisa menerima perbedaan dan menghadapinya dengan penuh toleransi,” ujar Din.
Ia mengajak umat Islam, sebagai kelompok terbesar di Indonesia, untuk bisa menjadi faktor penentu bagi kemajuan bangsa ini. (MAM)
Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0708/13/utama/3760502.htm
HTI Laksanakan Konferensi Khilafah International
Laporan Wartawan Kompas Imam Prihadiyoko
JAKARTA, KOMPAS – Pagi ini sekitar 100.000 masa dan simpatisan Hizbuth Tahrir Indonesia akan berkumpul di Stadion Utama Senayan Jakarta, Minggu (12/8), untuk melaksanakan Konferensi Khilafah Internasional.
Acara yang berlangsung dari pukul 08.00-12.00 wib ini, antara lain akan dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti AA Abdullah Gymnastiar, Prof HM Amien Rais, KH Ma’ruf Amin, Menpora Adyaksa Dault, Prof Din Syamsuddin, dan KH Zainuddin MZ.
Din Syamsuddin yang hadir dan akan memberikan sambutan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua MUI yang harus mengayomi organisasi massa Islam di Indonesia. “Walaupun tidak setuju dengan konsep kekhilafahan yang diperjuangkan HTI. Kekhilafahan tidak sesuai dengan kondisi ke-Indonesiaan yang plural. Bagaimanapun juga NKRI berdasarkan Pancasila telah final bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.
Sumber: http://www.kompas.co.id/ver1/Nasional/0708/12/090516.htm
Massa HTI Padati Stadion, Imran Waheed Dicekal
Laporan Wartawan Kompas Imam Prihadiyoko
JAKARTA, KOMPAS – Massa dan simpatisan Hizbuth Tahrir Indonesia dari seluruh Indonesia, sudah memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, Minggu (12/8).
Hanya kursi dibelakang panggung utama yang sengaja dikosongkan. Sejumlah pembira utama yang diundang sudah hadir.
“Namun, Dr Imran Waheed yang mewakili Hizbuth Tahrir Eropa ternyata dicekal masuk Indonesia. Sekarang beliau berada di Kuala Lumpur,” ujar Ketua Umum HTI, Muhammad Al-Khaththath.
“Kami hanya ingin mengajak semua umat Islam, untuk memperhatikan nasib umat yang masih terpuruk,” lanjutnya.
Khilafah yang diperjuangkan ini, menurut Khaththath, mungkin saat ini masih dianggap utopia. “Tapi, begitu pula bersatunya negara Eropa dalam uni Eropa pada 50 tahun lalu. Artinya, Khilafah, suatu saat Insya Allah akan terwujud,” ujarnya.
Sumber: http://www.kompas.co.id/ver1/Nasional/0708/12/094847.htm
HT: Khilafah Lindungi Pluralitas
JAKARTA — Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan kekhilafahan merupakan kenyataan sejarah yang melindungi pluralitas. Selama ini banyak pihak yang salah memahami konsep khilafah dengan menuduh kekhilafahan Islam antipluralitas.
”Kekhilafahan Islam di Spanyol membuktikan itu. Bahkan, sejarah telah menyebut Spanyol sebagai negeri tiga agama, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi,” kata juru bicara Hizbut Tahrir (HT) Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto, dalam Konferensi Kekhilafahan Internasional di Jakarta, Ahad (12/8).
HT mengakui pluralitas yang diindikasikan dari beragam kerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia. ”HT tak memiliki hambatan apa pun untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak, seperti partai Islam lainnya,” ujar Ismail.
Dia juga menegaskan bahwa HT tak akan menempuh metode kekerasan untuk mencapai tujuannya, yakni tegaknya syariah dan kekhilafahan Islam. Acara Konferensi Kekhilafahan Internasional itu, tegas Ismail, tak dimaksudkan untuk mendeklarasikan berdirinya sebuah kekhilafahan atau partai politik baru. Acara itu lebih bersifat sebagai nasihat keagamaan dalam memberikan pendidikan kepada umat.
HT juga menolak keras munculnya gerakan separatisme di dunia Islam. ”Tegaknya kekhalifahan bermaksud untuk mengganti sistem pemerintahan yang buruk, dan akan mencegah separatisme, sehingga tak mungkin mengancam.”
Presiden Asosiasi Muslim Jepang, Hassan Ko Nakata, mengatakan, tak ada pemaksaan dalam sistem khilafah. Sistem pemerintahan Islam tegak dengan tetap memberikan otonomi untuk hidup mandiri bagi yang non-Islam.
Negeri Islam juga terbuka bagi siapa saja. ”Sistem khilafah tak murni keagamaan, tapi sangat membumi atau bersifat keduniaan. Inilah yang menjadi alasan kenapa sistem ini dapat diterima di semua kalangan, bahkan non-Muslim sekalipun,” jelas Nakata yang juga Guru Besar Teologi Universitas Doshisha, Kyoto, itu.
Semua organisasi Islam di Indonesia, seperti HT, Muhammadiyah maupun NU, kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, tak keberatan dengan ide pluralitas karena ajaran Islam memang mengakuinya. Yang justru ditentang adalah ide relativitas agama yang menyatakan semua agama adalah sama.
Din juga meminta umat Islam memahami bahwa khilafah merupakan ajaran Islam. Meski, ada perbedaan pendapat dalam hal format dan cara membentuknya, bukan esensinya. ”Khilafah adalah ajaran yang baik dan mulia. Tapi saya lebih pahami secara esensial bahwa khilafah adalah ajaran persatuan umat Islam.”
(rto )
Sumber: http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=303177&kat_id=3
Hizbut Tahrir Siap Gandeng Parpol
Senin, 13/08/2007
JAKARTA (SINDO) – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengaku siap melakukan kerja sama dengan berbagai partai politik (parpol) untuk mendukung pelaksanaan Pemilu 2009. Namun, HTI menegaskan belum akan mendirikan parpol.
”Selama ini HTI sudah menjadi parpol, Hizbut artinya partai. Namun,HTI belum mendaftarkan diri ke lembaga negara,” ungkap Juru Bicara HTI Ismail Yusanto di sela-sela Konferensi Khilafah Internasional di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan, demokrasi yang ada saat ini berdasarkan kedaulatan rakyat, padahal akidah HTI menerangkan bahwa kedaulatan hanya ada di tangan Allah SWT. Meski demikian, Ismail menegaskan, dukungan HTI untuk Pemilu 2009 diyakini bukan untuk memberi kedaulatan rakyat kepada pemimpin, melainkan pemimpin yang terpilih harus menjalankan syariat Islam. Dalam kesempatan itu, Ismail juga mempertanyakan langkah pemerintah yang melarang dua ulama HTI masuk ke Indonesia.
Bahkan, dua ulama tersebut langsung dideportasi begitu mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, kemarin. Dua ulama tersebut adalah Imran Waheed dari Inggris dan Syeikh Ismail al-Wahwah dari Australia. Mereka sedianya akan menjadi pembicara dalam acara Konferensi Khilafah Internasional. Konferensi Khilafah Internasional 2007 pun terlihat semarak. Ribuan kader HTI seluruh Indonesia terlihat memadati Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Beberapa ulama Indonesia dan mancanegara terlihat ikut hadir.
Beberapa ulama Indonesia itu adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Pengasuh Ponpes Darut Tauhid Bandung, Jabar, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym),dan Ketua Umum Syariat Islam (SI) yang juga Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amrullah Ahmad. Sementara itu,Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamduddin mengatakan, Muhammadiyah merupakan payung bagi semua ormas Islam, termasuk HTI, meski banyak pandangan HTI yang berbeda dengan Muhammadiyah. ”Kita harus hargai HTI yang punya pandangan sendiri seperti halnya dengan umat Islam lain,” tegasnya. (dian widiyanarko/okezone)
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/nasional
Stadium crowd pushes for Islamist dream
The BBC’s Lucy Williamson reports from Indonesia, where tens of thousands of Islamists have gathered to push for the creation of a single state across the Muslim world.
Supporters attending the Hizb ut-Tahrir event, Jakarta. Hizb ut-Tahrir managed to fill the Gelora Bung Karno stadium.
The dull roars of a football match, the twanging music of a youth group concert – from a distance it is not always easy to tell an Islamic conference from a holiday crowd. Inside Jakarta’s Gelora Bung Karno stadium the clues get easier. There are about 100,000 people inside, and everyone is in Islamic dress.
The women’s section – by far the largest – is a pitter-patter of ice-cream colours. On their parasols, one word is printed over and over again: Khilafah, caliphate.
This is the reason why people have come here. To show their support for a single, unified, Islamic state.
Maybe I chose Hizb ut-Tahrir because it unites the masses better than other Islamic organisation
(Yani, Hizb ut-Tahrir member)
Q&A: Hizb ut-Tahrir
They have been invited by the international Islamist group, Hizb ut-Tahrir. Not everyone believed they would fill the stadium, but Hizb ut-Tahrir is good at bringing in supporters – and keeping them.
Milling around outside the stadium we found 24-year-old Akbar.
He was not a member of Hizb ut-Tahrir, but he said: “This conference is not just for one group. In my opinion, if you support there being sharia law in Indonesia, you’ve got to be here.”
Yani, a student from Bogor, said she had come to show there was support for Islam, and support for a Caliphate too.
Supporters attending the Hizb ut-Tahrir event, Jakarta
It can take several years to gain membership of Hizb ut-Tahrir
Next to her, Wisnu told us she was there to increase ties with other Muslims.
“Maybe I chose Hizb ut-Tahrir because it unites the masses better than other Islamic organisations,” she said.
But if the audience turnout was impressive, not so the speakers lined up to address the crowd.
One by one, over the past few days, seven of the delegates invited to speak have dropped out.
‘Uncommon democracy’
One of those who did turn up to speak was Din Syamsuddin – an establishment figure rather than a firebrand, and leader of Indonesia’s second largest Muslim organisation, Muhammadiyah.
Supporters attending the Hizb ut-Tahrir event, Jakarta
Many Hizb ut-Tahrir member are from Indonesia’s middle class
But this was a conference that would like to overturn Indonesia’s democratically elected government and install an Islamic state – so where does he stand on that?
“I think democracy is OK,” he said. “But it’s not enough. I think democracy in Indonesia should be supported by religious, ethical and moral values.”
“Because this is a country where the majority of its citizens are religious people. So maybe not liberal democracy, but uncommon democracy; based on religious values – I say religious values, not necessarily Islamic values.”
There was a lot of speculation before this conference began about what kinds of messages would be reflected here.
Hizb ut-Tahrir says it is not an extremist organisation: it does not have a paramilitary wing, and has never been charged with violence.
But its hardline agenda and rhetoric, and its secretive recruitment process, have won it many opponents.
Educated classes
Kholid has been a member of Hizb ut-Tahrir in Indonesia for six years. He joined at college and says the teachings of the party have changed the way he views the West.
“It comes as a matter of course,” he told me. “I’ve come to believe that Muslims have the right to defend themselves when attacked, but we’re not allowed to be aggressive against Westerners if they’re not attacking us.
“The method used in Hizb ut-Tahrir is a change in thought patterns. We call it ‘thought revolution’. When someone is given Islamic teaching – given the brilliant thinking of Islam – then they’ll naturally undergo a thought revolution, and will see what is good and what is bad.”
Hizb ut-Tahrir will not say how many members it has. But those close to the group say membership is extremely difficult to win – often taking several years.
Unlike many other Islamist movements here, Hizb ut-Tahrir seems less interested in a broad mass following than a smaller more committed core of members, many of them drawn from Indonesia’s educated middle classes.
The organisation has only been operating openly in Indonesia for seven years. The conference is one sign that it is doing well.
Source: http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/6943070.stm
HTI Tak Tutup Kemungkinan Jadi Parpol
Eramuslim.com. Dalam Konferensi Internasional bertema “Saatnya Khilafah Memimpin Dunia” yang digelar pagi hingga siang ini, Ahad (12/8), Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto menyatakan bahwa HTI tidak menutup kemungkinan menjadi parpol.
“Di sejumlah negara, Hizbut Tahrir telah membuktikan diri sebagai partai politik yang layak diperhitungkan, ” ujarnya. Ketika ditanya wartawan apakah rencana itu sebagai bentuk ketidakpuasan atas parpol Islam yang sudah ada, Ismail Yusanto mengelak dan mengatakan bahwa selama ini hubungan antara HTI dengan parpol-parpol yang berasaskan Islam baik-baik saja.
“Hanya saja kami tidak sependapat dengan jalan demokrasi, karena dalam demokrasi itu kan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Padahal bagi kami, hakikat kekuasaan adalah dari Allah untuk kemashlahatan umat, ” tambahnya.
Berkenaan dengan dicekalnya sejumlah pembicara dalam konferensi ini, Ismail Yusanto menyatakan kekecewaannya. Seperti yang telah diberitakan sebelumnya oleh beberapa media, dua pembicara dari Australia dan Inggris, Ismail al-Wahwah dan Imron Wahid, tiba di Bandara Soekarno Hatta dan begitu menginjakkan kakinya di Indonesia, aparat keamanan RI memerintahkan keduanya untuk kembali ke negaranya masing-masing.
“Kami mengecam keras tindakan itu. Mengapa kedua orang yang tidak pernah merugikan bangsa ini tidak boleh datang ke sini, sedangkan orang-orang yang jelas telah merugikan bangsa ini boleh saja keluar masuk?” tandas Yusanto.
Selain itu, aparat kepolisian juga “mencekal” Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dan Pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai pembicara.
“Bukan itu saja, dalam mengurus perizinan acara, kita juga mengalami kesulitan, ” tambah Yusanto.
Bisa jadi, ini merupakan sikap resmi dari pemerintah kita dan aparatur negaranya sekarang ini, di mana menggelar dangdutan jauh lebih mudah ketimbang menggelar acara dakwah. Jika demikian, bukan hal yang aneh jika negara ini akan terus meluncur ke jurang kebinasaan.(Rizki)
Sumber: http://www.eramuslim.com
Banyak Tokoh Tak Hadir, Konferensi Khilafah Tetap Semarak
Sejumlah tokoh yang diagendakan akan hadir memberikan orasi dalam Konferensi Islam Internasional yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia tidak hadir. Meski demikian, acara konferensi tetap meriah dengan berbagai pertunjukan parade Bedug dan aksi teaterikal puluhan bendera Liwa dan Roya, kehadirantiga balon terbang bertuliskan “Selamat Indonesia dengan Syariah, Buang Sekularisme, Tegakan Khilafah”, serta untaian dzikir dan doa yang dipimpin oleh Ustad Muhammad Arifin Ilham.
“Kita semua berada di sini, didorong akidah Islam dan keimanan kepada Allah untuk tegaknya syariah dan khilafah, kita akan berjuang sekuat tenaga untuk menghadapi tantangan, hambaan dan rintangan di depan kita, ”tegas Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia M. Ismail Yusanto dalam orasi pembuka dalam Konferensi Khilafah Internasional, di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Ia menyatakan, pencekalan terhadap dua pembicara dari Inggris DR. Imran Waheed dan pembicara dari Australia Syeikh Ismail Al-Wahwah, serta pembicara dari Indonesia seperti Ustad Abu Bakar Baasyir bukan penghalang untuk melanjutkan kegiatan ini.
“Kita penuh kepercayaan kepada Allah tetap untuk hadir di sini, oleh karenanya kita pantas mengucapkan terima kasih kepada tokoh yang hadir di sini, ”tukasnya.
Ismail menegaskan, saat ini paham atau isme yang berkembang tidak sesuai dengan Islam, tetapi sudah merasuk hampir ke seluruh umat Islam, seperti para ulama mengatakan hal itu ditunjukan dengan munculnya kejahatan, penjajahan, dan penindasan terhadap umat Islam.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Darut Tauhid KH. Abdullah Gymnastiar menyatakan, tema besar yang diusung oleh Hizbut Tahrir Indonesia yaitu saat khilafah memimpin dunia, hendaknya bisa menyadarkan seluruh umat Islam agar berani melakukan pembenahan kepada diri sendiri, sebelum memberikan penilaian kepada orang lain. Karena Islam bukanlah sebuah aga yang hanya membahas teori, tetapi membutuhkan pembuktian.
“Kenapa maksiat yang dikemas begitu baik sangat laku, tetapi kalau Islam yang begitu indah sulit untuk dibeli, padahal Islam itu penuh kasih sayang, isalm itu adil, Islam itu solusi, sehingga Islam butuh manusia yang menjadi bukti, ”jelas Aa Gym.
Peserta yang diperkirakan mencapai 100 ribu dari berbagai Propinsi di Indonesia sejak Ahad (12/8) pagi memadati stadion utama Gelora Bung Karno. Mereka tampak khusuk mendengarkan orasi dari tokoh ulama di antaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, Ulama Nahdiyin dari Nusa Tenggara Barat Turmudzi Badhuli, Anggota MUI Sumatera Selatan Tholan Abdulrauf serta pembicara dari Sudan Syeikh Uthman Ibrahim dan Hassan Ko Nakata dari Jepang. Acara tersebut dipandu oleh mantan roker kondang era 80-an Hari Mukti.
Mengenai pencekalan terhadap dua pembicara dari luar negeri, Juru bicara HTI Ismail Yusanto mengaku tidak mengetahui secara pasti alasan pemerintah Indonesia mengeluarkan pelarangan itu.
“Mereka dicekal di Airport, saya tidak tahu persis kenapa pembicara itu dilarang, ”ungkapnya. (novel)
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/nas
Muhammadiyah: Ide Khilafah Baik, Tapi Sulit Realisasikannya
Ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai khilafah merupakan bentuk yang sudah ada dalam sejarah ajaran Islam, essensi ide tersebut sangat baik untuk meningkatkan persatuan umat Islam, meski demikian tidak mudah untuk mencapainya, karena seluruh umat Islam baik cendikiawan maupun ulama harus mempunyai pemahaman yang sama.
“Agar khilafah itu terbentuk seluruh umat Islam harus merapat, baik ulama maupun cendikiawan muslim, saya yakin itu tidak mudah, “jelasnya kepada pers, di Gelora Bung Karno, Jakarta,
Ahad(12/8).
Menurutnya, dalam konteks negara dan bangsa essensi khilafah bisa ditarik, tetapi dalam masih konteks NKRI yang berarti ada kesatuan dan kepentingan umat Islam, tanpa harus menjadi struktur yang bersifat universal.
“Saya bayangkan, sangat sulit untuk melabrak negara dan bangsa, saya tidak setuju, sebagai bangsa Indonesia, saya sangat cinta kepada bangsa, harus dalam kontek NKRI, “imbuhnya.
Meski berpandangan berbeda, Din yang merupakan Wakil dari Majelis Ulama Indonesia itu dapat menghargai ide yang diusung oleh Hizbut Tahrir, karena sebagai gerakan umat Islam yang menyuarakan penegakan syariah Islam tanpa kekerasan, keberadaan Hizbut Tarir harus diayomi oleh tenda besar MUI.
Ia pun dengan setuju, dengan komitmen yang disampaikan HTI menolak segala bentuk separatisme, dan berbagai upaya untuk memecah belah negeri-negeri muslim. (novel)
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/nas
HIZBUT TAHRIR INDONESIA BELUM BERPIKIR KE POLITIK
Metrotvnews.com, Jakarta: Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto mengatakan Hizbut Tahrir akan memberikan ruang pilihan bagi masyarakat untuk menilai sistem syariah secara proporsional dan lebih objektif serta tidak terjebak pada polemik perubahan Pancasila sebagai dasar negara. Ia yakin syariah tidak akan pernah menghilangkan pluralitas yang selama ini ada di dalam masyarakat, namun justru akan menjaga pluralitas tersebut.
Hal tersebut terungkap dalam acara silaturahmi dengan tokoh-tokoh dalam dan luar negeri di Hotel Sahid Jakarta, Ahad (12/8) malam. Acara ini dimaksudkan untuk membicarakan kembali wacana khilafah. Silaturahmi ini dihadiri beberapa tokoh Hizbut Tahrir dari Sudan dan Denmark. Ismail Yusanto lebih lanjut menyatakan konferensi tersebut diadakan sebagai medium silaturahmi antar umat Islam sedunia. Mengenai kemungkin membentuk partai politik, Ismail mengaku sampai saat ini, Hizbut Tahrir Indonesia belum berpikir ke arah sana.(NTF)
Sumber: http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=43798
Din: Tak Perlu Khawatirkan Wacana Khilafah
SuaraMerdeka. KHILAFAH INTERNASIONAL: Ribuan warga Hizbut Tahrir Indonesia mengikuti jalannya acara Khilafah Internasional 2007 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (12/8). Selain diramaikan ribuan kontingen dari dalam negeri, Kilafah Internasional 2007 ini juga diramaikan kontingen dari sejumlah negara Islam.(30)
JAKARTA- Ide untuk mewujudkan khilafah harus tetap dalam kerangka negara bangsa, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila. Hal itu dikatakan Ketua Umum PP Muhammadiyah, M Din Syamsuddin, dalam sambutannya pada Konferensi Internasional Khilafah di Stadion Utama, Senayan, Minggu (12/8).
Menurut Din, khilafah adalah ajaran Islam yang baik dan disebutkan dalam Al-quran, bahkan dalam nada bahwa setiap manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Oleh karena itu konsep khilafah tidak mungkin kita tolak. Namun, kata dia, jika khilafah ditarik kepada kelembagaan politik keagamaan maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dan cendekiawan muslim dari dulu hingga kini.
Soal khilafah historis yang pernah ada dalam sejarah Islam, misalnya, Ibnu Khaldun mengkritiknya sebagai bukan lembaga kepemimpinan politik yang bersifat keislaman, karena sesungguhnya khilafah waktu itu adalah kerajaan.
Menurut Din, gagasan untuk menegakkan khilafah sekarang ini mempunyai makna esensial perlunya persatuan umat Islam. Oleh karena itu penegakan khilafah harus tetap dalam kerangka NKRI. ”Khilafah seperti itu menolak separatisme pada satu sisi dan universalisme pada sisi lain,” katanya.
Sebagai manifestasi persatuan umat Islam khilafah tidak boleh mengurangi inklusifisme dan pluralisme bangsa. Kepada semua pihak diimbau untuk tidak perlu khawatir dengan wacana khilafah sebagai bagian dari proses demokrasi dan pluralisme. ”Justru sikap menolak dan mengecam wacana yang hidup di kalangan bangsa bisa bersfat antidemokrasi dan pluralisme.”
Soal kehadirannya pada acara tersebut, Din mengatakan, kita harus bersikap adil pada saudara sendiri. ”Saya sering hadir pada acara Buddha dan Konghocu, masak diundang saudara sendiri tidak,”jawabnya.
Akui Pluralitas
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Muhammad Ismail Yusanto, menolak sistem demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, tapi tetap mengakui adanya pluralitas di dalam masyarakat.
”Kami menolak demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, karena kedaulatan itu seharusnya berada di tangan Allah,” katanya kepada wartawan dalam Konferensi Kekhilafahan Internasional di Jakarta, Minggu.
Namun, kata dia, pihaknya juga tidak serta-merta menolak pemilihan umum (pemilu) dan sistem perwakilan yang terdapat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan, ujar Ismail, gerakan Hizbut Tahrir di berbagai negara juga pernah memiliki pengalaman mengikuti pemilu seperti yang terjadi di Lebanon dan Jordania.
Ia menuturkan ketika Indonesia menyelenggarakan pemilu tingkat nasional pada 2004, pernyataan resmi yang dikeluarkan HTI adalah agar rakyat memilih yang terbaik karena setiap pilihan pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. (bn,di-48)
Sumber: http://suaramerdeka.com/harian/0708/13/nas01.htm
Konferensi Khilafah
Semoga Konferensi Khilafah Internasional menjadi momentum penting bersatunya kaum Muslimin di dunia.
TajukRencana Harian Pikiran Rakyat. HIZBUT Tahrir Indonesia (HTI) menggelar acara Konferensi Khilafah Internasional di Istora Senayan, Minggu (12/8). Ratusan ribu umat Islam, tamu undangan, dan para pembicara dari dalam maupun luar negeri menghadiri acara tersebut. Suatu hal yang menjadi catatan menarik antara lain tampilnya pembicara dan bahkan hadirin yang berlatar belakang berbeda ormas, status pendidikan, sosial ekonomi, mazhab, serta budaya. Mereka tiba-tiba menjadi bersatu mengusung tema pentingnya menegakkan khilafah islamiah.
Kalaupun mesti mengungkap adanya perbedaan, pers mencatat ada satu pembicara yang semula direncanakan hadir namun batal yakni K.H. Hasyim Muzadi dan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir. Ketua PB Nahdlatul Ulama (NU) ini sengaja membatalkan kehadirannya dengan alasan yang tampaknya prinsipil. Adapun Ustaz Abu Bakar Ba’asyir–sesepuh Majelis Mujahidin Indonesia–tidak hadir karena kesadaran sendiri setelah Mabes Polri melarang bicara di forum tersebut.
Pertanyaannya ialah acara “milik” siapakah Konferensi Khilafah Internasional? Jawabannya secara implisit sebenarnya sudah bisa diterka yakni “milik” umat Islam. Ini didasarkan pada fakta kehadiran mayoritas kaum Muslimin, baik yang mengklaim atas nama diri sendiri, lembaga dakwah, atau ormas Islam.
Terlepas dari hal itu, yang jelas Konferensi Khilafah Internasional berlangsung lancar dan setidaknya pers mencatat adanya kesuksesan panitia merumuskan sejumlah statement penting bagi kelanjutan upaya riil umat Islam–dunia–mewujudkan khilafah islamiah.
Lebih dari itu, pers mencatat ihwal mulai adanya titik temu antara pimpinan umat Islam dari berbagai negara dalam merespons tema yang mengemuka yakni khilafah islamiah.
Dalam diskursus ini, kita mencatat pula adanya benang merah betapa topik khilafah islamiah kini semakin mencair di tengah umat Islam, dan bahkan masyarakat internasional. Ini suatu fenomena menarik, karena terjadi di saat kian gencarnya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengampanyekan berbagai isu yang merugikan kaum Muslimin, seperti melalui isu terorismenya.
Seandainya “pertemuan” di Istora Senayan tersebut, ditindaklanjuti oleh berbagai potensi umat Islam, tampaknya jauh akan lebih maslahat. Karena, berbagai klausul statement dan komitmen yang berhasil dibangun di forum tersebut cenderung memberikan koridor pergerakan wacana maupun amal nyata umat Islam dalam menyikapi problem kompleks seperti kemiskinan, kebodohan, keterbalakangan, kezaliman, ketidakadilan, dan sejenisnya. Semoga Konferensi Khilafah Internasional menjadi momentum penting bersatunya kaum Muslimin di dunia, serta semoga pula umat Islam di berbagai negara bisa merumuskan kembali eksistensinya dan berkiprah nyata mewujudkan izzul Islam wal Muslimin.***
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/082007/13/99tajuk.htm
HTI Protes 2 Narasumber Dicekal
Anwar Khumaini – detikcom
Jakarta – Pencekalan 2 tokoh internasional yang menjadi narasumber Konferensi Khilafah Internasional menuai protes Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kedua tokoh itu adalah Ismail Al Wahwah dari Australia dan Imron Wahid asal Inggris.
“Kita protes keras, mereka tidak boleh mengikuti acara konferensi yang kita selenggarakan. Padahal mereka sudah tiba di Indonesia pada Jumat (10 Agustus), dua hari lalu,” kata juru bicara HTI, Ismail Yusanto, sebelum pembukaan konferensi di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (12/8/2007).
Pemerintah Indonesia, kata Ismail, tidak menjelaskan menjelaskan secara rinci alasan kedua tokoh itu dilarang menjadi pembicara. Begitu tiba di Bandara Soekarno Hatta, kedua tokoh itu diminta kembali ke negaranya masing-masing hari itu juga.
“Kami menyayangkan banyak orang yang merugikan bangsa kita, tapi mereka boleh keluar masuk Indonesia. Kenapa dua pembicara kami tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia,” sesal Ismail.
Dia juga menyayangkan adanya larangan dari Mabes Polri untuk menjadikan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dan Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba’asyir sebagai pembicara dalam konferensi itu.
“Padahal acara ini untuk menyerukan persatuan umat Islam di dunia. Dari manapun, Sunni, Syiah, semuanya bersatu dalam khilafah Islamiyah,” ujar Ismail.
Menurut Ismail, pihaknya juga mengalami kesulitan dalam hal perizinan yang berbelit-belit untuk penyelenggaraan acara ini.
Konferensi Khilafah Internasional 2007 yang mengambil tema “Saatnya Khilafah Memimpin Dunia” rencananya dihadiri sejumlah tokoh, antara lain KH Abdullah Gymnastiar dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Pantauan detikcom pukul 09.00 WIB, sekitar 60.000 aktivis HTI telah memadati GBK. Sementara pengamanan dari aparat kepolisian tak terlalu ketat. Asalkan ada kartu undangan, boleh masuk. (fiq/ary)
Sumber: http://www.detiknews.com
HTI Bakal Jadi Parpol
Anwar Khumaini – detikcom
Jakarta – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan meramaikan kancah politik Indonesia. Organisasi ini tengah mempersiapkan dirinya menjadi sebuah partai politik.
“Itu sudah ada di dalam rencana kita,” kata juru bicara HTI Ismail Yusanto sebelum pembukaan Konferensi Khilafah Internasional 2007 di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (12/8/2007).
Namun dia enggan menjelaskan apakah parpol yang dibentuk HTI akan ikut berlaga dalam Pemilu 2009 mendatang.
“Soal itu sampai sekarang belum diputuskan, yang jelas sudah ada rencana,” kata Ismail memastikan.
Mengenai ledakan Pasuruan yang terjadi Sabtu 11 Agustus kemarin, pihaknya meminta agar peristiwa itu tidak terlalu dibesar-besarkan. Apalagi dengan mendiskreditkan umat Islam.
“Kami tidak tahu persis penyebabnya seperti apa. Namun kami berharap itu tidak menjadi preseden untuk mendiskreditkan umat Islam,” kata Ismail.
Sementara sekitar pukul 10.00 WIB, KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym menyampaikan orasinya di hadapan sekitar 70 ribu massa HTI.
“Kenapa umat Islam sendiri tidak setuju dengan syariat Islam, padahal itu demi umat Islam. Kenapa kita terlalu percaya pada orang lain, tidak pada diri sendiri. Padahal yang bisa mengubah diri kita adalah diri kita sendiri,” tutur Aa Gym yang mengenakan jas putih dan kopiah putih. (fiq/sss)
Sumber: http://www.detiknews.com
Dirikan Parpol, HTI Tiru dari Gerakan Hizbut Tahrir Dunia
Anwar Khumaini – detikcom
Jakarta – Rencana Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk membentuk partai politik belum diputuskan resmi. Namun belajar dari gerakan organisasi Hizbut Tahrir di negara lainnya, HTI mengaku siap berpolitik praktis.
“Kita (HT) sudah berpengalaman dengan pemilu. HT pernah ikut pemilu di Lebanon dan Yordania,” kata juru bicara HTI, Ismail Yusanto dalam jumpa pers Konferensi Khilafah Internasional di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (12/8/2007).
Namun dia enggan menyebutkan alasan pembentukan parpol itu. Yang jelas, Ismail menyangkal parpol yang kelak didirikan merupakan bentuk kekecewaan terhadap parpol Islam yang ada.
“Selama ini kita tidak ada hambatan bekerjasama dengan parpol-parpol Islam,” kilah Ismail.
HTI, sambung Ismail, juga tidak pernah menganjurkan golput bagi anggotanya. “Memilih bagi kita adalah hak,” imbuhnya.
Meski demikian, HTI tidak sepakat dengan sistem demokrasi. Sebab demokrasi membawa jargon kekuasaan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat.
“Beda dengan yang kita anut, kekuasaan dari Allah, dan untuk kemaslahatan umat. Tujuan awal kita, yaitu khilafah Islamiyah (kepemimpinan Islam),” tegasnya.
Ismail juga menegaskan, HTI tetap akan menempuh jalan damai untuk mencapai tujuannya. Kekhawatiran sejumlah kalangan bahwa HTI akan melakukan kekerasan sangat tidak beralasan.
“Jadi mungkin orang-orang terlalu curiga, dengan konferensi menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Padahal kita acaranya begini-begini saja, tausiyah kegamaan. Ini bagian dari pendidikan umat,” jelas Ismail. (fiq/djo)
Sumber: http://www.detiknews.com