HTI Press. HTI DPD II Cilacap didampingi DPP HTI mengadakan wufud ke para alim-ulama pada hari Ahad, 17 Oktober 2010. Wufud kali ini dijadikan sebagai sarana silaturahmi, dan saling sharing atau bertukar pikiran dengan tokoh / ulama di Cilacap. Alhamdulillah, beberapa ulama atau kyai dapat ditemui oleh pengurus HTI DPD II Cilacap bersama DPP HTI yang terdiri dari KH. Ir. Shiddiq al-Jawi, M.Si. (DPP HTI), Ust. Faruq Rasyid (Ketua HTI DPD II Cilacap), Ust. Zahid Farhan (Ketua Lajnah Fa’aliyah HTI DPD II Cilacap), Ust. Sa’id al-Khoddasy (Ketua GTU&K HTI DPD II Cilacap), Ust. Abu Inas, Ust. Haris, dan Ust. Abu Nida’.
Rombongan mengawali start perjalanannya sekitar pukul 08.30 WIB. Ulama yang pertama dikunjungi, yaitu KH. Drs. Sugeng Muallimi, pimpinan pondok al-Fiel Kesugihan, Cilacap. Kunjungan ini merupakan kunjungan yang kesekian kalinya kepada KH. Drs. Sugeng Muallimi, yang selalu menerima delegasi HTI dengan tangan terbuka. KH. Ir. Shiddiq al-Jawi, M.Si., selaku DPP HTI menyampaikan tujuan dari kunjungan ini, yakni untuk meluruskan pemahaman-pemahaman yang keliru terhadap HTI, mengingat tidak sedikitnya isu-isu miring yang baik secara langsung maupun tidak langsung mengarah kepada HTI. KH. Ir. Shiddiq al-Jawi, M.Si juga menyampaikan pentingnya komunikasi yang berkesinambungan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa menyebabkan perpecahan.
Setelah dari pondok pesantren al-Fiel, sekitar pukul 10.00-an, rombongan melanjutkan perjalanan menuju kediaman Ro’is Syuriyah PCNU Kabupaten Cilacap, yang berlokasi di Kecamatan Kroya, tidak jauh dari stasiun kereta api Kroya. Namun, di tengah perjalanan yang diselimuti suasana hujan kala itu, ternyata beliau harus keluar rumah untuk suatu keperluan. Sehingga rombongan memutuskan untuk kembali dan menuju ke kediaman KH Chasbulloh Badawi, Kyai sepuh Cilacap, selaku pesantren “induk” di Kabupaten Cilacap.
Kunjungan yang kedua ini bermaksud untuk bertemu dengan KH. Chasbullah Badawi, yang merupakan salah satu ulama yang paling dihormati di Cilacap. Kyai Chas, sapaan khas beliau, mengungkapkan bahwa imamah adalah sesuatu yang wajib, yang pasti setiap muslim berkeinginan untuk menegakkannya sama halnya dengan tegaknya al Quran dan As Sunnah di muka bumi ini. Imamah itu, menurut beliau, bukan bagian dari rukun Islam, tapi tidak bisa dipisahkan dengan dengan rukun Islam. Senada dengan KH. Ir. Shiddiq al-Jawi, M.Si., bahwa Imamah itu adalah sesuatu yang wajib, dan ini merupakan fokus dari HTI yang memang ingin mengembalikan kehidupan Islam yang telah lama hilang. Pertemuan berlangsung mulai dari pukul 10.45 – 12.10 WIB.
Kunjungan yang ketiga kepada Ust. Abdul Wahid, seorang ulama sekaligus Ketua Yayasan al-Mujahidin Cilacap, yang memiliki beberapa usaha yang sudah cukup berkembang di Cilacap. Ust. Abdul Wahid menyesalkan pemerintah sekarang, yang asyik berbuat maksiat, sedangkan ulamanya bersusah payah membina masyarakat yang diibaratkan menyapu lantai hingga bersih tapi langit-langitnya tetap kotor, maka kotoran pun akan jatuh dari atas. KH. Ir. Shiddiq al-Jawi, M.Si., lalu menguatkan dengan fakta kerusakan pemerintah yang memang sudah sangat komplek yang diakibatkan oleh diterapkannya demokrasi kapitalisme di Indonesia ini.
Kunjungan berikutnya adalah ke Pondok Pesantren Miftahul Huda Kroya, menemui pimpinan pondok pesantren, yakni KH. Su’ada, yang juga Rois Syuri’ah NU Kabupaten Cilacap. Walaupun kunjungan ke ponpes Miftahul Huda adalah kunjungan terakhir dari rangkaian wufud, namun justru di sinilah terjadi diskusi yang seru, hangat, dan sangat berkesan di antara KH. Ir. Shiddiq al-Jawi, M.Si. dengan KH. Su’ada, di antaranya seputar kewajiban mengangkat khalifah, dan khilafah “tajul furudh”.
Dari diskusi yang terjadi dengan KH. Su’ada dapat disimpulkan bahwa khalifah adalah sesuatu yang penting dari dulu hingga sekarang, yaitu khalifah yang akan memimpin kaum muslimin sedunia. Wallohu a’lam bi ash-shawab. (Humas HTI Cilacap)
Kita satu ummat yakni ummat Muhammad SAW, oleh kerenanya bagaikan satu jasad yang saling terkait. Sudah semestinya kita saling ta’aruf, tabayun-jika ada sesuatu yang mengganjal- untuk kebaikan bersama. Kikis rasa su’udzan dari diri kita. Mari ita berikhtiar menggapai ‘izzul islam wal muslimin di bumi Indonesia tercinta dengan cara kita masing-masing. HTI melalui organisasi dan kami melalui pondok pesantren.
Mari kita saling ta’aruf, kikis rasa su’u dzan dan kembangkan sikap tafahum antara umat Islam. Mari bangun Indonesia ini dengan medan juang yang mungkin berbeda. Insya Alloh jika HTI sering silaturahmi ke pon pes maka akan lebih mudah memahami mind set pesantren dan sebaliknya. (Alumni PP. Al-Ihya Uumaddin Kesugihan tahun 1992-1995)