Rupanya sudah ada langkah untuk mengerti sekalipun belum sempurna. Pemimpin Libya Muammar Gaddafi, pada hari Ahad (14/2) saat memperingati Maulid Nabi Saw mengatakan “bahwa para pengungsi Palestina harus mengambil pelajaran dari dari pemberontakan rakyat di Timur Tengah dengan berkumpul secara damai di perbatasan “Israel” sampai Israel menyerah terhadap tuntutannya.”
Gaddafi tampaknya menyadari bahwa rakyat sedang bergerak menuju perubahan. Dan rakyat sudah tidak tahan lagi untuk diam dan tunduk pada para penguasa tiran. Dalam hal ini, Gaddafi mulai merasakan bahwa perannya hampir berakhir, dan akan menyusul temannya Ben Ali dan Mubarak.
Tampaknya Gaddafi belum sepenuhnya mengerti dengan kondisi yang terjadi. Gaddafi belum menyadari bahwa kesadaran umat tidak lagi seperti masa lalu. Umat saat ini tidak lagi tertipu oleh trik-trik penguasa dan penyesatannya terhadap mereka.
Gaddafi ingin memalingkan pandangan kaum Muslim dari menjatuhkan para penguasa diktator dan tiran-yang menempel di dada umat, yaitu para penguasa yang menjadi sumber penyakit, yang mendatangkan kehinaan, yang menyebabkan hilangnya berbagai potensi kaum Muslim dan negerinya, serta yang memperkokoh hegemoni penjajah di negeri-negeri kaum Muslim-menjadi berpikir tentang musuh eksternal seperti Amerika, Eropa dan Yahudi, yang tidak mungkin dilakukan kaum Muslim tanpa tentara mereka dan kekuatan-kekuatan negara mereka yang besar yang selama ini digunakan oleh para penguasa untuk melayani Barat, bukan untuk menyelamatkan umat dari musuh-musuhnya. Oleh karena itu, ia menyerukan negara-negara Islam untuk menggabungkan kekuatannya dalam rangka menghadapi kekuatan Barat. Ia berkata “bahwa dunia telah dibagi menjadi dua yaitu putih, yakni Amerika Serikat, Eropa dan sekutu-sekutunya, dan hijau, yakni dunia Islam.” Ia menambahkan bahwa warna putih memutuskan untuk menyingkirkan warna hijau. Sehingga negara-negara ini (dunia Islam) harus bersatu melawan warna putih. Sebab semua negara-negara putih, katanya adalah musuh Islam.”
Setelah Gaddafi menyadari bahwa kekuasaannya sudah di ujung tanduk kejatuhannya, ia mencoba untuk menyesatkan kaum Muslim umat Islam dengan mengarahkan mereka untuk pergi tanpa senjata menuju “Israel” dengan cara seperti yang ia ocehkan yaitu “berkumpul secara damai di perbatasan “Israel”.”
Namun apa yang dilakukan Gaddafi, yang mencoba untuk menghiasi kulitnya yang jelek, maka ia tidak akan mampu mengubah realitas pemakaman yang hitam. Karena itu ia berkata dalam pidatonya, “Ada kebutuhan untuk menciptakan masalah bagi dunia, dan ini bukan seruan untuk perang, tetapi seruan untuk perdamaian.”
Ternyata ia masih berpegang teguh dengan seruan damai yang menghinakan, karena itulah yang menyenangkan tuannya di Barat, yang dikatakan sebagai musuh umat, namun semua potensi negeri, seperti minyak, gas dan tambang diberikan pada mereka.
Hanya saja, apa yang dilakukan Gaddafi dan para penguasa untuk mengembalikan umat ke belakang telah terlambat, karena roda tidak bergerak ke belakang. Apa yang dilakukannya ini tidak lain hanya akan berpengaruh sesaat. Yang jelas waktu bagi para penguasa diktator telah berakhir, dan akan lahir kembali masa Khilafah Rasyidah Ala Minhajin Nubuwah (pal-tahrir.info, 14/2/2011).
Naudzubillah…ternyata Fir’aun abad 21 bernama mubarak…itulah salah satu pemimpin dholim di era sekarang…