Raksasa farmasi Amerika Serikat, Pfizer, menyewa penyelidik untuk menemukan bukti-bukti soal korupsi yang mungkin telah ”mengotori” seorang jaksa Nigeria. Hal itu amat perlu untuk membuatnya membatalkan gugatan hukum terhadap Pfizer.
Demikian salah satu kawat diplomat AS yang dibocorkan WikiLeaks dan diberitakan di harian Inggris, The Guardian, Senin (13/12).
Pfizer dituduh oleh Pemerintah Nigeria dan otoritas federal. Pasalnya, anak-anak Nigeria telah mengonsumsi Trovan, obat antibiotik baru yang ternyata membahayakan. Pemberian antibiotik itu dilakukan di tengah epidemi meningitis dalam skala besar di Kano, Nigeria utara, pada tahun 1996.
Tahun lalu, Pfizer berhasil menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Negara Bagian Kano dengan membayar kompensasi sebesar 75 juta dollar AS.
Akan tetapi, bocoran pada WikiLeaks tersebut mengungkapkan, Pfizer sebenarnya enggan membayar kompensasi untuk dua kasus, kasus sipil dan kasus kriminal yang diajukan oleh Pemerintah Federal Nigeria.
Kawat tersebut juga melaporkan ada pertemuan antara Country Manager Pfizer Enrico Liggeri dan pejabat AS di Kedutaan Besar AS di Abuja, 9 April 2009.
Kawat tersebut menuliskan, menurut Liggeri, Pfizer telah menyewa penyelidik untuk mengungkapkan korupsi yang mungkin melibatkan Jaksa Agung Michael Aondoakaa. Penyelidikan tersebut akan digunakan sebagai senjata untuk menghantam balik Jaksa Agung dan menekannya agar membatalkan tuduhan terhadap Pfizer.
Liggeri mengatakan, hasil penyelidikan terhadap Jaksa Agung akan diberikan kepada media setempat. Kawat yang diklasifikasikan sebagai konfidensial oleh konselor ekonomi Robert Tansey juga mengungkapkan, ”Serangkaian artikel yang mengungkapkan kasus korupsi Aondoakaa banyak dipublikasikan sekitar Februari dan Maret.”
Liggeri juga mengatakan, Pfizer memiliki banyak informasi lain yang lebih memberatkan Jaksa Agung. Selain itu, kroni Aondoakaa juga berada dalam tekanan untuk membujuknya tidak menuntut soal pemuatan artikel negatif tersebut.
Dibantah
Aondoakaa mengungkapkan keterkejutan atas klaim di kawat AS tersebut ketika diwawancarai oleh Guardian. ”Saya sangat terkejut melihat diri saya sebagai subyek, itu sangat mengejutkan bagi saya. Saya tidak sadar kalau Pfizer berupaya mengorek tentang masa lalu saya, Anda harus bersimpati terhadap saya. Jika hal itu benar, saya akan mengambil langkah hukum,” katanya.
Pada pernyataannya kepada Guardian, Pfizer mengatakan, ”Kasus Trovan telah diselesaikan pada tahun 2009 dengan perjanjian kedua di antara kedua belah pihak. Pfizer menegosiasikan penyelesaian kasus tersebut dengan pemerintah federal Nigeria dengan niat baik.”
Pfizer juga menambahkan bahwa dokumen yang dibocorkan WikiLeaks tersebut sepenuhnya tidak benar. (kompas, 14/12/2010)