Klaten – Sudah lebih dari sepekan, sekitar 600 warga Desa Tlogowatu, Kemalang, Katen, mengungsi secara mandiri dan mengaku tanpa ada sumbangan dari pemerintah. Mereka mengungsi ke Balaidesa Jiwan, Kecamatan Karang Nongko, karena mengkhawatirkan keselamatan jiwanya. Padahal warga Desa Jiwan sendiri sudah mengungsi karena takut letusan Merapi.
Pimpinan posko pengungsian, Wartoyo, mengatakan warga mengungsi semenjak Senin pekan lalu, karena aktivitas Merapi yang semakin hari semakin meningkat. Apalagi desa mereka hanya berjarak tak lebih dari 13 km dari puncak Merapi, sehingga sering mendengar suara gemuruh yang membuat warga, terutama perempuan dan anak-anak, selalu khawatir.
“Kami turun mengungsi secara pribadi-pribadi karena perangkat desa tidak ada yang mengurusi. Kami memutuskan untuk mengungsi ke tempat ini, karena dalam pertimbangan kami lokasi ini lebih aman dibanding posko pengungsian di Dompol dan Keputran yang saat itu disediakan pemerintah,” ujar Wartoyo, saat ditemui di Balaidesa Jiwan, Karang Nongko, Selasa (9/11/2010).
Semenjak warga mengungsi hingga saat ini, lanjut Wartoyo, belum pernah ada perhatian dari pemerintah berupa bantuan pangan, obat, maupun keperluan pengungsian lainnya yang datang kepada mereka. Kalaupun ada bantuan, semua berasal dari ormas-ormas yang peduli.
Mereka mengusahakan sendiri bantuan-bantuan itu dengan cara menghubungi kenalan. Demikian pula tenda, mereka juga mendirikan sendiri karena lokasi kantor balaidesa dan emperannya tidak muat untuk mewadahi semua pengungsi sehingga akhirnya para pengungsi mendirikan tenda sendiri.
Wartoyo mengakui, telah lebih dari delapan kali tim evakuasi dari kepolisian, TNI maupun PMI datang membujuk mereka agar bersedia turun bergabung ke posko pengungsian resmi yang didirikan pemerintah di kota kabupaten. Namun mereka menolak dievakuasi ke kota karena menyadari akan kerepotan jika setiap hari harus pulang pergi dari kota ke desanya untuk mengurus ternak.
“Yang dibujuk agar mengungsi warga Tlogowatu yang mengungsi ke desa kami, mereka tidak mau turun. Tetapi justru sebagian besar warga desa kami yang akhirnya pergi mengungsi bersama tim evakuasi, karena takut mendengar gemuruh suara dari puncak Merapi, meskipun desa kami ini jaraknya masih sekitar 23 km dari puncak,” ujar Trimiyatti, warga Desa Jiwan yang ikut mengurus pengungsi.
Dihubungi terpisah, Joko Rukminto selaku ketua posko pengungsian korban merapi dari Kesbangpolinmas Kabupaten Klaten, mengaku telah kehabisan cara untuk membujuk pengungsi dari Tlogowatu itu agar bersedia bergabung ke posko resmi agar lebih mudah dipantau dan diurusi. Namun demikian tidak mengaku tidak tahu jika warga pengungsi tidak mendapat suplai kebutuhan pokok.
“Pengadaan logistik kebutuhan pokok warga pengungsi dilaksanakan secara kewilayahan yang dikoordinasi oleh camat-camat setempat yang ditempati oleh pengungsi. Saya belum tahu kalau sampai tidak ada suplai sama sekali untuk pengungsi Tlogowatu itu, nanti akan saya cek ke Camat Karang Nongko,” ujar Joko. (detik.com, 9/11/2010)