Sebuah keuskupan bersejarah di Inggris terancam ditutup. Pasalnya, jemaat yang menghadiri kebaktian setiap ahad terus berkurang. Kondisi itu jauh terbalik dengan masjid-masjid di Inggris. Setiap sholat Jumat, jamaah kini selalu memenuhi masjid.
Menurut sebuah sumber, Komisi Keuskupan kini sedang menyusun proposal untuk menggabung Keuskupan Bradford di Yorkshire yang kini banyak ditinggali jemaatnya ke dalam keuskupan di wilayah tetangganya, Ripon dan Leeds.
Beberapa kalangan bahkan mendesak agar kedua kesukupan itu dimasukkan saja ke dalam keuskupan York sehingga menciptakan sebuah keuskupan super di bawah Uskup Agung York, John Sentamu, pemimpin gereja paling berpengaruh nomor dua di Inggris. Langkah itu diambil karena gereja menghadapi beberapa masalah keuangan serius tatkala aset nasionalnya senilai satu miliar pound dihapus.
Sumber internal mengungkapkan, krisis akut itu terutama terjadi karena di sejumlah wilayah telah terjadi pergeseran populasi sehingga mempercepat penurunan jemaat yang pergi ke gereja. Akibatnya, dana yang bisa dihimpun gereja pun ikut merosot.
Seseorang bahkan mengatakan bahwa di sejumlah daerah dengan konsentrasi tinggi imigran Muslim telah ikut mempengaruhi kondisi itu. Gereja pun kini berjuang untuk mempertahankan tempat berpijaknya. Statistik memperkirakan bahwa akan ada lebih bayak Muslim sholat Jumat di masjid-masjid di Inggris daripada jemaat di gereja Anglikan pada hari Minggu dalam satu dekade ini.
Data terbaru mengungkapkan, masa-masa Keuskupan Bradford yang didirikan pada 1919 dan meliputi kota di utara Yorkshire dan timur Lancashire, serta tenggara Cumbria dan Leeds ini, telah berakhir. Data tersebut mengungkapkan, kehadiran jemaat di 147 paroki yang ada di bawah keuskupan itu, terus menurun dari 13.500 jamaah pada 2000 menjadi 8.700 jamaah pada 2008.
Sebaliknya, meskipun tak ada statistik resmi untuk jamaah Muslim, survei pemerintah memperlihatkan bahwa setidaknya seperempat dari penduduk Muslim sholat Jumat di masjid-masjid. Seorang ahli statistik agama, Peter Brierley, mengatakan populasi Muslim di Bradford sekitar 80 ribu orang dan sekitar 20 ribu di antaranya biasa melakukan sholat di masjid. Angka itu, lebih dari dua kali lipat, jemaat Anglikan yang pergi ke gereja.
Canon Rod Anderson dari Gereja St Barnabas di Heaton, Bradford, mengakui pihak gereja sengaja ingin menggabungkan kedua keuskupan itu untuk berhemat. Ia mengatakan, selama 16 tahun di gerejanya, jemaat telah berkurang dari lebih 100 orang setiap Minggu, menjadi antara 40-60 orang. ”Saya melihat pergeseran demografi dengan masuknya etnis besar Asia, terhadap jumlah jemaat dan pengaruhnya bagi keuangan gereja.”
Gereja St Margaret di dekat Thornbury memiliki jemaat mingguan 20-30 orang dengan dana yang dihimpun dari jemaat setiap tahunnya stabil sebesar 20 ribu pounds. Pendeta Nicholas Clews (52) mengatakan, ”Tak ada keraguan dalam situasi seperti ini, pengurangan keuskupan merupakan cara untuk menghemat biaya.”
Sementara, 80 masjid yang berada di Bradford mampu mengelola dana jamaah lebih dari 60 ribu pound setiap tahun. Juru bicara Dewan Masjid Bradford mengatakan, ”Pada hari Jumat, masjid penuh sesak oleh jamaah. Bahkan tak jarang terlihat sekitar 2.000 orang sholat dalam sehari.
Di Keuskupan Ripon dan Leeds yang berpenduduk sekitar 810 ribu jiwa, atau 100 ribu lebih banyak dari Bradforrd, kebaktian setiap minggu kini hanya dihadiri 12.300 jemaat, atau turun dari 12.800 jemaat di tahun 2004. Sedangkan statistik mencatat, di Leeds saja ada sekitar 8.000 jamaah sholat Jumat di masjid-masjid di sana. (republika.co.id, 24/10/2010)