Catatan Relawan HTI Mentawai

HTI Press. Perjalanan menjadi Relawan HTI ke Mentawai punya cerita tersendiri. Mentawai yang terletak di sebelah Barat Kota Padang ditempuh dengan perjalanan 10-12 jam tergantung dengan situasi gelombang laut.

Relawan HTI tiba di Sikakap tanggal 30 Oktober 2010 pukul 10.30 WIB dan langsung melapor ke Satkorlak. Alhamdulillah selama perjalanan sampai mendapatkan posko di Sikakap diberi kemudahan. Kita dibantu oleh tokoh masyarakat dan pengurus masjid Al Raya Furqan Sikakap untuk mendapatkan tempat tinggal sebagai posko di Sikakap.

Setelah sampai di Mentawai ternyata situasi dan kondisi di sana tidak seperti yang direncanakan. Semua Relawan menumpuk di Sikakap, sebuah desa kecil di Pagai Utara. Sikakap adalah tempat posko utama dan pusat informasi bagi setiap relawan. Penyebabnya adalah jalur transportasi terhalang oleh tinggi gelombang laut dan cuaca yang buruk, sedangkan jalur komunikasi kurang mendukung menambah rumit suasana. Sedangkan di satu sisi masyarakat yang terkena musibah berhari-hari menunggu bantuan, mayat-mayat masih banyak bergelimpangan. Hal ini terus berlarut sampai hari ke-5 pasca bencana.

Keesokan harinya kita melakukan survei melalui jalur darat untuk masuk ke Pasapuat. Ternyata kita mengalami kegagalan karena cuaca dan kondisi jalan yang begitu berat. Akhirnya kita kembali ke Posko di Sikakap untuk menyusun agenda-agenda kegiatan Posko. Karena keterbatasan dana dan transportasi kita berupaya melakukan mediasi dan bekerjasama dengan ormas-ormas Islam yang ada di Sikakap seperti; MMI, Jamaah Tabligh, SAR Hidayatullah, DDII, Tim Relawan Malaysia, untuk bersinergi dan berbagi tugas di lapangan untuk menyewa transportasi laut secara bersama dan bersinergi untuk menyalurkan bantuan yang ada ke berbagai pihak yang membutuhkan.

Kondisi jalur darat menuju Pasapuat

Kondisi jalur darat menuju Pasapuat

Perjalanan melalui jalur darat melewati muara sungai

Perjalanan melalui jalur darat melewati muara sungai

Rumah yang rusak akibat Tsunami di Pasapuat

Rumah yang rusak akibat Tsunami di Pasapuat

Relawan HTI di Pasapuat

Setelah kita memetakan situasi dan kondisi berdasarkan data-data yang terkumpul, dengan berbagai pertimbangan akhirnya tim Relawan HTI membuka posko cabang di Pasapuat. Selama bekerja di Pasapuat para Relawan langsung berbaur dengan masyarakat Pasapuat. Relawan tidur, makan, bercengkrama, membantu pekerjaan hari-harian mereka, mengadakan tausyiah, menghibur anak-anak serta mendata kebutuhan-kebutuhan mereka yang sangat mendesak. Disamping itu relawan HTI juga menyalurkan bantuan logistik berupa selimut, mukena, tikar, kelambu, dan sembako.

Melalui koordinasi dengan pengurus masjid dan tokoh masyarakat Pasapuat, Tim Relawan mengadakan Mental Recovery di SD N 11 Saumanganyak dan di Masjid Mujahidin Pasapuat. Satu hal yang menarik ketika Tim Relawan HTI mengadakan mental recovery di Masjid Mujahidin ternyata tidak hanya dihadiri dari kalangan muslim saja tetapi juga ada dari non-muslim yang mendengarkan tausyiah dari luar Masjid. Ternyata program mental recovery yang dilakukan oleh Relawan HTI disambut positif oleh Bapak Khairudin Nasution selaku tokoh masyarakat dan pengurus ranting Muhammadiyah Pasapuat. Beliau memberikan apresiasi agar HTI kedepannya bias melakukan pembinaan yang intensif terhadap warga Pasapuat karena dinilai selama ini program dan agenda-agenda dakwah tidak berjalan normal di Pasapuat. Beliau juga menjanjikan jika sekiranya Relawan HTI bersedia tinggal di Pasapuat maka beliau menyanggupi untuk menyediakan tempat tinggal.

Menurut penuturan masyarakat, dalam penanganan musibah di Pasapuat pemerintah terkesan lalai dan lambat dalam menangani bencana. Tidak ada solusi alternative yang jitu bagaimana para korban cepat tertolong. Berdasarkan pengakuan masyarakat setempat yang terkena bencana di Pasapuat, Bapak Suherman beliau mengatakan,” Sehari sebelum ada relawan yang masuk ke daerah kami, kami tinggal di pondok dan makan dengan ubi dan pisang yang ada di kebun. Pakaian dan selimut serba terbatas. Pemerintah terkesan tidak peduli dengan kita. Bahkan yang menyedihkan lagi pemerintah mengatakan bahwa bencana masih bisa diatasi tanpa perlu campur tangan bantuan dari luar, terkesan pemerintah di sini ingin membunuh kita” ujarnya.

Sungguh suasana di Pasapuat sangat mengharukan Relawan HTI. Masyarakat yang sedang dilanda musibah itu memiliki perhatian yang khusus terhadap Relawan HTI. Mereka mengantarkan pisang, nangka, dan ikan hasil tangkapan di pantai kepada relawan HTI. Mereka juga mengajak para Relawan HTI untuk makan bersama ke rumah mereka. Setiap harinya posko HTI di Pasapuat selalu dikunjungi oleh warga baik Bapak-Bapak, Pemuda, hingga anak-anak. Tidak hanya dari kalangan muslim, warga nonmuslim juga mampir ke Posko HTI. Mereka juga mengeluhkan tentang lambannya pemerintah dalam menangani musibah. Mereka berharap kepada HTI turut serta juga menyalurkan ke kampung mereka di Pasapuat  Kecil.

Ketika Relawan HTI berpamitan dengan warga Pasapuat untuk kembali ke Padang, ada sebagian warga yang menangis dan anak-anak pun sedih melepas kepulangan Relawan HTI. Kita berjanji kepada masyarakat bahwa Insya Allah kita akan kembali lagi untuk mendampingi mereka untuk pembinaan agama. Akhirnya masyarakat Pasapuat pun gembira mendengarrnya.

Relawan HTI bersama warga di pengungsian di Pasapuat

Relawan HTI bersama warga di pengungsian di Pasapuat

Tokoh Masyarakat Pasapuat menjamu Relawan HTI

Tokoh Masyarakat Pasapuat menjamu Relawan HTI

Tokoh Masyarakat Pasapuat menjamu Relawan HTI

Tokoh Masyarakat Pasapuat menjamu Relawan HTI

Relawan Bersama Warga Pasapuat sesudah acara Tausyiah

Relawan Bersama Warga Pasapuat sesudah acara Tausyiah

Warga Muslim Mentawai butuh perhatian khusus

Ada hal yang menjadi catatan kita bahwa kondisi umat islam di Mentawai selama ini kurang mendapatkan pelayanan yang serius dari Pemda setempat terlebih dalam suasana bencana saat sekarang ditambah sulitnya akses transportasi dan komunikasi semaikin membuat mereka terkungkung dalam keadaan serba tidak mengenakkan. Menurut Ustad Muslim, salah seorang mubaligh di Sikakap, “Kondisi kita di sini sangat tragis, Komunikasi susah, transportasi biayanya mahal dikarenakan medan berat, birokrasi sulit, semua penuh dengan ketidakpastian dan ketidakadilan. Contohnya saja, ketika kita mengajukan proppsal untuk pembangunan masjid, dua sampai tiga tahun baru cair dananya dan itupun sangat kecil jika dibandingkan dengan pembangunan gereja. Makanya tidak aneh di sini kita menemukan gereja yang begitu banyak dan megah jika dibandingkan dengan kondisi musola dan masjid yang memprihatinkan karena semua tingkat birokrasi mereka yang menguasai(nonmuslim). Oleh sebab itu dakwah di sini sangat sulit berkembang karena keterbatasan tadi,” ujar ustad Muslim dengan penuh kecewa.

“Kita di sini berharap banyak kepada saudara-saudara kita di mana pun dia berada untuk mau mengulurkan bantuan baik dan untuk transportasi maupun pengiriman Da’i beserta biaya hidupnya agar mereka kondusif berdakwah di sini. Dengan harapan nantinya Da’i-Da’i yang tersebar bisa melakukan pembinaan secara intensif agar pemahaman masyarakat terhadap Islam bagus, kata ustad Muslim. Beliau juga berharap mudah-mudahan bencana ini membawa berkah, setelah ini akan ada para donator meyalurkan bantuan untuk pengembangan dakwah.

Kondisi Masjid di daerah Transmigrasi di Muara Taikako

Kondisi Masjid di daerah Transmigrasi di Muara Taikako

Warga Muara Taikako mendengarkan tausyiah di Mushola yang belum siap

Warga Muara Taikako mendengarkan tausyiah di Mushola yang belum siap

Gereja di Sikakap

Gereja di Sikakap

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*