Kapolda: Separatis, Bukan Teroris

MEDAN-Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno mengeluarkan pernyataan yang berseberangan dengan Mabes Polri soal teroris di Sumut. Kapolda menegaskan, serentetan peristiwa yang menghebohkan Kota Medan dan sekitarnya, mulai perampokan Bank CIMB Niaga, hingga penyerbuan Mapolsekta Hamparan Perak, dilakukan oleh sisa separatis, bukan teroris.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara pada forum diskusi antara Kapoldasu dengan sejumlah Ormas Islam, MUI Medan dan jajaran Pemko Medan di Ruang Rapat IV, Balai Kota, Kamis (23/9).

”Dari penyelidikan yang ada sampai saat ini, kejadian yang terjadi mengarah pada orang-orang separatis,” ujar jenderal bintang dua itu kepada sejumlah wartawan.

Mengenai ciri-ciri pelaku, Kapolda enggan mengungkapkannya. ”Semuanya masih didalami, masih terus dilakukan pengejaran. Yang penting ketangkaplah. Jadi, jika nanti ada yang ketangkap lagi, bisa ditanya langsung apa motifnya. Dari situ, berarti Anda-Anda bisa menyimpulkan,” ujar Kapolda.

Dijelaskannya, sejauh ini pihak Poldasu beserta jajarannya masih melakukan pengejaran terhadap orang-orang yang terduga masuk dalam jaringan separatis tersebut.

Terkait penyerangan mapolsekta Hamparan Perak, Kapolda membantah adanya kemungkinan unsur balas dendam yang melatarbelakanginya. “Tidak. Dari penyelidikan yang ada, tidak ada unsur balas dendam,” tegas Oegroseno.
Dia juga mengatakan, telah terjadi penggiringan opini agar masyarakat percaya para pelaku adalah teroris. “Ada satu media yang terus menggiring masyarakat ke arah sana, sehingga masyarakat percaya bahwa mereka adalah teroris,” katanya.

Pada forum diskusi itu, beberapa tokoh agama yang hadir sempat melayangkan kritik kepada pihak Poldasu. Salah satunya adalah Ketua Majelais Ulama Indonesia (MUI) Medan, Mohammad Hatta yang meminta petugas tidak langsung menembak mati dalam proses penangkapan meski diduga teroris.

“Dari berita yang berkembang, orang-orang yang ditembak polisi tidak melakukan perlawanan. Nah, kenapa polisi langsung menembaknya. Apakah memang telah terbukti orang itu teroris atau sebagainya? Dan apakah pada saat itu memang orang itu melakukan perlawanan,” tanya M Hatta.

Hatta mengurai, Islam tidak identik dengan seperatis dan teroris. Islam adalah agama yang cinta akan kedamaian, yang selalu memandang perbedaan sebagai sebuah berkah. “Islam tidak pernah mentolerir pembunuhan, baik yang dilakukan terhadap polisi ataun siapapun yang masih disangka sebagai orang yang berbuat salah, kecuali ada alasan yang betul-betul tepat,” katanya.

Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Medan, Azwir mengatakan, kondisi sekarang membuat umat Islam tidak nyaman. Karena seolah umat Islam itu adalah umat yang suka dengan kekerasan.

“Kami minta, Densus 88 transparansi agar berita yang ditangkap masyarakat tidak simpang siur. Karena ketidaktransparanan yang terjadi, membuat orang-orang yang tidak senang dengan Islam akan menjustifikasi Islam adalah agama teroris. Ini harus ada tindak lanjut dari Poldasu dan khususnya Densus 88,” tegas Azwir.
Ustadz Zulfikar Hajar berpandangan, persoalan ini sebaiknya melibatkan ulama dan tokoh-tokoh lintas agama. “Ulama siap membantu aparat, untuk menciptakan kekondusifitasan di Medan dan Sumatera Utara serta Indonesia,” ungkapnya.

Menyikapi hal itu, Kapolda akan menjadikannya sebagai masukan bagi kepolisian, khususnya Poldasu. “Dengan komunikasi seperti ini, akan memberikan masukan bagi kepolisian khususnya Poldasu untuk tetap waspada,” tambahnya.

Di akhir kegiatan itu, Oegroseno meminta masyarakat membangun komunikasi, yang selama ini terputus begitu saja. “Dengan dibangunnya komunikasi dengan masyarakat desa, segala kemungkinan yang akan muncul dan terjadi bisa sesegera mungkin diantisipasi,” ulasnya.

Untuk mewujudkan komunikasi dengan masyarakat desa, Poldasu akan menurunkan petugas polisi dibantu seorang petugas TNI, untuk menjalin komunikasi sekaligus memantau kondisi.

Sebelumnya, Wali Kota Medan Rahudman Harahap yang didampingi Ketua DPRD Medan Amiruddin dan Humas Pemko Medan Hanas Hasibuan menyatakan, kegiatan itu diselenggarakan untuk memberikan pemahaman dan berita yang benar terhadap masalah yang tengah terjadi dan lagi hangat-hangatnya diperbincangkan yakni, masalah perampokan dan terorisme. “Ini demi memberi keterangan yang benar bagi masyarakat, tentang kebenaran kejadian,” ujar Rahudman.

Teroris Masih Eksis
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan menegaskan, penyerangan kelompok bersenjata api di Polsek Hamparan Perak membuktikan eksitensi teroris di Sumut.

“Mereka ingin menunjukkan kekuatannya,” katanya saat dihubungi Sumut Pos kemarin.
Ditambahkannya, dalam memburu pelaku, Densus 88/AT dari Mabes Polri tetap melibatkan Polda Sumut sebagai penunjuk peta wilayah.  “Karena mereka lebih menguasai Sumut. Setelah itu yang berwenang melakukan tindakan adalah Tim Densus 88 Anti Teror,” cetusnya.

Iskandar Hasan juga membenarkan, 3 jenazah yang ditembak mati Tim Densus 88 di tempat terpisah di wilyah Sumut, sudah dibawah ke Jakarta untuk menjalani proses identifikasi ilmiah. “Setelah identifikasi selesai, tim akan menghubungi pihak keluarga. Keluarga yang berada di Sumut harus mengurusnya ke Jakarta,” tambahnya.

Bendera Setengah Tiang
Polda Sumut beserta jajarannya menaikan bendera setengah tiang sebagai penanda masa berkabung penyerangan kelompok bersenjata api di Polsek Hamparan Perak yang menewaskan tiga personel Polisi.

“Masa berkabung sampai tanggal 24 September,” kata Kapolda Irjen Pol Oegreseno, kemarin.
Kapolda mengimbau jajarannya untuk meningkatkan keamanan mulai dari tingkat Polsek.

Tiga anggota polisi yang tewas dalam penyerangan itu adalah Aiptu Baek Sinulingga, Aipda Deto Sutejo dan Bripka Riswandi. “Teman-teman yang selamat sampai sekarang masih terpukul,” ujar AKBP Endro Kiswanto, Kapolres Labuhan Belawan.(sumutpos, 24/9/2010)

11 comments

  1. subhanallah…sampai seperti itukah kondisi perasaan sebagian ummat ini, sampai-sampai hal yang susah untuk disebut terorris pun masih tetap dikatakan terorris, ckckc,….
    Bertobatlah wahai saudara…

  2. Assalamu’alaikum.wr.wb.
    Kepada Aparat keamanan, lebih khusus Densusu 88 tolong anda-anda sebagai pemberantas Teroris bekerjalah dengan profesional dan transparan.
    Kami khawatir dengan cara kerja anda-anda selama ini selalu tidak dapat menyelesaikan masalah, yang ada hanya jatuh nya korban jiwa. Murah sekali nilai sebuah jiwa di mata anda-anda sekalian.
    Kami semamkin yakin bahwa kerja aparat kita akhir-akhir ini khususnya Densus 88 menunjukkan arah arogansi yang sangat tidak profesional.
    Sebenar nya anda-anda bekerja untuk siapa sih,..?
    Untuk keamanan Bangsa Indonesia kah, atau untuk mengikuti kemauan Tuan-Tuan anda sekalian,….
    Sadarlah….Satu demi satu para ulama kalian tangkap dan kalian kurung,….
    Satu demi satu pula ustadz-ustadz anda dor dengan peluru,…
    dan setiap ada kejahatan anda selalu menuding Islam lah Biang keladinya.,….??
    Sampai kapan kah proyek anda-anda ini selesai…….?
    Tapi ingat..!!! Islam jangan di hina, Jangan di rendahkan dan jangan di hujat…!!!
    Tunggulah..kejayaan Islam akan segera tiba untuk merubah kekejaman kalian. Wassalam.

  3. Allah swt pasti akan membalas makar orang-orang kafir terhadap kaum muslimin dan islam,ternyata di tubuh kepolisian sendiri terdapat perbedaan kesepahaman. wahai para aparat keaman janganlah kalian terbuai tipu daya mereka yang menginginkan kita terus terpecah belah dan tidak memiliki kekuatan , sudh waktunya kita menyadari bahwa hanya sistem islam yang akan menyelesaikan semua ini dan sudah saatnya kita bahu membahu membangun peradaban baru yangakan memberi keamanan bagi kita semua yaitu perdaban yang beasas islam dalam naungan khilafah islamiyah

  4. Lambang dari Densus 88 itu “Burung Hantu”. Dari lambangnya saja sudah jelas siapa dibalik mereka dan apa tujuannya.

    Memfitnah….
    Tidak peduli nyawa orang yang dijadikan tumbal. Asalkan masyarakat banyak percaya.

  5. kesimpang siuaran informasi menunjukkan ketidaksolidan polri dalam kerjanya inin menunjukkan bahwa institusi ini bekerja bukan berdasar program rancangannya tetapi dirancangkan program untuk di jalankan.dan program itu datang mendadak sesuai pesanan dan kepentingan pembuatnya ,Sadarlah wahai Polisiku Ku nanti Kiprahmu tuk bekerja demi Umat dan Kami teman Aqidahmu

  6. Kapolda sudah menjelaskan bahwa kejadian perampokan di Medan adalah dari kelompok separatis, tapi Kadiv Humas Mabes Polri tetap menyatakan dari teroris. Saya salut sama Bp Kapolda yg menyadari adanya penggiringan opini seolah-olah perampokan dilakukan oleh teroris (yg dilabelkan kepada aktivis Islam). Penembakan terhadap terduga teroris (yg belum tentu salah) ini sudah berulang kali terjadi. Jika tidak dilakukan tuntutan pertanggung jawaban kepada Densus 88 atas kesewenang-wenangannya ini maka kedepan pasti tetap akan terjadi hal yg sama, karena Densus 88 merasa bebas dari tuntutan hukum. Jika terjadi pembiaran kedholiman ini maka petinggi negara ini ikut bertanggung jawab dihadapan Allah SWT.

  7. Densus 88 semakin gila dalam tindakannya, mereka telah menganggap mudah menembak mati seorang manusia ketibang menembak seekor burung bangau di tengah sawah, sekalipun orang2 yg mereka tembaki belum tentu terlibat jaringan teroris yg telah menjadi stempel bagi umat islam.

  8. Aneh api nyata. itulah indonesia

  9. sabar lah wahai saudara q kaum muslimin yg d dzolimi………………
    Allah SWT tidak prnah tidur Allah slalu melihat prjuangan kita……..
    ALLAHU AKBAR

  10. umat ini harus memiliki kesadaran politik yang tinggi sehingga tidak mudah terkecoh isu murahan yang dikembangkan oleh para antek barat yang telah merampas kekayaan negri ini. ingatlah ” allahlah sebaik-baik perencana,……

  11. proyek pemberantasan teoris —> UUD, ujung-ujung nya duit.

    percaya gk percaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*