Bandung, HTI Press. Perubahan yang sedang bergulir di Timur Tengah dan Afrika menurut Farid Wadjdi masih merupakan perubahan tanpa visi, sehingga sangat mungkin dibajak oleh siapa saja, termasuk rezim lama yang berganti wajah menjadi pendukung rakyat dan terkesan reformis. Hal tersebut diungkapkan Farid dalam Halqah Islam dan Peradaban (HIP) yang digelar DPD I HTI Jabar pada Ahad lalu (27/02/2011) di Bandung. Lebih lanjut Farid mencontohkan, di Mesir, kecenderungan seperti ini yang terjadi. Dewan tertinggi Angkatan Bersenjata, yang sekarang memegang kekuasaan transisi, diisi oleh perwira tinggi atau mantan perwira loyalis Mubarak yang pro-Amerika dan Israel, seperti Umar Suleiman dan Tantawi.
Perubahan tanpa visi ini pun menurut Farid, rawan dibajak kepentingan asing. Perubahan sebatas rezim menjadi cara untuk revitalisasi dominasi negara besar dengan mengangkat rezim baru yang tetap dalam kontrol mereka. Amerika yang selama 30 tahun mendukung rezim Mubarak yang diktator, berubah arah seakan-akan menjadi pembela rakyat Mesir. Padahal, pada awal masa pergolakan, Amerika masih memuji Mubarak, bahkan Joe Biden, wapres AS, menyatakan Mubarak bukanlah diktator.
Sementara itu narasumber lainnya, Luthfi Afandi menjelaskan bahwa gerakan masyarakat yang menuntut perubahan di berbagai belahan dunia seharusnya membuat pejuang syari’ah dan khilafah semakin optimis, karena setidaknya menunjukkan bahwa masyarakat tidak sepenuhnya individualistis. Mereka mau memikirkan, berjuang bahkan berkorban bukan sekedar untuk kepentingan pribadinya.
Selain itu Luthfi menambahkan, bahwa perubahan itu justru terjadi di luar parlemen, bukan dari dalam. Dan gerakan people power saja, tanpa dukungan militer, tidak serta merta mampu menumbangkan rezim & sistem. Karena militer (ahl an-nushroh) memegang peranan penting untuk mempertahankan sekaligus menumbangkan sebuah rezim. Karenanya menurut Luthfi, metode yang dilakukan oleh Rosulullah dalam mendirikan sebuah negara Islam yang kuat adalah dengan nushrah yakni dengan mendakwahi pimpinan qabilah yang memiliki kekuatan riil termasuk kekuatan militer dan memintanya untuk memberikan dukungan nyata terhadap perjuangan penegakkan negara Islam. Walaupun puluhan qabilah menolak dengan berbagai cara, akan tetapi pada akhirnya suku Aus dan Khazraj menerima dakwah dan mau mendukung dakwah Nabi saw. Metode dakwah seperti inilah yang harusnya juga diteladani oleh kita, tandas Luthfi. (Kantor Humas HTI Jabar)