Berbagai sumber berita melaporkan bahwa sepuluh warga sipil, termasuk anak-anak, meninggal akibat serangan bom Amerika Serikat yang menargetkan provinsi Nangarhar, di Afghanistan Timur. Sementara itu, lima tentara NATO tewas dalam serangan terpisah.
Reporter channel berita “Al Jazeera” mengatakan bahwa pesawat tempur milik NATO membombardir sebuah rumah di provinsi Nangarhar, hingga menyebabkan tiga orang anak dan tujuh orang dewasa meninggal seketika.
Dalam hal ini, pasukan NATO dan pemerintah Afghanistan menolak untuk mengomentari insiden itu. Sementara di tengah-tengah aktivitas pemakaman korban, warga memperlihatkan kemarahan yang luar biasa. Mereka menuntut semua pasukan asing untuk segera pergi, dan masalah Afghanistan akan diselesaikan sendiri oleh warga Afghanistan.
Seperti biasanya, Presiden Afghanistan mengecam pasukan internasional yang terus-menerus melakukan kesalahan yang menyebabkan terbunuhnya warga sipil. Namun menurut PBB, pada tahun 2009 jumlah warga sipil yang meninggal akibat keberutalan pasukan NATO berkurang.
Selain itu, pasukan NATO mengumumkan bahwa lima orang dari pasukannya telah tewas pada hari Sabtu (18/9). Sehingga jumlah pasukan internasional yang tewas di negeri ini bertambah menjadi 515 orang sejak awal tahun ini.
Pasukan internasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “Pada Sabtu malam (18/9), dua tentaranya tewas dalam sebuah ledakan bom rakitan. Dan seorang tentara lagi tewas dalam serangan di Afghanistan Utara”.
Selain tiga orang tentara itu, ada dua orang tentara lagi yang tewas pada hari Sabtu (18/9) di Afghanistan, dimana pemilihan legislatif berlangsung di tengah-tengah aksi kekerasan. Meskipun jumlah tentara asing di Afghanistan bertambah hingga sekitar 150 ribu tentara internasional, namun mereka masih menderita kekalahan besar dalam menghadapi kekuatan Taliban yang terus mengalami peningkatan (mediaumat.com, 20/9/2010)