HTI Press. Sekitar 100 ulama dan tokoh Islam DIY pada Ahad, 3 Oktober 2010 yang lalu menghadiri Liqo Syawal DPD I HTI Prop. DIY di Aula RSKIA Sakinah Idaman, Yogyakarta. Dalam acara yang dipandu oleh Host Ust. Yusuf Mustakim dan pembicara Ust. Yasin Muthohar (DPP HTI) ini disampaikan pemaparan tentang wajibnya penerapan syariah dan penegakan khilafah. Opini syariah dan khilafah sudah tidak bisa dibendung lagi dan sudah menjadi opini di seluruh dunia.
Acara dibuka oleh pembawa acara Ust. Agus Shiddiq, diikuti dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Ust. Muhtarom Syahid. Sambutan dari HTI DIY selaku penyelenggara disampaikan oleh Ust. Hawari Ibnu Mukrom (Ketua Lajnah Gugus Tugas Ulama dan Kyai HTI DIY). Sambutan juga disampaikan oleh KRT Drs. H. Ahmad Muhsin Kamaludiningrat (Sekretaris Umum MUI Prop. DIY). Dalam sambutannya beliau menyatakan bahwa khilafah yang diperjuangkan HTI adalah sesuatu yang dekat sekali dengan sejarah Yogyakarta. Yogyakarta adalah kesultanan yang mendapatkan izin langsung dari Khalifah Utsmani. Gelar untuk penguasa Yogyakarta adalah Sultan, Syayidin Panotogomo, Senopati ing Alogo (amirul jihad). Perjuangan HTI juga selaras dengan perjuangan MUI DIY yang bermaksud menjadikan Yogyakarta sebagai “serambi Madinah”.
Ust. Yasin Muthohar menjelaskan bahwa Hizbut Tahrir di seluruh dunia senantiasa mengajak umat untuk meninggalkan sistem kufur sekulerisme kapitalisme dan menggantinya dengan syariah dan khilafah. Negeri-negeri di Eropa yang mayoritas penduduknya non muslim pun tidak luput dari dakwah Hizbut Tahrir. Bahkan sambutan masyarakat Eropa cukup gegap gempita dalam menghadiri acara-acara yang diselenggarakan Hizbut Tahrir. Belum lama ini ada peserta yang masuk Islam usai menghadiri seminar yang diselenggarakan Hizbut Tahrir.
Sayangnya sistem Islam saat ini telah direnggut paksa oleh penjajah, dan diganti dengan penerapan sistem kufur sekuler dan dipasanglah penguasa-penguasa yang menjaga sistem kufur tersebut. Penguasa pun saat ini telah hilang hatinya sehingga bermewah-mewah di tengah penderitaan rakyat, misalnya anggaran baju dinas, furniture, pagar istana, plesir ke luar negeri, dan lain-lain yang menguras uang negara bermilyar-milyar. HTI pun mengajak para tokoh untuk bersama-sama menghentikan sistem rusak dan penguasa yang tak bernurani tersebut. Hadirin setuju dengan ajakan tersebut.
Dalam sesi tanya-jawab terungkap bagaimana dukungan para tokoh kepada perjuangan Hizbut Tahrir. Bapak Drs. H. Rahmad Subarjo (guru SMK, tokoh dari Kasihan, Bantul) menyatakan bahwa ia sangat mendukung Hizbut Tahrir. Sayangnya, ada beberapa pihak lain yang sering menyalah-nyalahkan Hizbut Tahrir dengan dalih “pokoke”. Beliau pun curhat bagaimana menjadi pendukung Hizbut Tahrir juga harus mengalami beberapa tekanan di tempat beliau bekerja.
Tokoh lainnya menyatakan bahwa sudah saatnya Hizbut Tahrir meraih kekuasaan. Hizbut Tahrir harus segera ikut pemilu baik pemilu nasional ataupun pemilihan walikota dan gubernur. Dengan meraih kekuasaan maka dakwah amar ma’ruf nahi munkar akan lebih mudah dilaksanakan. Usulan ini dijawab bahwa benar kekuasaan harus segera diraih, tetapi bukan berarti mengikuti pemilu dalam sistem demokrasi sekuler. Hizbut Tahrir konsisten dalam memegang thariqah. Kekuasaan bisa diraih dengan thalabun nushroh. (FaridM – HTI DIY).