HTI Press. Hari Sabtu 9 Oktober 2010 kaum muslimin Tabalong Kalimantan Selatan memadati Gedung Djoeang Tanjung. Mereka yang berasal dari kalangan ulama, asatidz, tokoh masyarakat, pengusaha, tokoh pemuda, dan mubalighoh itu mengikuti acara Liqo’ Syawal 1431 H yang dilaksanakan oleh HTI DPD II Tabalong.
Sebelum acara dimulai, hadirin diajak menyaksikan pemutaran cuplikan-cuplikan berbagai kegiatan HTI seperti workshop ulama dan Muktamar Ulama Nasional (MUN). Dalam sambutan pembukaannya, Ketua HTI DPD II Tabalong Gusti Orrin menyampaikan latar belakang tema yang diangkat, yakni “Menjadi Khoiru Ummah dengan Menegakkan Syari’ah dan Khilafah”. Beliau menyampaikan, “Untuk menjadi khoiru ummah kita harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dan kema’rufan yang terbesar adalah dengan bertahkim kepada hukum-hukum Allah SWT. Adapun kemunkaran terbesar adalah tatkala mencampakkan hukum-hukum Allah. Maka amar ma’ruf nahi munkar harus diarahkan kepada penerapan syari’ah yang hanya bisa dilakukan melalui Khilafah.” Pada kesempatan tersebut disampaikan pula ajakan untuk mendukung dan berjuang bersama HT.
KH. Ahmad Rasyidi Amin, Ketua Umum MUI Tabalong, turut memberikan sambutan yang hangat terhadap aktivitas yang dilakukan oleh HTI Tabalong selama ini. “Kita sudah terlalu jauh menjadikan kepentingan sebagai Tuhan baru dalam kehidupan ini menyingkirkan aturan-aturan Allah SWT,” tegas beliau.
Ust. Prof. Dr. Ing. Fahmi Amhar yang menjadi penceramah pada kesempatan ini memulai penjelasan dengan ungkapan optimis penuh keyakinan, “Indonesia berpotensi untuk menjadi Negara kuat dan berdaulat.” Beliau menyajikan banyak fakta potensi kekuatan Indonesia. “Hanya saja, sangat disayangkan kita saat ini terjerat oleh berbagai aturan global dan konspirasi lembaga internasional yang kita setujui sendiri karena kebodohan kita,” tambah Ust. Fahmi. Beliau juga menegaskan bahwa kita akan sanggup menjadi umat terbaik bila setiap elemen bangsa mempunyai kesadaran dan kecerdasan politik untuk mewujudkan Negara yang berdaulat sehingga mereka mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global, menjadi yang terbaik (khoiru ummah), yang mampu mengarahkan ke yang baik dan mencegah yang munkar. Lebih lanjut Ust. Fahmi menjelaskan, “Kita harus bangkit dengan melakukan perubahan secara aktif yang diawali dengan perubahan pemikiran dan perasaan. Untuk itu, kita harus focus menekuni medan da’wah menuju khoiru ummah. Da’wah mengajarkan kepada kita untuk memiliki visi besar merahmati seluruh alam. Dan merahmati seluruh alam hanya mungkin dengan tegaknya syari’ah dalam Daulah Khilafah.”
Pada sesi testimoni dan tanggapan, Ust. H. Ahmad Surkati, SAg, MSi menyampaikan perjuangan syari’ah harus dimulai dari keluarga. Dilanjutkan oleh Ust. Drs. M. Ramlan dan Ust. H. Syarkawi yang hampir senada menyatakan bahwa solusi saat ini hanyalah dengan penerapan syari’ah dan Khilafah. Ust. Fahmi Amhar pun mengapresiasi tanggapan yang diberikan. Beliau menyampaikan bahwa perjuangan syari’ah mutlak tidak boleh melupakan keluarga, juga tidak boleh melupakan individu dan Negara.
Karena antusiasnya hadirin untuk memberikan tanggapan, moderator pun memberi beberapa kesempatan lagi. Ust. Abdul Malik dan Ust. Suparlan menyatakan dengan tegas bahwa perjuangan saat ini harus diarahkan pada upaya penerapan syari’ah dan Khilafah jika kita ingin benar-benar menjadi khoiru ummah. Dengan nada retoris Ust. Abdul Malik bertanya, “Apakah tanpa syari’ah dan Khilafah kita saat ini menjadi khoiru ummah?” Kepala Kementerian Agama Ust. Drs. H. Sabilarrusdi yang juga menghadiri acara turut memberikan tanggapan bahwa perjuangan ini juga harus menggalakkan da’wah bil hal. Menanggapi pernyataan dan pertanyaan tersebut, Ust. Fahmi menegaskan keteladanan adalah hal yang mutlak dalam da’wah. Hanya saja tidak berarti da’wah bil lisan harus ditinggalkan. “Karena da’wah itu sendiri berarti menyeru. Dan jika da’wah bil lisan ini ditinggalkan maka ke depannya ajaran Islam hanya dianggap sebagai suatu tradisi saja karena tidak pernah ada yang menjelaskan bil lisan bahwa ini adalah ajaran Islam. Tentu juga da’wah bil hal yang paling baik adalah yang dilakukan oleh pejabat atau pemerintah. Jika pemerintah membuat surat penutupan tempat maksiat maka tempat maksiat akan tutup.” Ust. Fahmi menutup uraian yang disampaikan dengan ungkapan, “Umat Islam terlalu besar untuk hanya bervisi kecil.”
Acara ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Ust. Abdul Malik.[]