Pemerintah Indonesia optimistis referendum Sudan Selatan yang sedang berlangsung hingga akhir pekan ini akan tetap kondusif.
“Situasi dan kondisi terselenggaranya referendum Sudan Selatan ini akan kondusif hingga akhir. Kita optimis atas situasi ini,” kata Duta Besar RI untuk Sudan, Dr. Sujatmiko dalam perbincangan dengan ANTARA di Juba, Senin (10/1) malam.
Dubes Sujatmiko mewakili Pemerintah Indonesia memimpin tim pengamat Indonesia untuk referendum Sudan Selatan yang berlangsung 9-15 Januari 2011.
Dubes Sujatmiki bersama timnya tampak aktif berkeliling ke sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di seputar Juba, ibu kota Sudan Selatan untuk memnatu situasi dan jalannya referendum.
Menurut Sujatmiko, suasana kondusif itu terlihat dari antusiasnya tutaan warga Sudan Selatan emilik suara menggunakan hak pilihnya dengan tertib dan aman.
Disebutkan, Indonesia akan mendukung apa pun hasil referendum tersebut dan akan tetap menjalin hubungan baik dengan Sudan.
Sujatmiko menambahkan bahwa hubungan RI dengan Sudan memiliki nilai historis yang panjang, bahkan jauh sebelum kedua negara meraih kemerdekaan.
“Nilai historis tersebut tidak akan memiliki arti apapun apabila kedua negara tidak berusaha keras untuk mengisinya dengan berbagai bidang kerja sama yang saling menguntungkan”, ujarnya.
Eratnya hubungan bilateral kedua negara ditandai dengan beragam kerja sama terutama di bidang ekonomi.
“Kerja sama di bidang ekonomi, nilai perdagangan RI-Sudan cukup menggebirakan,” katanya.
Ia mencohtohkan, nilai ekspor RI ke Sudan pada 2009 sekitar 65 juta dolar AS, sementara impor RI dari Sudan sebesar 670 juta.
“Impor Indonesia dari Sudan didominasi oleh minyak yang sebagian besar dihasilkan dari ladang minyak di Sudan Selatan,? kata Sujatmiko.
Dubes mengandaikan, bila hasil referendum nanti akan mengarah ke lahirnya Sudan Selatan sebagai negara baru, maka Indonesia akan terus menggalakkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan dengan kedua Sudan.
“Seperti dengan Sudan Utara, hubungan yang sama tentu juga akan dilakukan dengan Sudan Selatan, bukan hanya karena negara baru ini merupakan salah satu sumber impor minyak RI, tetapi juga karena memiliki potensi alam berlimpah yang dapat dimanfaatkan,? ujarnya.
Dubes Sujatmiko berharap stabilitas dan perdamaian yang hakiki dapat segera terwujud dan langgeng di seluruh Sudan.
“Perdamaian di seantero Sudan dapat menopang terwujudnya kesejahteraan rakyat,” paparnya.
Dubes Sujatmiko juga optimistis bahwa perdamaian Sudan akan mendorong negara-negara barat, khususnya AS untuk segera menormalisasi hubungan baik dengan Sudan, mencabut sanksi ekonominya dan mengeluarkan Sudan dari daftar negara sponsor teroris. (antaranews.com, 11/1/2011)
Komentar : Referendum Sudan Selatan adalah proyek penjajahan Barat terutama Amerika untuk memecahbelah negeri Islam termasuk Sudan. Tujuannya tidak lain untuk menguasai kekayaan alam Sudan Selatan dan melemahkan persatuan dunia Islam . Sikap Indonesia yang mendukung referandum berarti melegalkan disintegrasi negeri Islam atas nama hak menentukan nasib sendiri. Hal yang sama sangat mungkin dilakukan Amerika terhadap Papua. Tampak jelas pemerintah Indonesia tidak lain merupakan kaki tangan politik luar negeri Amerika Serikat secara globa.
dasar mental kacung tidak punya harga diri meskipun indo pernah lepas timor timur dari kita degan reperendum masih bersikap mendukung!!!dan mungkin juga yang akan datng akan melepaskan papua,ambon aceh dll.ini bukti dosa kaum danrezim skler!!!