JAKARTA – Kenaikan anggaran Detasemen Khusus 88 Antiteror bisa membuat badan tersebut semakin arogan. Yang lebih penting, menurut Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane, adalah mendorong fungsi kontrol yang lebih ketat terhadap Densus 88.
“Kenaikan anggaran dengan kondisi Densus 88 yang dinilai arogan belakangan bisa membuat mereka besar kepala dan merasa dianakemaskan. Perilaku Densus bisa makin tak terkendali, ujar Neta saat dihubungi Selasa (28/9).
Menurut dia, sebelum membicarakan kenaikan anggaran, sebaiknya dibahas dahulu fungsi pengawasan terhadap Densus 88. Neta mengiyakan bahwa kinerja Densus 88 signifikan menekan tindak terorisme. “Tapi ada juga kinerja Densus yang disesalkan masyarakat seperti main tembak mati orang-orang yang dituduh teroris,” lanjut Neta.
Ia juga menyinggung sejumlah keluhan yang dilayangkan TNI dan Kepolisian tingkat daerah atas arogansi Densus. Ini menurut dia ekses dari tak adanya kontrol atas Densus 88. “Maka dari itu, jangan dinaikkan dulu (anggarannya). Dievaluasi dulu kinerja Densus dan dibentuk lembaga kontrol untuk Densus,” tegas Neta.
Wacana peningkatan anggaran Densus ini pertama kali dilontarkan Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie. Ia berpendapat anggaran Densus 88 saat ini yang jumlahnya Rp 9 miliar masih kurang. Diusulkan dia, pemerintah menaikkan anggaran Densus 88 sampai Rp 60 miliar. (republika.co.id, 28/9/2010)