HTI Press. Gagasan radikal selama tidak diwujudkan dengan metode kekerasaan tidak apa-apa. Demikian salah satu pernyataan Kapolda Jatim yang baru, Irjen. Pol. Badroddin Haiti yang menggantikan kapolda sebelumnya Irjen. Pol. Pratiknyo dalam acara Tatap Muka Kapolda Jatim dengan Tokoh Agama Islam (21/10) di rumah makan Nur Pacifik Gubeng.
Acara yang dikemas santai dalam rangka sosialisasi Kapolda Jatim baru ini berlangsung sejak pukul 12.00-14.30 dengan dihadiri kurang lebih 50-an orang yang mewakili ormas-ormas Islam tingkat Jatim antara lain MUI, HTI, GP. Anshor, FPI, JAT, PWNU, Muslimat, PITI, dll. Setelah sambutan MUI, giliran Kapolda menyampaikan sambutannya bahwa sebenarnya ia bukanlah orang baru di Jatim. Terlahir di Jember dan pernah bertugas di Surabaya dan Probolinggo cukup menjadikannya mengetahui karakter masyarakat Jatim yang religius. Namun tetap saja bahwa untuk menciptakan situasai yang kondusif untuk keamanan kepolisisan tidak bisa sendiri, untuk itu ia mengajak masyarakat Jatim khususnya para ulama dan tokoh-tokoh ormas Islam untuk bersama berperan menciptakan kondisi keamanan yang selama ini sudah cukup berjalan dengan baik.
Menurut Kapolda keamanan itu merupakan hak semua orang, bukan hanya sekedar tidak adanya kasus-kasus besar terutama yang diblow up media massa, namun juga keamanan bagi PKL, keamanan di pasar tradisional dan warga di kampung-kampung dari aksi premanisme, pencurian, penjambretan merupakan hal yang harus diperhatikan. Kaplda yang pernah menjabat sebagai Kapolda Banten, Sulteng dan Sumut ini merasa perlu untuk meningkatkan komunikasinya dengan berbagai tokoh dan elemen masyarakat bahkan telah mengintruksikan agar seluruh level di polres dan polsek untuk intens berkomunikasi dengan masyarakat, lebih sering lebih baik.
Berikutnya dalam kesempatan ini Kapolda memberikan sesi dialog yang kemudian dimanfaatkan oleh para undangan antara lain dari FPI, JAT, GP Anshor, CICS, Muslimat dan HTI dengan berbagai masukan, aduan, harapan dan kritikan.
Sementara itu delegasi HTI yang hadir cukup banyak, karena memang mendapatkan undangan 2 buah mewakili DPD Jatim dan DPD Surabaya yakni antara lain Ust. Faqih Syarif, Ust. Ibnu Ali, Ust. Fikri, Ust. Abdul Hamid, Ust. Umar Syahid dan Ust. Khoiri Sulaiman. Disamping itu HTI juga memberikan secara gratis Al Islam, Al Wa’ie dan artikel tentang analisis & hukum syara tentang kemitraan strategis AS-Indonesia menjelang kedatangan Obama kepada para hadirin. Dalam sesi dialog meski semua delegasi HTI mengangkat tangan namun akhirnya yang medapatkan kesempatan adalah Ust. Fikri A. Zudiar.
Ust. Fikri menyatakan antara lain tentang penanganan terorisme yang dengan pendekatan hard power persis menjiplak gaya Amerika, serang dulu bunuh dulu meski belum dibuktikan dipengadilan. Jika terorisme meresahkan warga maka penanganan yang seperti itu pun juga meresahkan warga, lalu apa bedanya. Penanganan terorisme saat ini juga lebih bernuansa politis ketimbang aspek hukumnya. Tidak urung Kapolri sendiri mpernah enyatakan ciri-ciri teroris adalah yang ingin menegakkan syariah Islam dan Daulah Islam. Darimana definisi dan ciri yang seperti itu?
Padahal faktanya tidak semua mereka yang memperjuangkan syariah itu menggunakan kekerasan fisik bahkan sebagaimana HTI sendiri yang getol menyuarakan syariah & khilafah dengan tegas menolak cara-cara teror dan penggunaan kekerasan bersenjata terlebih dengan menimbulkan korban masyarakat. Bukankah semua yang hadir dari ormas-ormas Islam di forum ini juga pasti memperjuangkan syariah? Apakah mereka semua dicurigai sebagai teroris sebagaimana ciri tersebut? Demikian disampaikan secara retoris.
Tanggapan Kapolda cukup singkat dengan menyatakan memang tidak bisa demikian. Juga menambahkan informasi bahwa saat ini sedang digodog UU intelejen negara yang jika saat ini saja masyarakat sudah resah maka tunggu saja jika UU ini disahkan DPR maka kemungkinan akan lebih resah lagi jika tidak dikawal masyarakat atas UU tersebut. Dari forum ini banyak peserta yang menginginkan agar pertemuan serupa ke depan bisa lebih sering dilakukan secara berkala. Akhirnya sesi dialog diakhiri Kapolda dan acara ditutup dengan doa oleh kyai dari PWNU Jatim (lijtm)
BERANTAS PREMANISME YANG DICIPTAKAN LEMBAGA PEMBIAYAAN PAK KAPOLDA JATIM, RAKYATMU MENJERIT, DIINTIMIDASI DAN DITEROR SIANG DAN MALAM HANYA KARENA HUTANG…!!! STOP DAN HENTIKAN PAK PASTI RAKYATMU AKAN MENDUKUNG SEMUA PROGRAM-PROGRAM POLRI, SALAM SUPRIMASI HUKUM DAN CIPTA KEADILAN YANG BERKEPASTIAN HUKUM