KOMPAS.com – Massa demonstran antiperang mencemooh dan menghujani mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dengan telur dan sepatu pada acara promosi buku memoarnya di Dublin, Irlandia, Sabtu (4/9). Saat yang sama, ratusan orang mengantre meminta Blair menandatangani buku yang mereka beli.
Insiden untuk mempermalukan Blair terjadi ketika ia baru saja keluar dari sebuah mobil BMW di luar toko buku Easons di Jalan O’Connel, Dublin. Ia berada di kota itu terkait acara penandatanganan publik pertama untuk buku memoarnya berjudul A Journey.
Buku terbarunya itu laris manis, tetapi telah membuat marah para penentang kebijakannya, khususnya terkait dengan invasi militer ke Irak tahun 2003. Sekitar 200 aktivis antiperang meneriaki Blair dengan kata-kata “tangannya berlumuran darah”.
Para aktivis berteriak, Blair dan rekannya, George Walker Bush, telah membuat Irak menderita. “Tangkap Blair si tukang jagal,” seru demonstran antiperang. Bersamaan dengan teriakan-teriakan yang mencaci maki Blair, para aktivis antiperang itu melemparinya dengan telur, sepatu, botol plastik, dan benda-benda lain.
Blair dituding sebagai salah satu tokoh di balik pembantaian atau genosida di Irak. Oleh karena itu, Blair harus diseret ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan kebijakan yang menyebabkan Irak “bersimbah darah jutaan orang”.
Akibat ketatnya kawalan petugas, Blair tidak sampai terkena benda-benda tersebut. Massa yang kesal karena merasa dihalang-halangi akhirnya berusaha menerobos barikade petugas keamanan. Ada yang rebah di jalan menghalangi petugas.
Massa kemudian terlibat bentrokan dengan aparat. Polisi mengamankan empat aktivis. Aktivis gerakan antiperang, Richard Boyd-Barrett, menuduh Blair telah meraup “uang darah” dari penjualan buku memoarnya tersebut.
Blair menghabiskan waktu sekitar dua jam di dalam toko buku sebelum akhirnya dihujani telur, sepatu, dan beberapa benda lain. Di sisi lain di luar toko buku, lebih dari 300 orang yang telah membeli buku A Journey justru mengantre untuk meminta tanda tangan Blair.
Para demonstran menuding para pembeli buku itu sebagai orang dungu dan pengkhianat. Akibat gelombang unjuk rasa yang disertai bentrokan antara polisi dan demonstran, layanan trem kota dan toko-toko di sekitar lokasi kejadian ditutup sementara waktu.
Buku memoarnya itu berisi kebijakannya di Downing Street 10 pada satu dekade, yakni 1997-2007. Blair mempertahankan keputusannya untuk melakukan invasi militer ke Irak bersama AS dan sekutu-sekutu lainnya pada tahun 2003. Ia tidak pernah menyesal atas keputusannya, tetapi tidak menyangka bakal terjadi sebuah “mimpi buruk” di Irak di kemudian hari.
Blair membela keputusan menyerang Irak meskipun Saddam Hussein ternyata tidak memiliki senjata pemusnah massal seperti yang dicurigai sebelumnya.
“Blair telah menyeret dunia agar terlibat dalam perang di Irak dan Afganistan atas dasar kebohongan,” kata MacFhearraigh Donal, demonstran. Ia mengatakan, Blair harus didakwa sebagai penjahat perang.
Buku yang dirilis awal pekan ini telah menjadi salah satu otobiografi penjualan tercepat dalam sejarah penerbitan buku Inggris dan menjadi buku best seller. Toko buku online, Amazon, mencatat, buku itu termasuk 10 besar terlaris.
Rencananya, pada hari Rabu (8/9), ia akan meluncurkan bukunya itu di London. Para aktivis antiperang di kota ini pun sudah bersiap-siap melakukan aksi serupa dengan rekan-rekannya di Dublin.
Lebih dari 2.500 orang telah bergabung melalui situs jejaring sosial Facebook untuk melanjutkan propaganda melawan peredaran buku memoar Blair tersebut. Mereka menyerukan kepada para pembeli agar mengembalikan buku A Journey yang ditulis Blair itu ke toko buku dan menempatkannya dalam seksi kriminalitas.
Blair yang dilaporkan telah menerima 4,6 juta pound (7,2 juta dollar AS) akan menyumbangkan dana itu kepada Royal British Legion, lembaga amal yang bergerak untuk membantu para veteran perang. Meskipun dicemooh terkait konflik Irak, Blair dipuji oleh banyak orang karena peran kuncinya dalam proses perdamaian Irlandia Utara. (AP/AFP/BBC.NEWS/CAL)