Pemberitaan Bentrok Cikeusik Dinilai tidak Berimbang

Tokoh masyarakat Pandeglang Khozin Dimyati menilai, pemberitaan seputar bentrokan antara jamaah Ahmadiyah dan warga di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, tidak berimbang.

“Pemberitaan baik yang ditayangkan media elektronik maupun surat kabar, tidak berimbang, karena lebih menyudutkan warga,” kata Khozin yang juga Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pandeglang itu di Pandeglang, Selasa (15/2).

Warga, kata dia, seolah telah melakukan kekerasan dan pelanggaran hak azasi manusia (HAM) karena melakukan penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah.

Padahal, kata dia, kejadiannya tidak seperti itu. Bentrokan tersebut terjadi karena ada provokasi dari anggota Ahmadiyah, yang seolah-olah menantang masyarakat.

Ia juga menjelaskan, warga sebenarnya hanya ingin melakukan pendekatan kepada Suparman atau Parman, pimpinan Jemaat Ahmadiyah Cikeusik agar mematuhi surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri, yang di antaranya menyebutkan Ahmadiyah dilarang melakukan aktivitas.

Ketika Parman diamankan Polres Pandeglang, warga sebenarnya sudah tenang. Namun tiba-tiba ada rombongan Jemaat Ahmadiyah dari luar kota dan tinggal di rumah Parman.

Jemaat Ahmadiyah dari luar kota itu pun, ujar dia, sebenarnya sudah diminta aparat Kepolisian agar menyingkir dari rumah itu, karena khawatir menimbulkan kesalahpamahan pada masyarakat setempat.

“Namun, mereka bukannya menuruti imbauan polisi, malah menantang, dan telah mempersiapkan senjata seperti tombak, batu, dan ketapel. Kepada aparat keamanan mereka juga mengatakan, ‘kalau polisi tidak bisa mengamankan, kami akan bertahan sampai titik darah penghabisan’,” katanya menirukan ucapan anggota Ahmadiyah dari luar kota itu.

Karena itu, ia berharap semua pihak bisa melihat bentrokan Cikeusik tersebut dari latar belakang kejadian, jangan hanya dari sisi korban dan penyerangannya saja.

“Saya yakin kalau Jemaat Ahmadiyah tidak memprovokasi dan menantang, bentrokan tersebut tidak akan terjadi, apalagi jika mereka mau menuruti saran dari aparat Kepolisian,” katanya. (mediaindonesia.com, 16/2/2011)

One comment

  1. Tidak ada kata yg pantas utk Alhadiyah, selain dibubarkan saja atau jangan memakai nama Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*