Jakarta – Sejumlah anggota Komisi V DPR RI secara diam-diam pergi ke Italia. Mereka berangkat pada Selasa (26/10) malam. Apa yang dilakukan anggota DPR ini dinilai sebagai modus untuk memenuhi hasrat berplesiran dengan uang negara.
“Tujuan mereka untuk melakukan studi banding hanya sekadar memuaskan nafsu plesiran anggota DPR. Kalau punya niat baik kan nggak perlu sembunyi-sembunyi. Ini kejahatan luar biasa yang dilakukan anggota DPR,” ujar pengamat politi dari LSI, Burhanudin Muhtadi kepada detikcom, Rabu (27/10/2010) malam.
Menurut Burhan, apa yang dilakukan anggota DPR semakin menunjukkan kalau anggota parlemen tidak lagi peduli atas kritik yang disampaikan masyarakat sehingga merekan tidak layak dianggap sebagai wakil rakyat.
“Anggota DPR tanpa malu mempertotonkan kedunguan mereka karena tidak mendengar kritik publik. Menurut saya mereka tidak pantas, menyadang wakil rakyat,” kritik Burhan.
Burhan menambahkan, dengan memilih Italia sebagai tempat untuk studi banding terkait RUU Rumah Susun sangatlah janggal. Menurut Burhan, jika ingin studi banding untuk rumah susun lebih tepat ke Singapura atau Hongkong.
“Saya yakin mereka di Italia plesiran bukan membuat RUU rumah susun,” sindir Burhan.
Burhan mengatakan, selama ini belum ada transparansi mengenai hasil kunjungan anggota DPR ke luar negeri. Bahkan, kunjungan ke luar negeri tidak mampu meningkatkan kualitas kerja DPR.
“Tidak pernah ada bukti kalau mereka studi banding di luar negeri. Kalau mereka benar melakukan studi banding seharusnya produk legislasi yang ditargetkan pada 2010. Kan targetnya 70 tapi baru tercapai 8, padahal studi banding untuk mencari pembanding agar mempermudah produksi RUU menjadi undang-undang,” tutup Burhan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kunjungan anggota Komisi V ini akan berlangsung selama lima hari. Mereka yang berangkat adalah Yasti Soepredjo Mokoagow dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) dan Muhidin Mohamad Said dari Fraksi Partai Golkar, masing-masing selaku ketua delegasi.
Lalu ada empat orang dari Fraksi Partai Demokrat, tiga dari dari Fraksi Partai Golkar, dua dari FPDI-Perjuangan, dua orang dari FPPP, lalu masing-masing satu orang dari FPKS, FPKB dan F-Gerindra.
Sikap diam-diam ini bertentangan dengan instruksi pimpinan Dewan sebelumnya. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, sempat menegaskan bahwa semua kunjungan ke luar negeri harus dilakukan transparan.
Salah satu caranya adalah dengan menyampaikan ke publik maksud dan tujuan studi banding sebelum dan sesudah melakukan perjalanan. Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh anggota komisi V. (detikNews, 28/10/2010)
Tidak ada yg bisa mengubah hal ini kecuali kekuatan rakyat. Wakil rakyat mereka semua sama saja, partai Islam yg terkesan kritis dan peduli itupun tidakamelakukan penolakan untuk berangkat.
:LAYAK KAH org2 sprti ini memimpin dgn predikat WAKIL RAKYAT ?? buka mata buka hati kita wahai rakyat indonesia wabil husus umat islam yg mayoritas dinegeri ini..mrk hanya menjadikn jbtan sbg alat utk merampok uang rakyat/hidup berlimpah harta dr keringat rakyat…ingat azab ALLAH SWT kelak di akhirat..
:LAYAK KAH org2 sprti ini memimpin dgn predikat WAKIL RAKYAT ?? buka mata buka hati kita wahai rakyat indonesia wabil husus umat islam yg mayoritas dinegeri ini..mrk hanya menjadikn jbtan sbg alat utk merampok uang rakyat/hidup berlimpah harta dr keringat rakyat…ingat azab ALLAH SWT kelak di akhirat…