Pada suatu hari musim panas tahun lalu, Stefani Perada, gadis keturunan Latin (hispanik), tampil beda. Tak seperti teman-temannya yang memakai baju potongan pendek demi menghindari hawa panas, perempuan pekerja di West New York, NJ, ini justru mengenakan baju panjang, plus penutup kepala. Ya, dia memutuskan berjilbab setelah bersyahadat beberapa waktu sebelumnya.
Perada, 19, yang masuk Islam lebih dari setahun yang lalu, masih berusaha untuk menyesuaikan diri kepada kebiasaan tertentu. Berjilbab di musim panas, bukan tanpa tantangan baginya.
“Saya masih mempertimbangkan bagaimana teman dan keluarga akan melihat saya,” katanya. “Mereka melihat kita seperti,” Mengapa dia mengenakan itu, bukankah begitu panas’.”
Tapi, katanya, ia beranikan diri untuk berubah. “Saya melakukan ini untuk Tuhan, dan suatu hari saya akan diberi imbalan atas apa yang saya lakukan.”
Ada keuntungan langsung mengenakan jilbab, katanya. “Tidak dilecehkan oleh laki-laki sebanyak ketika sebelum berjilbab saat berjalan di jalan.”
Perada tidak sendirian sebagai perempuan Hispanik yang menjadi mualaf. Jumlahnya kini cukup banyak, namun tak ada angka resmi yang menyebutkan. Pasalnya, Biro Sensus Amerika Serikat tidak mengumpulkan informasi tentang agama.
Namun, menurut perkiraan yang dilakukan oleh organisasi Islam nasional seperti Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) dan Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) kini ada sekitar 40 ribu Latino Muslim di Amerika Serikat.
Demikian juga, sulit untuk mengetahui berapa jumlah pria dan wanita Latin yang kini menjadi mualaf. Tapi, menurut survei yang dilakukan oleh Latino American Dawah Organization (LADO), yang misinya adalah untuk mempromosikan Islam dalam komunitas Latin di Amerika Serikat, jumlah Latino yang memeluk Islam sedikit lebih banyak kaum perempuan dibanding laki-laki, dengan persentase 60:40.
Juan Galvan, kepala LADO di Texas dan salah satu penulis laporan “Muslim Latino: The Mengubah Wajah Islam di Amerika,” menjelaskan bahwa angka-angka itu tidak ilmiah, namun berdasarkan hasil survei sukarela yang telah dilakukan di situs LADO sejak tahun 2001.
“Dari pengamatan dan pengalaman angka-angka tersebut benar,” kata Galvan. “Dari pengalaman pribadi saya, ada pasti lebih Latina Muslim daripada pria Latino.”
Di banyak masjid di AS, etnis Latin mendominasi. Di Islamic Education Center of North Hudson misalnya, dari 300 orang yang beryshadat menjadi Muslim tahun lalu, 80 persennya adalah etnis Latin.
Secara keseluruhan, kata Peter AWN, seorang profesor studi Islam di Universitas Columbia, tidak ada keraguan bahwa jumlah mualaf Latin sedang berkembang.
Louis Cristillo, seorang antropolog yang berfokus pada pendidikan Islam di Columbia University, menunjukkan ada beberapa indikator yang mencerminkan tren pertumbuhan Latin memeluk Islam.
Sebagai contoh, ada sejumlah organisasi regional dan nasional yang melayani Latino Muslim, dan bahkan ada kelompok-kelompok pendukung yang dapat ditemukan di dunia maya khusus untuk Latino yang ingin bertobat. Ia menyebut satu contohnya, yaitu www.hispanicmuslims.com dan latinodawah. org.
Bahkan, akhir pekan lalu, Latino Muslim di negara ini merayakan tahunan ketiga Hispanic Muslim Day dengan kegiatan yang berbeda sepanjang hari. (republika.co.id, 9/2/2011)