Profesor Robert Pape dari Universitas Chicago yang bekerja pada bagia Proyek Untuk Keamanan dan Terorisme baru-baru ini menerbitkan tulisan hasil penelitiannya yang luas yang menganalisa setiap kasus dari 2200 bom bunuh diri yang terjadi sejak tahun 1980. Penelitiannya itu dilakukan berdasarkan riset terdahulu yang dilakukannya sendiri pada bukunya terdahulu yang terbit pada tahun 2005 yang berjudul “Mati Untuk Menang”.
Penelitiannya yang baru itu menemukan bahwa:
- Bom bunuh diri meningkat secara drastis menyusul dilakukannya invasi atas Irak dan Afghanistan, dari yang awalnya berjumlah 300 kasus pada tahun 1980 hingga tahun 2003, menjadi 1800 kasus pada tahun 2004 hingga 2009.
- Lebih dari 90 % serangan bunuh diri di seluruh dunia adalah yang berkaitan dengan anti-Amerika.
- Bertentangan dengan keyakinan bahwa serangan-serangan tersebut dilakukan oleh “orang asing”, mayoritas kasus yang terjadi dilakukan oleh penduduk setempat suatu wilayah: contohnya 90% dari serangan bunuh diri di Afghanistan dilakukan oleh orang Afghan.
- Serangan bunuh diri lebih mungkin terjadi ketika”jarak sosial” antara pihak yang diduduki dan menduduki menjai lebih lebar dan bahwa agaman bukanlah faktor satu-satunya yang menentukan hal ini terjadi karena dia juga menunjuk pada kelompok-kelompok sekuler yang juga melakukan serangan-serangan bunuh diri seperti LTTE (Macan Tamil-yang bergama Hindu) melawan orang yang beragama Budha.
- Serangan bunuh diri merupakan upaya terakhir yang dilakukan manakalah semua usaha non-bunuh diri telah gagal.
Profesor Pope berargumen bahwa riset yang dilakukan oleh kelompoknya menunjukkan alasan yang mendasari Perang Melawan Teror, yakni bahwa serangan-serangan semacam ini dan juga Serangan 11/9 adalah sebuah fungsi yang dilakukan oleh kaum Muslim yang membenci nilai-nilai Barat dan oleh karenanya diperlukan Demokrasi untuk membawa stabilitas di Dunia Muslim, adalah suatu alasan yang keliru. Tulisannya menunjukkan : “(Penyebabnya) adalah pendudukan, bodoh”
Risetnya menunjukkan suatu kesimpulan pada sesuatu yang telah lama diklaim oleh banyak orang di Dunia Muslim, bahwa kejadian-kejadian sejak, dan memang sebelum 11/9 tidak bisa dipisahkan dari konteks dimana kejadian-kejadian selanjutnya terjadi.
Pengamatan yang tajam atas politik luar negeri telah lama menunjukkan bahwa Agama Islam memiliki kecendrungan akan kekerasan dan bahwa ketidak sukaan Dunia Islam dengan pengaruh Barat menyebabkan terjadinya serangan-serangan semacam itu di ibukota-ibukota negara-negara Barat untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan dan peradaban di tangan mereka, untuk tebusan ganti rugi atas saat terjadinya Inkuisisi di Spanyol pada abad ke 15 yang mengawali nasib buruk yang diderita oleh kaum Muslim.
Secara empiris, Profesor Pape merendahkan pandangannya. Penelitiannya menunjukkan bahwa ada korelasi antara pendudukan dan kekerasan pada wilayah-wilayah yang diduduki pada saat penduduk lokal berusaha mengusir kontrol luar negeri: 95% dari semua bom bunuh diri yang dianalisa adalah merupakan respon dari pendudukan yang dilakukan pihak asing.
Para penganjur dari apa apa yang dinamakan Perang Melawan Teror telah gagal untuk memberikan interpretasi atas adanya campuran retorika faktor agama, ant-pendudukan dan anti-Amerika ketika mengidentifikasi faktor-faktor yang sesungguhnya yang mendorong terjadinya tindakan-tindakan kekerasan kebencian.
Apa yang menjadi perhatian yang lebih besar lagi adalah bahwa Perang Melawan Teror telah berubah menjadi Perang Melawan Ekstrimisme pada tahun-tahun belakangan ini. Namun, front yang baru ini melestarikan alasan yang sama, bahwa Islam adalah penyebab kebencian kaum Muslim dan menolak kenyataan bahwa Barat mengerahkan pasukannya yang pada saat ini menyebar di sebagian besar Dunia Islam, dengan mendukung rezim-rezim diktator yang telah lama bercokol dan telah lama mendukung kebijakan-kebijakan yang merugikan penduduk setempat.
Hal ini kemudian dipersulit oleh sebutan yang membingungkan yang menunjuk pada keyakinan Islam yang teguh dari kaum Muslim, yang diyakini oleh meyoritas Kaum Muslim, sebagai keyakinan yang menimbulkan banyak masalah dan karenanya harus ditentang dan direformasi.
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh penelitian Pape, konteksnya adalah raja. Tanpa adanya pendudukan militer dan politik secara langsung, hubungan yang berbeda mungkin terjadi antara Barat dan Dunia Islam, dan bukan hubungan yang sekarang mengancam baik keamanan maupun kesejahteraan bangsa-bangsa kedua belah pihak.
Sumber : www.hizb.org.uk