Hizbut Tahrir menyelenggarakan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Mesir di Beirut pada tanggal 4 Maret 2011, menyerukan tentara Mesir untuk membantu saudara-saudaranya di Libya dengan mengintervensi langsung untuk mengakhiri pembantaian berdarah dan mencegah intervensi kekuatan asing.
Pembicara:
Osman Bakhach, Direktur Kantor Media Pusat, Hizbut-Tahrir
Salih Salam, Anggota Uni Komunikasi Pusat
Abdullah Hasan, seorang anggota Hizbut-Tahrir dari Libya
Diantara kegiatan Hizbut Tahrir untuk mendukung masyarakat di Libya, Hizbut Tahrir Libanon melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Mesir di Beirut di mana Osman Bakhach, Direktur Kantor Pusat Media Hizbut Tahrir Pusat berpidato di hadapan demonstran. Dia menyambut revolusi di Libya dan sikap heroik masyarakat yang menghidupkan kembali sikap gagah berani Revolusi Omar Al-Mukhtar melawan penjajahan Italia. Dia juga mengimbau para perwira militer yang masih mendukung penjahat Gaddafi, untuk bergabung dengan umat dalam perjuangan melawan kolonialisme dan para agennya. Dia menekankan penolakan terhadap intervensi asing dan bahwa seluruh umat mengharapkan kemenangan revolusi di Libya.
Dia juga mengimbau Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir untuk membantu rakyat Libya dengan berpartisipasi langsung dalam mengakhiri pembantaian berdarah yang dilakukan oleh tiran Gaddafi di Libya, dan bekerja untuk mencegah intervensi asing dalam urusan umat Islam. Ia mengungkapkan rasa takjubnya atas pembangunan militer yang dilakukan oleh negara-negara Eropa dan Amerika, dan bahkan India atas Libya, dan fakta bahwa ada dua pilot Libya yang terpaksa harus membelot ke Malta dan bukan ke Mesir dan Tunisia. Bakhach menekankan bahwa umat Islam adalah satu umat, karena agamanya satu, Tuhan nya satu, Nabi-nya satu dan Kiblatnya satu. Dia menyerukan kaum Muslim di Mesir untuk mendukung tentara Mesir dalam menantang ambisi kolonial Barat dan dalam bekerja untuk membebaskan Palestina dari kejahatan negara Israel seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka ketika mereka memerangi Pasukan Tentara Salib dan Tatar.
Dia mengatakan bahwa kemenangan revolusi di Mesir tidak akan terjadi kecuali dengan berdirinya Daulah Khilafah, yang akan mengembalikan Mesir sebagai ibukota umat Islam dan Kinanah (penyediaan tentara) Allah di tanah-Nya.
Ia juga memuji rakyat Tunisia karena peran mereka dalam memulai percikan revolusi yang cepat menular ke Mesir, Libya dan negara-negara lain. Dia mendesak mereka untuk tidak membiarkan usaha itu melemah sampai revolusi mendapat kemenangan dengan berdirinya Khilafah, dan menyadari bahwa masalah kaum Muslim di Tunisia, Mesir, Libya dan berbagai negara Muslim adalah sama. Dia menambahkan bahwa revolusi yang pecah adalah saksi terbaik persatuan umat Islam yang hanya kurang dengan tidak adanya pendirian Khilafah sehingga harus membebaskan ummat dari sistem kolonial yang dipaksakan oleh Barat setelah penjahat Ataturk menghancurkan Khilafah pada tanggal 3 Maret 1924.
Dan ia memperingatkan gerakan-gerakan oposisi, yang dipandang sebagai “oposisi dekoratif” yang mencoba menambal sulam sistem yang lahir dari rahim Perjanjian Sykes-Picot dengan menuntut reformasi tambal sulam parsial yang memberikan lebih banyak nyawa terhadap rezim yang telah kehilangan legitimasi; kebalikannya mereka harus lebih berusaha meningkatkan seruan perubahan radikal dengan mencampakkan konstitusi buatan manusia dan meningkatkan seruan penyatuan (tauhid) saja.
Dia menyimpulkan dengan berpidato: “Hizbut Tahrir adalah milik Anda dan ia bersama dengan Anda. Partai dan para Shabab telah bersumpah untuk berjuang melawan para penguasa tiran. Hizb mendorong Anda untuk menyatukan tangan anda dan tangannya sehingga kita semua berjuang untuk meninggikan kalimat Allah dan untuk mendirikan Khilafah yang akan mengembalikan rasa bangga dan martabat kepada umat, dan menyingkirkan perbudakan kepada Barat, yang memiliki ambisi atas sumber daya dan kekayaan kita. “
29 Rabiulawal 1432
4 February 2011