Dengan Kepergian Ben Ali, Apa Yang Terjadi Kemudian dengan Tunisia?

Hari ini, telah empat minggu situasi politik gaya lama di Tunisia memanas dan laporan terbaru mengatakan bahwa Presiden Zine al-Abidine Ben Ali kini telah meninggalkan negara itu menyusul demonstrasi besar di jalan-jalan menuntut pengunduran dirinya. Perdana Menteri Mohammed Ghannouchi tampil di TV dan mengumumkan bahwa ia akan menjalankan pemerintahan. Ada beberapa laporan bahwa lima orang telah tewas dalam beberapa jam terakhir.

Demonstrasi yang dimulai pada pertengahan Desember 2010 ini mempermasalahkan korupsi, inflasi dan pengangguran dan sejak itu seratus orang telah tewas oleh pasukan keamanan.

Pemerintahan Ben Ali, yang awalnya bereaksi dengan menentang demonstrasi semacam itu, terhentak oleh tingginya skala penentangan publik. Ben Ali, seorang diktator tulen, tidak mengizinkan adanya oposisi di dalam negeri.

Amerika Serikat dan Perancis, dua negara yang bersekutu secara prinsip berdiri mendukung Ben Ali melalui semua tindakan represi yang dilakukanya, pelarangan atas jilbab dan serangan terhadap segala perwujuan lain Islam, yang sejauh ini diam atas tindakannya. Memang, pernyatan dari Perancis bernada dukungan atas Ben Ali.

Media-media Barat, yang biasanya melaporkan pemberontakan-pemberontakan populer – seperti yang terjadi di Iran dan Burma – dengan gegap gempita, anehnya pada saat ini menjadi kurang bergairah. Mereka tampaknya tidak yakin apakah pemberontakan ini baik atau buruk seandainya pemerintahan represif yang merupakan sekutu Barat yang sekular itu jatuh!

Akibat-akibat sepeninggal Ben Ali sangat penting atas seluruh Dunia Arab. Sebagaimana yang ditulis oleh seorang komentator di Surat Kabar the Washington Post, yakni ancaman terbesar Amerika di Timur Tengah bukanlah peperangan, melainkan adalah revolusi. Kemarahan publik atas korupsi, pengangguran dan kediktatoran terjadi di Mesir, Aljazair, dan banyak negara di wilayah itu.

Harus diingat bahwa apa yang telah kita lihat sejauh ini adalah sebuah pengulangan tentang bagaimana Ben Ali mulai berkuasa 23 tahun yang lalu pada tahun 1987. Kemudian, presiden Habib Bourgiba, presiden yang juga tidak populer yang telah memerintah selama lebih dari 30 tahun dipaksa untuk meninggalkan jabatannya, dan digantikan oleh salah satu lingkaran orang dalam – Zine al-Abidine Ben Ali. Demikian pula hari ini, Perdana Menteri Ghannouchi, berasal dari lingkaran orang dalam Ben Ali, yang menggantikan Ben Ali.
Rakyat tidak dapat puas bahwa rekan dekat Ben Ali mengambil alih kekuasaan dan melanjutkan kebijakan ekonomi dan kebijakan-kebijakan lainnya dari Ben Ali sementara yang lainnya  bermain-main dengan kekuasaan tanpa ada perubahan yang nyata.

Selain perubahan pada wajah, dunia Muslim membutuhkan perubahan dari demokrasi kediktatoran yang saat ini berjalan, dan sistem lainnya kepada sistem Khilafah Islam. Alternatif yang nyata atas status quo, di seluruh dunia Islam adalah sistem Khilafah Islam – yang akan memenuhi kebutuhan rakyat, bertanggung jawab, tidak bergantung pada Barat dan akan memulihkan stabilitas dan kemakmuran di wilayah tersebut.

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”. [Yusuf, 12:21]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*