Puluhan ribu pengungsi Merapi masih belum mendapatkan bantuan yang memadai, termasuk makanan siap saji, kata Koordinator Jaring Lingkar Merapi (Jalin Merapi), Saiful Bakhtiar.
Dia mengatakan, banyak pengungsi yang tinggal di rumah-rumah penduduk –tidak di tempat pengungsian resmi– semata bergantung pada kemurahan hati tuan rumah mereka.
Mereka itu, kata Saiful, umumnya tinggal dalam kelompok sekitar 20 atau 25 orang dan terbesar luas di sejumlah kecamatan yang berada di luar radius bahaya Merapi.
Dia mengatakan, pemerintah di keempat kabupaten di sekeliling Merapi, yaitu Kab Boyolali, Kab Sleman, Kab Klaten dan Kab Magelang, tidak siap dengan skenario terburuk dalam hal penanganan pengungsi.
Akan tetapi, Bupati Boyolali, Seno Samodro, menolak penilaian Saiful Bakhtiar meskipun dia secara eksplisit mengakui kelemahan pemerintahnya.
Seno mengakui beratnya pekerjaan untuk menyediakan makan bagi puluhan ribu pengungsi setiap hari. “Saya akui, menyediakan makanan untuk 52.000 pengungsi dalam waktu mendadak, itu sangat kerepotan,” kata Seno.
Terpaku anggaran
Salah satu kritik dari Jalin Merapi adalah sikap pemerintah kabupaten yang terlalu berpegang pada APBD mereka ketika mau memberikan bantuan.
“Apa pun sumber yang dimiliki pemerintah daerah harunya digunakan dulu. Kenapa harus ada preses berdiskusi dulu, berlama-lama di meja untuk kemudian mengatakan kami tak punya anggaran untuk ini, tak punya anggaran untuk itu, dsb.”
Dikatakan oleh Saiful, setiap pagi sekarang ini para pengungsi tidak mendapatkan layanan yang memadai.
“Sekitar 52 ribuan warga akan terus-menerus dalam kondisi seperti ini,” katanya.
Yang membuat kondisi kurang rapi itu adalah kenyataan bahwa pengungsi itu tinggal secara bertebaran, belum terpusat.
Apa pun sumber yang dimiliki pemerintah daerah harunya digunakan dulu. Kenapa harus ada preses berdiskusi dulu, berlama-lama di meja untuk kemudian mengatakan kami tak punya anggaran untuk ini
– Saiful Bakhtiar –
Saiful melihat, pelayanan untuk makanan saja belum bagus. “Belum lagi pelayanan untuk para balita, ibu-ibu yang hamil, dan orang-orang usia tua yang masih belum dilakukan dengan sebaik-baiknya,” ujar Saiful.
Berusaha maksimal
Boyolali adalah salah satu kabupaten yang dinilai terparah dalam menangani pengungsi.Mereka tidak berada di pusat-pusat pengungsian sementara, tetapi menyebar ke rumah-rumah warga, seperti di Kecamatan Mojosongo dan Kecamatan Ampel.
Menurut Seno, mereka yang pergi ke Mojosongo dan Ampel itu disebabkan dua alasan. Pertama, mereka mengungsi dengan membawa sapi sehingga tidak bisa ditampung di tempat-tempat pengungsia sementara (TPS). Kedua, karena mereka ingin berada di rumah saudara mereka sendiri. “Jadi, kalau sapi-sapi itu dibawa ke kota, kan tidak mungkin karena di kota tidak ada kandang,” kata Seno.
Mereka ini kemudian tidak terdata oleh petugas sehingga tidak mendapatkan bantuan, kata Saiful Bakhtiar.Bupati Boyolali mengeluhkan biaya untuk makan puluhan ribu pengungsi Merapi. Dia mengatakan, setiap hari dikeluarkan Rp 200 juta untuk menyediakan makan bagi mereka. (bbc, 8/11/2010)
Innalillahi………..
turut berduka cita atas kejadian bencana gunung merapi di Jogja dan Jateng….
Ya ALLAH berikan lah ketabahan dan kekuatan dalam menjalani smua cobaan ini……
Kepada pemerintah daerah dan pusat harus cepat dan tanggap untuk memberikan bantuan yang tepat……….